credit |
Semoga Kita Bertemu Ramadhan Tahun Depan - Postingan pertama setelah liburan yang panjang sekali *bilang aja males posting*. Sebelum bercerita tentang apa yang ada di otak saya, saya ucapkan Minal 'Aidzin wal Faizin. Mohon maaf ya teman-teman atas segala salah saya, baik secara ucapan maupun perilaku, baik secara sengaja atau tidak sengaja. Semoga, tahun depan kita dipertemukan kembali dengan Ramadhan. Dan semoga, di bulan-bulan setelah Ramadhan, ibadah kita jadi lebih baik lagi.
Saya jadi ingat, khutbah saat sholat Idul Fitri kemarin. Begini, setelah bulan Ramadhan adalah bulan Syawal yang memiliki arti 'Peningkatan'. Dalam artian diharapkan kita memiliki peningkatan dalam beribadah. Lho, bukannya harusnya kita meningkatkan ibadah kita terus-menerus setiap hari? Iyap, itu pun juga betul. Begini *angkat-angkat alis sambil pegang kacamata*, setelah kita berusaha sekuat tenaga untuk meningkatkan ibadah kita di bulan Ramadhan, diharapkan setelah Ramadhan berlalu, kualitas ibadah kita tak kembali menurun seperti sebelum Ramadhan. Sebisa mungkin, kita tetap aktif dalam beribadah dan semakin hari semakin baik.
Selama tiga tahun ini, saya melewati Ramadhan dengan sedikit berat, dengan perasaan berkecamuk setiap hari. Ramadhan dua tahun yang lalu, saya hamil tua. Setiap hari saya harus riwa-riwa dengan perut besar untuk mengajar di dua sekolah. Untungnya, janin Arya saat itu tidak rewel. Puasa pun lancar, hanya saja kadang kala energi terasa terkuras sekali dan menjelang buka puasa, nafas sudah ngos-ngosan. Alhamdulillah, Ramadhan terlewati dengan baik.
Sedangkan di awal Ramadhan tahun lalu, saya kecelakaan dan mengalami patah tulang di siku sebelah kiri. Mau tidak mau, saya harus melewati Ramadhan dengan merasakan perih tiap hari karena pen yang bentuknya seperti kawat tebal itu terus menggesek kulit. Meskipun puasa saya akhirnya bolong beberapa hari karena tidak kuat dengan sakitnya, Alhamdulillah, Ramadhan terlewati sudah dengan baik. Dan saya berlebaran tahun itu dengan tangan masih di gips dan pen yang masih belum diambil. Setelahnya, saya melalui empat bulan fisioterapi di rumah sakit untuk pemulihan dan latihan otot di rumah untuk penyempurnaan, sampai hari ini.
Tahun ini, saya dan suami didera masalah yang sangat serius. Yang bisa kami lakukan hanyalah terus berdoa, memohon diberi penyelesaian yang terbaik untuk kami. Ramadhan saya lalui dengan hati cenut-cenut dan pikiran yang tidak tenang. Tapi karena saya yakin bahwa doa di bulan Ramadhan akan dikabulkan, dan saya mendapatkan banyak dukungan dari teman-teman dekat, saya yakin bisa melalui dengan baik. Meskipun sampai hari ini masalah itu belum terselesaikan dengan baik, tapi saya yakin bahwa Allah akan memberi jalan keluar.
Tetapi semua itulah yang membuat saya malah semakin merindukan Ramadhan. Bagaimana teman-teman ODOJ 2629 terus memberikan inspirasi untuk terus bertilawah supaya hati saya semakin tangguh dan bagaimana pula teman-teman dekat saya saat SMA di grup WA memberi semangat yang kuat. Ketika saya bertarung menghadapi situasi yang tidak ramah dan menuntut saya untuk selalu sabar, meskipun itu sulitnya minta ampun.
Yang lainnya, suasana Ramadhan memang nyatanya menyejukkan hati. Setiap hari tilawah terdengar di rumah saya, tempat berkumpul ibu-ibu di RT saya untuk membaca al-Quran. Setiap hari saya dan keluarga besar berkumpul untuk sahur dan berbuka puasa, karena biasanya kami jarang berkumpul karena disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Belum lagi, saya, ibu dan adik ipar saya jadi sering memasak bersama untuk buka puasa. Hitung-hitung, sebagai tambahan bonus untuk mempererat hubungan kami. Dan, yang paling kami tunggu adalah mudik. Yap, keruwetan mudik (meskipun mudiknya nggak jauh) dan persiapannya, juga bertemu dengan sanak saudara, jelaslah memberi kesan yang menyenangkan.
Yang dapat saya panjatkan sekarang adalah, semoga saya (juga kita semua) bisa bertemu dengan Ramadhan tahun depan. Semoga saya (juga kita semua) diberi umur panjang untuk bisa terus merindukan Ramadhan. Amin.
Ramadhan yang penuh ujian. Mudah-mudahan masalahnya suami segera ada jalan keluarnya mbak.
BalasHapusamin, amin.. terima kasih, Mak :)
HapusSetiap sholat id kita diingatkan oleh khatib bahwa Ramadhan adalah masa penggemblengan untuk menuju ketaqwaan. Kesabaran diuji. Kita bisa sabar menunggu beduk berbunyi. Tapi mengapa kalau ada pembagian zakat,sembako, sedekah kok pada tidak sabar sampai berdesak-desak, ricuh dan timbul korban.'
BalasHapusSemoga kita tidak menjadi manusia Ramadhani yang hanya bagus ketika bulan Ramadhan saja, tetapi menjadi manusia Rabbani yang selalu taat kepada Allah Swt.
Mafa lahir batin Jeng
Salam hangat dari Surabaya
betul sekali pakdhe, ramadhan memang penggemblengan kesabaran kita. dan kita diharapkan berhasil melalui itu :)
Hapusmohon maaf lahir batin ya, pakdhe..
maafkan segala salah dan khilaf :)
apapun masalahnya semoga segera teratasi,Ya Fattah Ya Rojjaq...semoga dibukakan segala yang jalan, semoga rezeki apapun dimudahkan aamiin....
BalasHapusamin, amin.. makasih ya is :)
HapusWahhh... semoga Ramadhan tahun depan lancar ya Mbaaa... Aku nggak suka puasa, tapi kalau Ramadhan kelar, somehow kangen juga hehe...
BalasHapusKangen suasananya ya, una? :)
HapusAamiin. Semoga qta semua dipertemukan kembali dg Ramadhan tahun depan ya, Mak.
BalasHapusjadi enak disebut2 *eh*. Haha
Kwkwkwkw, secara kita kan kompakan di ODOJ, mbak :D
Hapussemoga masalahnya cepat selesai dan mendapat jalan keluar terbaik. Apapun itu.
BalasHapusDan, semoga kita semua masih diberi kesempatan untuk dipertemukan dengan ramadhan berikutnya. aamiin
Amin, amin..
Hapusaamiin :)
BalasHapusamin, amin..
HapusTangan menengadah dan ikhtiar terus ya, Kaa. Semoga segala masalah, urusan, cepat terselesaikan ya.
BalasHapusIya Idah, semoga selalu istiqomah meminta dan memohon :)
HapusAamiin ,,,, Ya Rabbal 'alamiin ,,,
BalasHapusSalam Sukses dari brebes ,,, :)
amiiin ,, minal aidzin yaa
BalasHapus