Bersamamu,
sungguh berbeda.
Menghimpun
segala serpihan cita masa depan.
Bersama.
Semoga badan yang semakin menua ini selalu mampu menikahimu dalam waktu yang tak bisa tertafsir ujungnya.
Semoga badan yang semakin menua ini selalu mampu menikahimu dalam waktu yang tak bisa tertafsir ujungnya.
Menemanimu, sungguh berbeda.
Merasakan candamu yang terlempar spontan,
Menerima usilmu dengan mata terbelalak,
Menelan marahmu bersama tangis yang terhempas
lepas.
Serasa mewarnai dinding hati dengan gabungan
warna yang tersedia di kaleng cat bernama emosi.
Melangkah bersamamu, sungguh berbeda.
Meski hanya setapak-setapak dan kadang
berhenti di tempat,
jemarimu tetap merengkuh pingganku untuk tidak
terduduk menyerah.
Menginjak pijakan-pijakan rencana yang
bercabang-cabangtanpa pucuk,
Berusaha kita jalani dengan usaha-usaha tanpa
bentuk yang tetap.
Memandangmu, sungguh berbeda.
Menikmati kerutan di dahimu ketika matamu
serius menatap layar mungil game.
Menikmati gerak badanmu saat peri tidur
mensejajarimu.
Menikmati tawamu yang dihasilkan dari laku
lakon di kotak berwarna.
Dan Sayang,
Hari ini sungguh berbeda.
Sampai tak mampu hati mengungkap gembira.
_____
Puisi ini diikutkan dan event #Postcard Fiction edisi valentine yang diadakan oleh Kampung Fiksi
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Jangan lupa kasih komen setelah baca. Tapi dimoderasi dulu yak karena banyak spam ^____^