Lampu-lampu kuning kecil menyala di sekeliling kapal pesiar. Kain sifon berwarna baby pink yang menutupi kulit putih Fatiya, berkibar kencang karena serangan angin laut. Kapal ini berlabuh.
Hingga pukul satu malam, Fatiya sudah menghabiskan dua gelas margarita. Dinikmati margaritanya yang ketiga, kemudian beralih dari bar menuju sebuah meja bundar dengan sofa rendah.
Membosankan. Dihempaskan tubuhnya yang tinggi ke sofa. Tak lama, Dyan dan Fani mendatanginya dengan tubuh yang mulai sempoyongan.
"Hei si Ratu Pesta, tumben sekali hanya mojok di sini? Nggak turun?" Dyan mengambil gelas margarita milik Fatiya namun direbut Fatiya cepat.
"No! Elo nyetir," ucap Fatiya yang kemudian menyesap sedikit margaritanya lalu mengalihkan pandangannya ke arah laut yang gelap.
Hingga seorang pelayan meletakkan secangkir minuman bernama Jump We di meja. "Untuk Nona bergaun pink," ucap si pelayan.
Terdengar Dyan meneriakkan 'woha' dengan keras. Fatiya bergerak malas. Melirik sejenak pada Jump We yang sudah diminum Dyan lalu menoleh pada pelayan yang menunjuk seorang pria dengan setelan jas berbahan wol tipis.
Tak ada salahnya. Lumayan, penghilang bosan. Fatiya mengambil Jump We dari tangan Dyan kemudian berjalan ke arah pria itu. Sambil pula memainkan ranting kalung dan senyum menggoda.
***
Pipi Fatiya menghangat karena sinar matahari yang masuk dari celah tirai, membuatnya memincingkan mata, kemudian meraba kasur. Nihil. Tak ada tubuh pria sedang merebah di sana.
Kepalanya sedikit pusing. Pria berjas wol itu bermain cinta seperti seorang raja yang haus bercinta dengan budaknya. Badannya masih telanjang saat Fatiya meraih smartphone. Namun dia tertegun sejenak, menyadari kalung dan gelangnya tak lagi ada.
"Sial! Laki-laki itu cuma mau kalung gelang gue," ucap Fatiya saat Fani mengangkat teleponnya.
"Jemput gue, ya."
"Iya, gue masih di kapal.”
"Oh, kalung itu? Biar deh. Itu imitasi, punya kakak gue. Elo kan tau gue lagi bangkrut. Mana ada duit gue buat beli kalung satu set? Hahaha."
Hingga pukul satu malam, Fatiya sudah menghabiskan dua gelas margarita. Dinikmati margaritanya yang ketiga, kemudian beralih dari bar menuju sebuah meja bundar dengan sofa rendah.
Membosankan. Dihempaskan tubuhnya yang tinggi ke sofa. Tak lama, Dyan dan Fani mendatanginya dengan tubuh yang mulai sempoyongan.
"Hei si Ratu Pesta, tumben sekali hanya mojok di sini? Nggak turun?" Dyan mengambil gelas margarita milik Fatiya namun direbut Fatiya cepat.
"No! Elo nyetir," ucap Fatiya yang kemudian menyesap sedikit margaritanya lalu mengalihkan pandangannya ke arah laut yang gelap.
Hingga seorang pelayan meletakkan secangkir minuman bernama Jump We di meja. "Untuk Nona bergaun pink," ucap si pelayan.
Terdengar Dyan meneriakkan 'woha' dengan keras. Fatiya bergerak malas. Melirik sejenak pada Jump We yang sudah diminum Dyan lalu menoleh pada pelayan yang menunjuk seorang pria dengan setelan jas berbahan wol tipis.
Tak ada salahnya. Lumayan, penghilang bosan. Fatiya mengambil Jump We dari tangan Dyan kemudian berjalan ke arah pria itu. Sambil pula memainkan ranting kalung dan senyum menggoda.
***
Pipi Fatiya menghangat karena sinar matahari yang masuk dari celah tirai, membuatnya memincingkan mata, kemudian meraba kasur. Nihil. Tak ada tubuh pria sedang merebah di sana.
Kepalanya sedikit pusing. Pria berjas wol itu bermain cinta seperti seorang raja yang haus bercinta dengan budaknya. Badannya masih telanjang saat Fatiya meraih smartphone. Namun dia tertegun sejenak, menyadari kalung dan gelangnya tak lagi ada.
"Sial! Laki-laki itu cuma mau kalung gelang gue," ucap Fatiya saat Fani mengangkat teleponnya.
"Jemput gue, ya."
"Iya, gue masih di kapal.”
"Oh, kalung itu? Biar deh. Itu imitasi, punya kakak gue. Elo kan tau gue lagi bangkrut. Mana ada duit gue buat beli kalung satu set? Hahaha."
____
298 kata ^^
Speechless bacanya. Hahaha...
BalasHapusHahaha kocak Mbak... Gak ketebak maksud judulnya awalnya :D
BalasHapussaya susah banget ngebayangin adegan ini, kayaknya gegara gak pernah masuk kapal pesiar ya. wekekekekekekeke
BalasHapusKeren, lagi-lagi terpaksa memberikan komentar seperti ini di setiap FFmu, Mbak. Habis emang iya sih, keren! Ga ketebak! :)
BalasHapushahaha,,ketipu...g keren masak di kapal pesiar sih
BalasHapusterima kasih semuanya... dibayangin aja ya gimana adegannya waktu di kapal pesiar, di hotel juga. Bikin cerita yang mantapkan setting yang dibatasi 300 kata itu syusyah, sodara :)
BalasHapusKeren mbak, tulisannya mengalir muluuuus :D
BalasHapusmbak kok dari minta jemput sama sms alamat hotel jadi bahas kalung imitasi? ga ngerti hehe
BalasHapuskeren... cuma masih binguung aja, dia di atas kapal pesiar yang sedang berlayar atau sedang berlabuh ya? melihat pemandangan laut yang indah tapi masih ingat bahwa dia harus menyetir mobil nantinya. eh... ini juga bingungin, karena dia ingat menyetir mobil dan bisa menilai permainan cinta pria itu tapi gak sadar pas diambil kalung dan gelangnya. ah.. abaikan kebingunganku ini.
BalasHapus@linda. ini aku benerin ya... emang maunya aku buat setting pertama di kapal, setting kedua di hotel. ternyata kok lebih dari 300 kata. udah aku edit ya di satu setting aja :)
BalasHapus@mbak ade. kan lagi berlabuh, mbak. ada beberapa kehidupan jet itu yang pestanya diadakan di atas kapal pesiar tanpa berlayar. setelah pesta usai, ya pulang. kebingungan kedua, mungkin ngga usah dijawab ya. ditelaah aja. hehehe..
itu berarti penipu yang tertipu hehe
BalasHapusblum profesional si cowonya, ga tau mana yg asli mana yg imitasi :D
BalasHapusahahahah....pasti jas woolnya jg imitasi :P
BalasHapuskomenku mirip dengan komennya Ade. Nggak usah ditulis lagi yaaaa. :p
BalasHapusjudulnya maling yang ketipu heheheh...
BalasHapus