dari sini |
Siapakah diantara pembaca setia saya ini yang
statusnya ibu rumah tangga full di rumah atau kerja hanya separuh hari?
Silahkan angkat tangan tinggi-tinggi bareng saya. Wew, wewww, kenapa saya pakai
tanya status segala? Eits, tunggu dulu, saya cerita dulu tentang saya,
pekerjaan saya dan suami serta pekerjaan dia. *apaan sech ini?*
Sebelumnya, perkenalkan, saya adalah seorang
guru bimbingan dan konseling di sebuah SMP negeri di Gresik. Pekerjaan yang
saya lakukan tiap hari tidak menuntut saya untuk pulang sampai sore. Paling
mentok, jam 2 siang udah pulang. Dan sisa waktunya, saya gantian sama ibu saya
mengasuh si Puku.
Suami saya, seorang asisten manajer bagian
listrik di sebuah pabrik di Paciran, Jawa Timur. Berangkat jam setengah tujuh
pagi, sampai rumah jam tujuh malam. Pekerjaan dia yang orientasinya di lapangan
kadang menuntut dia buat lembur. Yang artinya, jadwal pulangnya bisa molor. Oh
tidak, ini bagian yang saya paling nggak suka. Secara pulangnya semakin malam
dan besoknya kan dah berangkat pagi lagi.
Karena waktu dia yang nggak ada nganggurnya di
siang hari, dari senin sampai jumat, otomatis pula nggak ada waktu buat ngurus
hal-hal yang sifatnya administratif. Akhirnya, ya mau nggak mau suami minta
tolong saya dunk buat ngurusin masalah-masalah itu karena saya punya waktu
luang setelah kerja dimana kantor-kantor yang mengurus urusan administrasi
belum pada tutup. Misal neh urusan yang pernah saya handle, pembayaran PBB atas
rumah milik mertua, pembayaran PPh suami, cetak buku tabungan (ini yang paling
sering), mengurus akta kelahiran di Puku, dan mengurus KK.
Dan bagian yang saya keberatan *bukan nggak
suka lho* adalah mengantri. Jelas dong, sistem adiministrasi di Indonesia masih
manual alias masih belom banyak yang komputerisasi. Belom lagi, kebanyakan
orang Indonesia *termasuk saya* sukanya bayar-bayar itu kalau udah mepet batas
akhir pembayaran. Jadi ya, bertambah panjang dan lama kan waktu mengantrinya.
Pernah neh, saya mengantri buat bayarin PBB rumah mertua yang antrinya bisa
sampai parkiran!!
Pernah saya ceritakan nasib saya ini *halah*
sama rekan kerja saya. Kebetulan, rekan kerja saya ini suaminya sudah meninggal
dan dulunya (waktu suaminya masih hidup), juga sering disuruh-suruh ngurus
administrasi toko milik suaminya. Dan rekan kerja saya pun sempat mengeluh
dulu. Tapi akhirnya, dia menyampaikan bahwa itu ternyata akan sangat berguna
bagi dirinya ketika suaminya sudah meninggal. Dia menjadi tahu cara membayar
tagihan, mengurus pembayaran di bank, dan lainnya, yang berhubungan dengan tokonya.
Dan kegunaan itu berguna karena dia nggak perlu menyuruh orang lain mengurus
administrasi toko sehingga nggak perlu juga mengeluarkan tip buat orang lain.
Lebih hemat katanya.
Akhirnya saya pikir ulang keluhan saya. Benar
juga kata rekan kerja saya. Banyak keuntungan sebenarnya dari 'tugas' mengurus
urusan administrasi suami dan keluarga.
Yang pertama, saya jadi tahu tentang urusan
administrasi suami. Seperti lokasi kantor, cara mengurusnya, apa saja
syaratnya, berapa uang yang dikeluarkan, bagaimana kalau terlambat membayar,
dan lain-lain yang sifatnya operasional. Jadi.... kalau ditanya sama teman,
nggak plonga-plongo kaya kerbau dicucuk manuk *ini istilah jawa*. Kan, kan,
kan, akhirnya jadi istri yang punya informasi kan? *bangga*
Yang kedua, sebagai persiapan kalau-kalau saya
dan keluarga ditinggal suami keluar negeri buat tugas *ih,masa sih?* atau
ditinggal karena udah nggak ada usia *jangan dulu, Sayang*. Saya nggak perlu
banyak bertanya pada orang lain karena sudah tahu gimana prosesnya sehingga
tidak menimbulkan kesan 'istri tidak mandiri'.
Yang ketiga, hubungan saya dan suami saya serta
dengan keluarga semakin dekat dan saling mempercayai. Saya termasuk orang yang
detail bertanya ini itu tentang proses administrasi karena suami juga detail tanya
ke saya gimana proses 'tugas' dari dia. Kalau saya bisa jawab semua pertanyaan
suami dengan baik dan dapet nilai 100, secara dong, suami akan semakin percaya
ke saya dan mempercayakan urusan adminitrasinya ke saya, istri tercintanya.
Sehingga harapan saya, uang belanja akan semakin meningkat. Hahaha.. *ngarep
banget*. Belom lagi kalau yang diuruskan adalah milik mertua. Kalau urusannya
beres, mertua akan memberikan predikat 'menantu yang bisa diandalkan'. Sip deh
pokoknya.
Yang keempat, tentu buat saya sendiri. Saya
bisa akhirnya share ke orang lain tentang informasi cara mengurus administrasi
milik suami. Jaman sekarang, yang punya informasi beginian nggak melulu para
pria, wanita juga. Biar nggak kena tipu sana-sini karena calo atau biar nggak
dibilang wanita ketinggalan jaman. Bukankah pengetahuan itu adalah jendelanya
dunia?
Dan akhirnya, sekian dulu cuap-cuap dari saya
siang ini. Semoga bermanfaat.
ngacung tinggi2 di atas menara eifel wkwkwkwkwk...tp blm emak2 gaoelll xiixixixi..
BalasHapussama,aku jg jadi asisten wira wiri kl ngurus apa2 tp yg paten wira wiri ke bank xixixi,,bagian nabung werrrrrrrrrrr.....**ngantrinya lumayan tp lmyn dpt ongkos makan siang zuh wkwkwkwkwk
hahaha, berarti ya sama aja ma aku. akhirnya dapet traktiran juga pas maem. ini namanya perhitungan uiy.. kekkeekk
BalasHapussaling kerjasama dalam keluarga itu tidak dilarang :D
BalasHapusbahkan dianjurkan untuk membangun rumah tangga yang bahagia..wahh salut :D
salam
@ari tunsa. memang harus saling bekerja sama ya. kalau tidak begitu maka akan rapuh rumah tangganya :)
HapusSaya gak sempat jadi asisten suami, org saya yang lebih sering pulang sore qiqiqi
BalasHapushehhe, kebetulan aja bunda ini saya pulangnya siang. jadi kan bisa jadi kegiatan juga kalau da 'tugas' gini dari suami
Hapuswah, paling ribet ngurusin administrasi. Ngurus KTP sendiri aja maleees bangeet niih :D
BalasHapusbener bunda.. urusan macam beginian ini emang bikin males dan lamanya itu lho, nggak nahan. hehe,
Hapussaya lelaki yang belum punya istri.. :D
BalasHapushihihi, yang nantinya akan punya istri kan?
Hapus