Setelah sampai di rimbunan perdu, Shioban
mengeluarkan pedang. Ditebas perdu-perdu yang menghalangi jalannya dan mulai
tampak sebuah pohon mapple yang tinggi, dengan batang bagian bawah membelah
dua. Kakinya melangkah mendekati pohon itu. Tiba-tiba muncul asap tebal
berwarna putih. Muncul jin dengan badan
yang kekar muncul di depannya.
“Apa maksud kedatanganmu, manusia?!”
Tanya jin penjaga.
“Aku mau bertemu Bytaru.”
“Setelah bertemu Bytaru, apa yang akan
kamu pinta?!” Tanya jin penjaga itu sambil terbang mengitari tubuh Shiobian
berulang-ulang. Nyali Shioban sejenak menciut.
“Aku ingin kereta kuda.” Shioban berucap
mantap.
Jin penjaga itu mendelik, tepat di depan
wajah Shioban. “Manusia tak pantas meminta kereta kuda!!” Ucapnya garang.
"Kereta kuda hanya untuk ratu dan penyihir.”
"Memangnya apa yang akan kamu
lakukan jika aku menginginkannya?" Kata Shioban sambil mendelik ke arah
jin penjaga. Jin penjaga tersinggung dengan ucapan Shioban. Saat jin penjaga
hendak mengacungkan tombaknya ke arah Shioban, tiba-tiba muncul asap pekat
berwarna ungu kelam bertabur kepingan sinar di antara mereka berdua.
Bytaru!
“Apa yang membuatmu datang kemari,
manusia?!” Byratu bertanya dengan nada tinggi.
“Aku ingin sebuah kereta kuda,” Ucap
Shioban mantap.
Bytaru tersenyum, lalu berjalan menjauh
dari Shioban dengan gerakan gemulai. “Kamu tahu kalau kereta kuda hanya untuk
raja dan penyihir, bukan?”
Hanya dengan sebuah lirikan, Bytaru tahu
kalau Shioban mengangguk. Kemudian dengan gerakan tiba-tiba, dia meleset
terbang ke arah Shioban dan mendorong Shioban ke tanah. Menahan tubuh
Shioban dengan tongkat. Dipandangi wajah Shioban, seakan Bytaru tak ingin
melepaskan apa yang tergambar di mata Shioban yang mengisahkan tentang
sesuatu. Setelah puas menyelami apa yang tersimpan di mata Shioban, Bytaru
melepas tekanan pada tongkatnya.
“Kenapa kamu ingin hadiahkan kakak tirimu
sebuah kereta kuda?” Tanya Bytaru.
Dipandangi tubuh Bytaru sebelum akhirnya
Shioban mengatakan alasan sebenarnya kepadanya. “Aku hanya ingin membalas
kebaikan kakak tiriku.”
Bytaru menghentikan siulannya lalu
menoleh ke Shioban. “Kebaikan apa yang dipunya kakak tirimu? Dia suka
menyiksamu, hai Shioban!”
Shioban tersentak. “Ya, kakakku memang
sering berulah. Tapi dia menganggap baik ayahku. Hanya saja, saat ayah hidup,
sepertinya dia iri karena ayah terlalu memperhatikanku dan hal itulah yang
menjadikan dia suka menyiksaku setelah ayah meninggal.”
Shioban menarik nafas sejenak. “Namun,
sekarang setelah ibu tiriku meninggal, dia terlihat sangat sedih. Baginya, tak
ada lagi yang menyayangi dia sebesar cinta ibu tiri dan ayahku kepadanya.”
“Dengan kereta kuda yang kupinta, aku
akan mengajak kakak tiriku keliling dunia dengan merasakan berbagai macam
tempat yang mampu membangkitkan kegairahan hidupnya kembali.” Shioban berucap
sambil membayangkan kalau-kalau permintaannya dikabulkan oleh Bytaru.
“Setiap permintaan yang diajukan
kepadaku, selalu aku minta gantinya. Aku mau sesuatu yang pantas untuk kamu
korbankan untukku, Shioban.” Bytaru berucap sambil mengangkat ujung bibir
kanannya.
Shioban terhenyak, tak disangka kalau
dia akan diminta sesuatu sebagai pengganti permintaannya. Sedangkan saat ini,
dia tidak membawa apapun karena memang dia tidak memiliki apapun.
“Hai manusia, jawab Bytaru!” Bentak jin
penjaga
Shioban
berusaha sekuat tenaga menenangkan pikirannya. Setelah dirasa
perasaannya mulai tenang, dia mulai berbicara. “Kabulkan dulu permintaanku,
maka aku akan memberimu penggantinya.”
Bytaru mengeram, kemudian menghentakkan
tongkatnya sekali ke tanah dan melesat cepat ke arah Shioban. Mencekiknya
kuat.
“Apa aku tampak membohongimu?” Tanya
Shioban kepada Bytaru dengan nafas tersengal-sengal. Bytaru mendengus, kemudian
melepaskan jarinya dari leher Shioban yang membuat Shioban terbatuk-batuk.
“Baiklah, aku penuhi permintaanmu,” Ucap
Bytaru sambil menghentakkan tongkatnya ke tanah. Setelah hentakan pertama,
muncul sebuah kereta kuda yang indah sesuai dengan permintaan Shiobian yang
membuat Shioban kagum. “Sekarang, aku tagih janjimu!"
“Ambil rasa takutku!” Teriak Shioban
mantap. Bytaru tak banyak bicara, hanya tangannya yang diulurkan Bytaru dan
menyuruh Shiobian menggenggamnya. Tak ragu, Shioban langsung menggenggam
tangan Bytaru dan memandang wajah Bytaru yang sedang mengucapkan sebuah mantra.
Genggaman Bytaru semakin erat, dia mengerang, kepalanya berputar-putar dan
matanya melotot. Shioban pun begitu, mengerang dan berteriak kencang sekali.
Seolah ada sesuatu yang dia ambil paksa dari dalam tubuhnya.
Beberapa menit berlalu. Bytaru melepas
genggamannya dan menghentak tangan Shioban dengan kasar. Shioban terjatuh,
terkulai lemas. Dengan sisa tenaganya, dia naik ke atas kereta kuda dan
memegang tali kekang yang mengikat dua kuda hitam, bersiap-siap pergi karena
merasa urusannya sudah selesai dengan Bytaru.
“Hei manusia!” Teriak Bytaru. “Kenapa
kamu berikan rasa takutmu padaku?!”
Shioban tersenyum. “Aku tahu kamu akan
mengambil kereta kuda ini setelah aku puas berkeliling dunia dengan kakak
tiriku. Saat itulah, aku akan melawanmu dengan pedangku karena aku tak lagi
memiliki rasa takut untuk menghadapimu.”