gambar dari sini |
Ada yang
sudah nonton film ‘The Flowers of War’ dari sutradara Zhang Yimou yang release akhir
2011? Saya acungkan tangan dulu yak. Saya, saya, saya..!!! Tapi pemirsa, saya liatnya
telat banget. Hahahha, baru beberapa hari yang lalu saya liatnya. Setahun jaraknya
dari release filmnya *malu banget*.
Sebenarnya,
pertengahan 2012, saya udah pernah baca review filmnya di sebuah majalah
wanita. Udah jadi target utama buat di tonton sebenarnya, tapi selalu aja lupa
kalau beli DVD. Dan benar-benar saya lupakan tentang film ini sampai pada
akhirnya, akhir Desember 2012 lalu waktu jalan-jalan sama suami, ada sebuah
toko yang jual DVD lagi pajang poster film ini. Jreng, jreng..!! Akhirnya memori
saya terkuak kembali *halah*. Tapi ya gitu, namanya juga emak-emak, itu DVD
baru bisa diliat beberapa hari yang lalu.
Dikisahkan,
kota Nanjing, China sedang diserang oleh Jepang pada tahun 1937. Menit pertama,
ada gerombolan siswa perempuan yang dipimpin seorang anak laki-laki sedang kabur
dari tembakan tentara Jepang yang akhirnya di tolong oleh pasukan terakhir
China yang melindungi kota Nanjing. Gerombolan siswa perempuan itu, adalah
siswa dari gereja Winchester Cathedral yang berusaha kembali ke gereje setelah tidak ada lagi harapan untuk
mengungsi. Mereka memutuskan kembali ke gereja karena gereja yang dipimpin oleh
father Ingleman (yang juga sudah meninggal saat perang) tidak boleh di
serang oleh tentara Jepang.
Lalu, muncullah seorang pengurus pemakaman father
Ingleman yang bernama John Miller yang diperankan oleh Christian Bale, si Batman.
John ini adalah orang yang matre sekali alias selalu memikirkan uang meskipun
para siswa sudah meminta bantuan dirinya untuk menolong mereka kabur dari
Nanjing. Lalu datanglah segerombolan wanita cantik yang berprofesi sebagai
penghibung dari Qinhuai River,
yang juga memutuskan untuk bersembunyi di gereja dan mengambil alih ruang bawah
tanah. Hingga pada akhirnya, John menghilangkan sifat matrenya dan mulai
membantu para siswa karena tentara Jepang berhasil masuk gereja dan berusaha
memperkosa para siswa. Dia menyamar sebagai pendeta pemilik gereja dan berusaha
melindungi para siswa, meskipun pada akhirnya gagal juga dan meninggallah dua
siswa.
Kisah berlanjut hingga akhirnya para wanita
penghibur memutuskan untuk membantu kaburnya para siswa dengan cara mereka
menyamar menjadi para siswa untuk dikirim ke acara tentara para Jepang untuk
memperingati keberhasilan mereka merebut Nanjing. Review lengkapnya, bisa
dibaca di situs ini yah, lebih lengkap karena mencantumkan sejarah juga.
Bagi saya, film
‘The Flowers of War’ adalah tentang sebuah ketulusan membantu orang lain yang
tidak mereka kenal demi kebahagiaan orang lain, pada saat mereka sama-sama
mengalami kondisi yang sama kala itu, yaitu perang. Kita bisa belajar
banyaaaakkkkk sekali tentang kehidupan, terutama kehidupan sosial kita, melalui
film ini.
Kita bisa
belajar tentang merelakan harta berharga kita untuk kebahagiaan orang lain. Ini
terlihat saat seorang mayor China yang bersedia melakukan bom bunuh diri untuk
membunuh segerombolan pasukan Jepang. Juga terlihat
saat para wanita penghibur rela menyamar menjadi para siswa untuk dikirim
bernyanyi di acara tentara Jepang.
Kita juga
bisa belajar tentang bersyukur. Bersyukur bahwa kita hidup tidak pada kondisi
perang. Saya sendiri, tidak bisa membayangkan betapa hidup pada saat itu
sungguh mencekam. Tidak bisa tidur nyenyak, tidak bisa makan enak, tidak bisa
bepergian seenak kita, tidak memiliki kebebasan berkomunikasi, dan masih banyak
lagi. Menyeramkan. Apalagi untuk saya yang sangat tidak bisa liat darah, nggak
bisa bayangin hidup dengan selalu melihat darah.
Apalagi saya
wanita. Melihat wanita dianiaya pada saat perang, rasanya saya bersyukur sekali tinggal di Indonesia yang sudah tidak
mengalami perang. Saya sekarang bisa menikmati hidup dengan keluarga kecil
saya, bisa menularkan ilmu saya dengan menjadi guru bimbingan konseling untuk
membantu siswa-siswa saya, bisa berbagi informasi di blog, menjalin hubungan
baik dengan teman baik dalam dunia nyata maupun virtual, dapat menyampaikan
pendapat saya tentang suatu hal, dan masih banyak lagi.
Ohya, ada
lagi. Meskipun ada tokoh wanita penghibur dalam film ini, lenggok tubuh mereka
yang gemulai, tubuh yang seksi, perhiasan yang mengkilap, dandanan yang menor,
tapi semua itu adalah cover dibalik kebaikan mereka. Kebaikan mereka membantu
para siswa adalah tindakan heroik sekali. Supaya para siswa bisa merasakan
hidup yang lebih baik lagi setelah perang dan tidak mengalami trauma karena
perilaku keji para tentara Jepang. Kita, wanita Indonesia sekarang, yang tidak
lagi hidup di jaman perang, bisa juga berlaku heroik seperti mereka. Beberapa
teman saya, ada yang menerbitkan buku, sebagai realisasi kemampuan diri. Ada juga
teman ngeblog, yang isi blognya inspiratif dan memberikan banyak pelajaran bagi
yang melakukan blog walking. Teman kuliah saya, melanjutkan S2 lalu melakukan
pendekatan ke beberapa orang tua untuk memberikan pelayanan tentang prikologi
keluarga. Teman SMA saya, memilih untuk tidak bekerja dan menjadi full mom
karena ingin mendidik anaknya supaya berguna buat bangsanya.
Banyak kok
yang bisa kita lakukan, baik sebagai wanita Indonesia atau sebagai warga negara
Indonesia. Ciayyyooo.. *mulai ngglambyar*
Ah, kok jadi
panjang sekali ya cerita saya siang ini. Silahkan lihat ini film kalau ingin
menonton film yang sarat ilmu sosial. Atau, kalau ada teman-teman yang mau
share film oke punya, colek saya ajah ^_^
filmnya keren bgt,...dan menjadi salah satu film yg mengesankan yg saya tonton di thn 2012 lalu :)
BalasHapusbetul itu mbak. mulai dari musik, setting dan kontras warna. top banget :)
HapusWah saya malah belum pernah menontonnya. Boleh juga nih ntar beli DVDnya. Sekali-sekali nonton film Asia menarik juga pastinya. Apalagi udah baca review yang begitu menarik dari Miss Rochma, wajib nyari DVDnya nih.... thanks for the review lho jeng! :)
BalasHapussama-sama mbak Al..
Hapusdijamin deh, berkesan sekali :)