Dalam waktu 2 bulan, 3 teman kerja di sekolah
meninggal secara tidak terduga. Satu orang adalah guru TIK, dan dua orang
merupakan karyawan sekolah yang bertugas membersihkan sekolah. Guru TIK itu,
namanya bu Pri. Meninggal mendadak karena sakit asam urat dan kolesterol
setelah sebelumnya masuk RS 2 hari karena strock. Dua orang karyawan itu,
satunya bernama pak Zaenal, satunya namanya pak Naryo. Pak Zaenal sudah lama
memang sakit diabetes, dan sudah hampir 2 tahun tidak aktif bekerja karena
kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan. Sedangkan pak Naryo, tidak sakit
apa-apa dan meninggal ketika sedang tidur.
Bu Pri dan bu Reni, rekan kerja |
Jelas berita ini membuat saya kaget karena
mereka meninggal secara mendadak. Tidak dikira-kira. Karena memang sebelumnya
kondisi mereka semua dinyatakan baik-baik saja. Saya tidak mengatakan mereka
sehat tapi baik. Mereka semua punya keluhan kesehatan tetapi sebelum meninggal,
kondisi kesehatan mereka dinyatakan dokter stabil. Bu Pri, memang memiliki
darah tinggi, tetapi ketika itu dia merasa sehat. Pak Zaenal diperbolehkan
pulang dari RS setelah rawat inap selama sebulan penuh. Pak Naryo, dua bulan
sebelumnya mengeluhkan sakit gigi tetapi sudah pergi ke puskesmas.
Bu Pri, meninggal pada awal tahun ajaran baru.
Pak Zaenal, 3 hari sebelum lebaran. Dan pak Naryo, 2 hari setelah lebaran.
Jangka waktu mereka bertiga meninggal, sungguh dekat. Inilah pula yang membuat
kami shock selain mereka meninggal mendadak tanpa kabar sakit parah.
Namun, dibalik kesedihan dan kekagetan saya,
saya mengagumi mereka. Mengagumi apa yang sudah mereka lakukan sebelum
meninggal. Yaitu menyelesaikan tanggung jawab masing-masing. Ya, tanggung jawab
yang tidak sedikit dari sekolah dan keluarga. Bu Pri telah menyelesaikan
laporan keuangan dan laporan pelaksanaan kegiatan penerimaan siswa baru. Pak
Naryo telah berhasil memasukkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP
meskipun dia hanya sebagai pegawai kebersihan dan telah menjalankan tugas-tugas
dari sekolah dengan baik.
Membayangkan kematian, memang membuat kita
menjadi lebih takut. Tapi sejatinya ketakutan itu bukan takut tidak bisa
merasakan lagi enaknya hidup tetapi takut ketika kita meninggal nanti ternyata
kita tidak memiliki persiapan apa-apa. Saya rasa, bukan hanya persiapan agama
dan mental saja (karena meninggal bisa kapan saja), tapi juga persiapan untuk
menyelesaikan tanggung jawab yang menjadi beban kita. Saya mengatakan sebagai
beban karena dengan beban itulah, maka seseorang akan merasa bahwa tanggung
jawab yang dia pegang adalah penting adanya. Sehingga dengan begitu, tanggung
jawab ini akan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh perincian.
Ketika tugas yang menjadi tanggung jawab itu
kita laksanakan dengan sungguh-sungguh, maka dalam diri kita secara tidak sadar
akan terbentuk sikap untuk menghargai waktu. Dan dengan menghargai waktu
itulah, maka perasaan kita akan lebih ringan ketika tanggung jawab kita itu
dikerjakan dan kita akan memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan diri dalam
hal lain.
Ketika kita berbicara tentang waktu, sungguh
kita sebenarnya memiliki banyak waktu untuk menyelesaikan semua tanggung jawab
kita dengan terorganisir dan terperinci. Sehingga bagi kita, akan lebih siap
lagi untuk menghadapi hal-hal yang sifatnya mendadak. Terutama ketika kita
nantinya dihadapkan pada yang namanya kematian.
Karena ketika tanggung jawab yang dihadapkan
pada kematian ini, tidak hanya berhubungan dengan diri sendiri tapi juga orang
lain. Sehingga kiranya, orang lain tidak akan kesulitan melanjutkan tanggung
jawab kita. Dalam artian, kita nantinya meninggal dengan rasa penuh kelegaan.
Begitu juga orang yang kita tinggal, tidak begitu ngoyo dan bersedih dengan
kehilangan kita.
Sungguh kawan, mari kita susun kembali tanggung
jawab kita dan kita selesaikan satu per satu dengan memperhatikan waktu yang
kita miliki. Supaya kelak, kita bisa meninggal dengan rasa penuh kelegaan.
Selamat pagi, semua ^_^
weh,renungan siang jelang makan siang iki....sippp ^_^
BalasHapuspadahal aku postingnya tadi pagi. hahahaha,
Hapusselamat makan siang, iis :)
Postingan ini mengingatkan pentingnya asuransi jiwa *suer, aku bukan agen asuransi loh*
BalasHapusMkasih sudah mengingatkan ya mbak!
aku malah nggak kepikiran kesana lho mbak mayya. hm, makasih juga dah mengingatkan :)
Hapussetuju mam..karena kita tak kan prnh tau kpn kita menghadapNYA..selesaikan tanggung jawab sblm waktu berakhir ya mam..
BalasHapustrimakasih postingannya sdh mengingatkan :)
emak enny, tanggung jawab tidak pernah berakhir karena kita memiliki tujuan. tapi, setidaknya harus kita selesaikan tepat waktu bukan?
HapusInnalillahi wainna ilaihi rojiuun... semoga banyak bekal yang kita dapat kita siapkan menjelang akhir hayat. Makasih kunjungannya ya Miss :)
BalasHapusmakasih mbak mira...
Hapussemoga kita bisa belajar dari cerita teman-teman saya. :)
Saya kadang on denial, "Ah masih ada esok, gak akan mati esok sehat gini, masih sempat nyiapin tetek bengek anak2". Padahal kita tidak tahu, tidak kuasa, semua ditentukan Allah.
BalasHapusbetul mbak Lusi...
Hapuspikiran kita memang sering seperti itu. masih berfikir kalau mati itu karena sakit atau bencana. harus merubah pikiran yang seperti itu