Mudik tahun ini, saya nggak banyak waktu yang bisa saya luangkan. Hari raya Idul Fitri yang jatuh pada hari Senin tanggal 28 Juli 2014, sebenarnya masih berjarak lama dengan waktu liburan berakhir, yaitu hari Senin tanggal 4 Agustus 2014. Itu hitungan normalnya ya. Tapi nggak berlaku sama jadwal kerjanya Papa. Hari Jumat, Papa sudah harus masuk kerja. Jadi, kita sekeluarga hanya ada waktu 4 hari untuk silatirrahim ke keluarga di Gresik, Lamongan dan Malang.
Setelah keliling untuk silaturrahim di Gresik dan Lamongan, akhirnya datanglah hari Rabu (30 Juli 2014) untuk mudik ke Malang. Sengaja kami berangkat pagi sekali supaya nggak kena macet. Bagaimanapun, Malang sudah jadi kota tujuan wisata dan rawan sekali macet. Alhamdulillah, berangkat jam 06.35 dan sampai Malang jam 10.05. Macetnya hanya sebentar sih, tapi lumayan bikin Arya bosen. Hihi..
Pas datang, halal bihalal keluarga besar di rumah Mbah dari garis Bapak, sudah selesai. Istirahat sebentar, eh, saudara-saudara sudah ngajak ke rumah mertua salah satu sepupu saya dengan alasan buat rame-rame minum es degan gratis. Dengan semangatnya, saya oke-in itu ajakan.
Segitunya sih? Nggak capek ya? Yap. Soalnya di rumah mertua sepupu saya itu lingkungannya masih alami. Masih banyak lahan sawah dengan dikelilingi sungai, banyak jalanan yang masih belum diaspal, masih banyak pohon-pohon tinggi dan besar dengan suara ayam dan bebek yang terdengar riuh. Belum lagi rumah-rumah khas pedesaan yang memiliki pekarangan lebar, halaman yang luas, jalanan yang sepi dan masjid kampung yang belum ditempa keramik. Sangat cocok sekali untuk Arya belajar tentang perbedaan kota dan desa, juga untuk menggali kemampuan outdoor-nya dengan fasilitas yang alami dia dapat dari Tuhan.
Sayangnya, sampai di lokasi, ternyata mendung. Kecewa juga sebenarnya. Sebentar gerimis, tapi ngga masalah juga sih, karena kami sudah kadung bahagia bisa bersilaturrahim ke sana. Tuan rumah yang selalu tersenyum meskipun para kurcaci kami berlarian ke sana ke mari. Tetangga yang ramah meskipun Arya dan saudara-saudaranya berlarian sampai ke halaman mereka.
|
Mendung-mendung galau >_< |
Dan semua itu harus diabadikan! Dengan apa? Kamera dari Smartfren Andromax i yang kapasitasnya 5 MP. Hasilnya? Oke bingit, saudara! Padahal saat itu mendung, hasilnya masih bagus lho. Dan ada hasilnya bagus juga meskipun fotonya diambil di dalam ruangan.
|
Disambut tuan rumah yang ramah :) |
|
Salah satu suguhan khas desa, tape dari beras ketan hitam yang dibungkus daun kemiri. Rasanya? Maknyus! |
Silaturahmi dapat melancarkan rejeki. amin.
BalasHapusamin, amin.. betul mas Kid :)
Hapusndak papa mendung yang penting ngga hujan dan angin kencang :D
BalasHapusbetul mak.. kalau sudah hujan sama angin kencang, aduh.. selfie gagal total :D
HapusSuara Bebek sudah jarang banget terdengar di sini, Ka. Padahal saya urip di desa. :D
BalasHapusRame ya, keluarga besar.
keluarga nenekku juga di desa, Idah. Tapi kok ya juga udah jarang bingit suara bebek. Sawah-sawah juga sudah mulai jarang ada soalnya pada dibangun rumah penduduk :)
Hapus