Sri menimang-nimang tas branded itu. Bentuknya cantik
sekali. Terbuat dari kulit sintetis yang diemboss berwarna putih dengan aksen
kulit sintetis bertekstur kulit ular. Berkali-kali dia menimang lalu menaruhnya
kembali, lalu kembali mengambil dan menimangnya lagi. Pikirannya kacau.
Dia sepertinya tidak peduli dengan beberapa pengunjung toko
yang memperhatikan tingkah lakunya sedari tadi. Keinginannya membeli tas cantik
itu, besar sekali sebenarnya. Dia butuh sekali tas itu untuk menunjang penampilannya.
Bahkan, sebenarnya dia sudah siap membeli tas itu. Ada beberapa juta yang sudah
dia siapkan di dalam tasnya, untuk membeli tas yang sudah dipajang sejak dua
hari yang lalu. Tapi ragu itu muncul lagi sejak tadi dia sampai di depan toko.
“Ayo Sri, beli aja tas itu. Bagus lho.” Ranti menyenggol
lengan Sri saat dia mendekat di sampingnya. Ranti, teman satu profesi Sri, tahu
sekali akan kebutuhan Sri apa saja.
“Tapi, kok mahal sekali ya, Ran.”
“Ah, kan harga tas seperti itu memang mahal, Sri. Tuh, tas
yang kamu pakai sekarang aja harganya sepertinya lebih dari sejuta.”
Sri masih bimbang. Dalam pikirannya, ada Ryan yang kuliah di
Surabaya dan Tata serta ibunya yang berada di kampung. Kalau dia jadi membeli
tas itu, berarti dia nantinya akan telat mengirimi mereka uang. Ada rasa tidak
tega mengingat ibunya yang masih terus membuat gula merah dan menjualnya dengan
berkeliling kampung, padahal umurnya sudah sepuh.
“Apa aku pinjamin uang dulu?” Ranti memberikan sebuah
solusi, tapi solusi itu tidak diiyakan Sri. Kalau dia berhutang, bebannya akan
semakin berat. Sedangkan, keperluannya masih banyak mulai dari make-up, baju,
kos-kosan, juga biaya makan.
“Nggak deh Ran, makasih.” Sri menolak dengan bahasa yang
halus. Tapi sepertinya dianggap biasa oleh Ranti. Buktinya, Ranti asyik BBM-an
sambil cengar-cengir. Sri mengambil nafas berat, dan akhirnya mengambil tas itu
dan membawanya ke kasir.
Maafkan mbak, Dek. Maafkan
Sri, Bu. Kiriman bulan ini dan bulan depan mungkin terlambat. Aku butuh tas ini
untuk menggaet om-om hidung belang yang lebih kaya biar mereka mau memberi uang
ke aku lebih banyak.
Sambil mengeluarkan uang pembayaran, dia memohon maaf kepada
ibu dan adik-adiknya melalui bisikan hati. Menjadi wanita penghibur di malamnya
kota Malang, tidak pernah dia sesali. Demi keluarganya.
-349 kata-
* FF ini diikutkan dalan Prompt Challenge yang diadakan oleh @Red Carra setiap minggu.
* FF ini diikutkan dalan Prompt Challenge yang diadakan oleh @Red Carra setiap minggu.
Bajiguuur!
BalasHapusEndingnyaaa.. endingnyaaaa
bajigur kan makanan. hihihiii, jadi lapar :))
Hapusiyyah, twist-nya keren :)
BalasHapushmmmm... tobat Sri...:-) endingnya oke mak...
BalasHapusterima kasih mak nunung :)
Hapuswowwww ternyata si Sri kerjanya malem yah,, hihihi..
BalasHapushmmmm kalo gitu, misal kita mau jadi wanita penghibur mesti pake yang branded semua ya mba barang2nya?? aiiih mahal juga yah, barang2ku KW semua nih soalnya ;D
setahuku, di kota yang aku sebutin, ada tuh yang seperti itu. meskipun sebenarnya aku belum servey juga seh. *kelemahan*
Hapusshift shift an ya mak isti :P
BalasHapushahahahaa... kalau kerjanya siang melulu, nggak seru mak hana :))
HapusOoh ... Sri itu ternyata si "kupu-kupu malam" toh ...
BalasHapusbagus mak ceritanya :)
begitulah mak :)
HapusWaduh,ternyataaaa...
BalasHapusSalam kenal,mbaa..tulisannya baguus
salam kenal juga mbak ayu.. makasih buat pujiannya :)
HapusTernyata Sri punya alasan kuat untuk beli tas itu ya, endingnya apik, tapi alasan harus beli tas mahal buat gaet om2 apa bener mak?? kalo pakaian, emang mendukung ya, om2 kan pasti liat penampilan :) menurut pemahaman saya loh Mbak :)
BalasHapuskalau setahu saya, ada yang seperti itu di kota yang saya sebutkan itu. hm, mungkin besok harus lebih riset lagi. :)
HapusOalah.. Sri ternyata oh ternyata...
BalasHapusiya tuh mbak, si sri.. :)
Hapusheu.. ternyata yah..
BalasHapusbagus ceritanya :)
terima kasih untuk pujiannya :)
Hapusendingnya keren mba, ternyata Sri itu wanita si kupu-kupu mlm tho :)
BalasHapusiya mbak :)
Hapusendingnya keren mba... salam kenal yah :D
BalasHapusmakasih yah :)
Hapusoh ternyataaaaaaaaaaa....
BalasHapuscakkeppppppppp :D
oh ternyata itu horor kalau di TV. hohoho..
Hapusjiaaaah...aku gak komen aaaaah *lah ini apa*
BalasHapusini ninggalin jejak. kwkwkw,
HapusSungguh pilihan yang tidak menyenangkan. Ah, Sri.. kenapa kamu memilih jalan itu?
BalasHapus@mbak mira. mungkin hanya itu pilihan sri?
BalasHapuseling ibu Sri.. :D
BalasHapusudah tak ingetin lho padahal :)
Hapus