Setelah puas menikmati kearifan lokal di desa Sade, kami menuju ke salah satu pantai yang menjadi tujuan selanjutnya sebelum kami menuju ke bandara untuk kembali ke Gresik. Pantai Tanjung Aan.
Baca : Menikmati Kearifan Lokal Suku Sasak di Desa Sade, Lombok Tengah
Pantai Tanjung Aan terletak 75 km dari kota Mataram atau sekitar 3 km dari pantai Kuta, Lombok. Pantai ini, berhadapan langsung dengan samudra Hindia, sehingga sepanjang mata memandang, akan ditemui lautan yang sangat luas dan indah. Yang membuat unik adalah pasirnya. Di sini, terkenal sekali kalau pasirnya berbentuk bulatan-bulatan besar berwarna kuning, sebesar merica. Sehingga kalau berjalan di atasnya, terasa agak sedikit kasar.
Yang membuat unik lagi dengan pantai ini adalah cerita rakyat yang ada sampai sekarang. Pada bulan Februari, akan terdapat Ritual Bau Nyale. Menurut guide yang mengantar rombongan kami, ritual ini berhubungan dengan mitos masyarakat tentang Putri Mandalika yang berubah menjadi cacing laut setelah menceburkan diri ke laut karena menjadi rebutan dua pangeran. Tapi, cacing laut ini hanya bisa ditemui pada waktu tertentu saja, yaitu setahun sekali berdasar kalender suku Sasak (sayangnya saya nggak mencatat tanggal berapanya). Dan banyak tidaknya cacing laut yang muncul, akan berhubungan dengan peristiwa alam lainnya, seperti contohnya adalah melimpah atau tidaknya hasil panen.
Sambil menikmati cerita dari guide, nggak terasa hampir satu jam terlewati sudah untuk menuju ke pantai ini. Karena kondisi cuaca yang sedang panas-panasnya, suguhan untuk kami selama perjalanan adalah jajaran pantai yang panas dan menyilaukan karena pantulan sinar matahari. Di sisi lain jalan, kami juga melewati bukit-bukit dengan hamparan lahan pertanian yang mulai mengering.
Sebenarnya, saya lebih penasaran dengan pantai Pink yang kata guide-nya lokasinya berdekatan dengan pantai Tanjung Aan. Penasarannya, seberapa merah mudanya sih pantainya dan kenapa bisa merah muda begitu warnanya. Tapi ya, namanya juga rombongan, ya apa yang jadi tujuan rombongan, terima saja. Tapi menurut guide perjalanan kami, pantai Aan nggak kalah menariknya. Akan ada banyak bebatuan besar dan air yang jernih sekali, yang dikelilingi dengan tanjung yang eksotik.
Dan benar apa yang dikatakan si guide. Pemandangan di pantai Tanjung Aan menarik perhatian saya lebih dalam ketimbang pantai-pantai lain yang sudah pernah saya datangi sebelumnya.
Saat kami tiba, matahari benar-benar sedang di atas kepala kami. Pantulan sinarnya yang menyilaukan mata, memaksa beberapa teman harus menggunakan kaca mata dan topi lebar jika ingin menikmati pemandangan secara langsung. Celakanya, saya lupa nggak pakai sun block untuk tubuh dan wajah. Siap-siap kulit terbakar deh. Apa boleh buat, namanya juga berlibur ke pantai. Udah resikonya kali kulit menghitam.
Dengan beberapa teman, saya memutuskan untuk tidak hanya di pantai saja tapi juga lebih jauh menuju bebatuan yang ada di bibir pantai yang bersentuhan langsung dengan air laut. Di sana saya benar-benar bisa melihat seberapa jernih air laut di pantai ini. Ikan-ikan mungil yang berenang melewati bebatuan, juga tumbuhan laut yang terombang-ambing terkena gelombang ombak. Subhanallah.
Belum lagi sajian pemandangan di sepanjang mata kami. Jajaran bebatuan besar yang membentuk tanjung yang mengelilingi pantai yang putih. Juga pantai yang bersih karena tampaknya pengunjung sudah memiliki wawasan yang baik untuk membuang sampah pada tempatnya. Jika sedang berdiri di tengah bebatuan dan menatap ke arah laut, di belakang kita banyak terdapat deretan gazebo sederhana yang dibuat oleh warga sekitar untuk berjualan makanan ringan ala pantai seperti air kelapa, mie instan dan air mineral.
Saat sedang menikmati pantai sambil mengambil beberapa foto, saya melihat beberapa pengunjung yang sedang membersihkan diri dengan air pantai, kemudian menggelar sajadah di atas bebatuan. Subhanallah, ternyata mereka akan menunaikan sholat Dhuhur. Nikmat mana yang saya dustakan melihat pemandangan langka seperti ini. Melihat pengunjung yang memilih menunaikan ibadah di alam bebas dengan menikmati pemandangan alam yang diciptakan Tuhan untuk mereka.
Mengingat waktu yang terbatas, saya dan teman-teman bergegas kembali menuju bus. Karena ternyata waktu masih agak lama, cukuplah kiranya untuk cuci kaki dan sholat dhuhur. Tapi, karena toilet yang tersedia hanya sedikit sedangkan yang antri banyak sekali, saya putuskan untuk cuci kaki saja di sebuah sumur yang ada di dekat toilet. Begitu juga ketika akan sholat dhuhur. Melihat musholla yang sempit dan yang antri banyak sekali, sedangkan waktu kami untuk segera menuju bandara sudah mepet, lebih baik untuk sholat Dhuhur dan Asar di bandara saja. Semoga saja kelak, pemerintah daerah bisa lebih menyediakan fasilitas umum yang lebih baik lagi, sehingga pengunjung akan merasa lebih nyaman saat berlibur ke mari.
Saran saya, kalau ingin ke pantai Tanjung Aan, lebih baik saat pagi hari. Selain nggak terlalu panas, kita juga nggak akan kebingungan menunggu antrian tempat di musholla untuk sholat Dhuhur. Lagi pula, ke pantai siang-siang, harus siap kulit gosong kan? Apalagi kalau lupa memakai sun block seperti saya. Dan karena lokasi pantai Tanjung Aan yang agak sulit ditempuh dengan kendaraan umum, lebih baik kalau ke sana bawa kendaraan pribadi saja. Lebih hemat dan lebih asyik tampaknya.
Salam,
Ria Rochma
bening banget ya airnya zuh...baru tahu kisah mandalika^^.
BalasHapus*pesen tiket pesawat* *berangkat*
BalasHapusAku suka banget mbak main ke pantai.. Suatu saat nanti pengen deh bisa sampai pula di Lombok..
BalasHapusindah pantainya bersih ^^ udah lama enggak pernah ke pantai
BalasHapusindahnya, ah catet nih tempat. mungkin bulan depan mau ke lombok
BalasHapusSunblock sekarang lebih untuk menangkal radiasi sinar UV, apalagi yg sering bgt manas di pantai. Manasssss hare hihihi.
BalasHapusBtw pantai2 di Lombok ini kol bisa cakep2 gitu ya, pengen suatu saat balik ke sana lagi.
Gak ada ombaknya?
BalasHapusPantai Lombok Selatan juga bagus2, sayang promonya masih kurang. Kami juga ke sini waktu liburan ke Lombok tahun lalu. Didongengin Putri Mandalike juga oleh si tour guide :)
BalasHapusWaw, kpn yaa aku bs ke lombok. Nanti klo kesana aku minta rekomen tmp wosata sama dirimu yo mbaa
BalasHapusDuuuh jadi pingin ke pantai deh. :( Nunggu lahiran dulu
BalasHapusahhhhhhhhhh jadi gag sabar ak mau liburan bulan mei ke pantai klayar :(
BalasHapuskalau ketemu pantai yang kayak gitu, kayaknya saya pengen berendam yang lama :D
BalasHapusairnya jernih banget ya sampai kelihatan dibawahnya
BalasHapusWaw indahnya pantai lombok.
BalasHapusAlhamdulillah sudah pernah ke sini dan puas banget dengan pantainya. Kereeen... Jadi berasa bernostalgia
BalasHapusSemua pantai di Lombok memang indah ya, dan berkarakter unik! Tanjung Aan dan Kuta bersebelahan, tapi lebih indah Tanjung Aan kelihatannya. Tapi pantai Kuta juga sama asyiknya. Alhamdulillah pernah main ke sana bareng teman dari Perancis
BalasHapuspasirnya putih banget, jadi pengen kesana. mama Arkantara sponsori ya? hehe
BalasHapusAq pernahnya ke pantai kuta, pasirnya segede merica. Kalau di tanjung aan samakah?
BalasHapusNaksir bgt tempat inii
BalasHapusGak foto foto di atas bukit nya juga makk? Cakep loh.. Trus sama pemandangan sebelah kanan nya,, kayak banyak bebatuan yang banyak terdapat hewani laut karena masih ada airnya juga. Menurut ku tanjung aan ini pasirnya terlalu ngisap ya, dalam gak kayak pasir yang lain. Udah gitu penjual souvenir nya maksa maksa hehehe, tapi beli juga sih buat oleh oleh
BalasHapusairnya bening bangeeeet :)..cakep ya mba. Saya jadi kangen ama Lombok :)
BalasHapus