Sebelumnya, saya ingatkan dulu, tulisan ini diperuntukkan buat orang tua yang sehari-harinya bekerja dan nggak sempat mengantar, menunggui atau menjemput anaknya ke atau dari sekolah.
***
Saya dan suami, termasuk orang tua yang nggak sempat mengantar atau menjemput Arya saat berangkat ke Kelompok Bermain. Tugas itu dialihkan sepenuhnya ke nenek sama kakeknya (kami membiasakan memanggil Umi dan Abi) karena beliau berdua mau melakukan itu. Catat ya, bukan karena kami paksa, tapi karena beliau berdua mau mengantarkan. Apalagi kata ibu saya, beliau butuh bergerak dan berkeringat mengingat oleh dokter beliau disuruh untuk olah raga. Jadi, mengantarkan Arya ke Kelompok Bermain tiga kali selama seminggu dengan jalan kaki, kata beliau bisa sekalian untuk olah raga yang nggak ngoyo banget.
Tapi kadang, saya juga ingin lho mengantarkan Arya. Apalagi kalau pagi dia sudah merengek minta diantarkan saya atau Papanya. Wah, kalau sudah seperti itu biasanya malah bikin menggalau sekali. Antara nggak mau terlambat datang kerja dengan ingin sekali penuhi keinginan anak yang jarang sekali dia pinta.
Beberapa kali sih, saya cheating untuk mengantar Arya. Biarlah, nggak tiap hari juga kan? Yang penting, saya ijin datang terlambat karena kepentingan anak saya juga *duh, dilema emak kerja*. Tapi kalau keseringan ijin terlambat juga nggak bagus buat reputasi *halah*. Akhirnya, beberapa waktu yang lalu, saya beranikan saja sekalian ijin satu hari untuk mengantarkan Arya. Untungnya, di sekolah seharian itu nggak ada jadwal konseling, nggak ada panggilan orang tua, nggak ada jam masuk kelas dan menurut cerita teman-teman, juga nggak ada masalah dari siswa-siswa saya.
Saat itu hari Jumat. Waktunya Arya dan teman-temannya senam pagi kemudian lanjut kegiatan kreasi. Awalnya saya bilang ke Arya, kalau saya ntar mengantarkan saja trus saya tinggal. Kalau waktunya pulang, saya jemput. Seperti Uminya kalau mengantar tiap hari lah. Tapi dia nggak mau, mintanya ditungguin sampai pulang. Katanya gini, “Mama kan belum tahu senam Ceria yang pakai lagu baru. Ntar divideo, Ma. Trus kasih tau Papa sama Abi.”
Duh, kalau anak sudah bilang seperti ini,giimana emaknya nggak langsung melting hatinya? *ambil tissue*.
Akhirnya jadi deh saya nungguin Arya di sekolah. Walhasil, setelah ambil video senamnya Arya yang baru untuk semester ini, ujung-ujungnya saya ngerumpi sama mama-mama muda lainnya, yang biasanya hanya bisa ngerumpi di grup BBM saja. Yah, lumayanlah, nggak bengong sendirian di depan sekolah Arya selama dua jam.
Dipikir-pikir lagi, ada manfaat mengantarkan anak ke sekolah dengan ijin sehari penuh. Ini kalau saya lihat dari sisi saya yang jarang bahkan hampir nggak pernah melakukan aktifitas ini lho ya.
1. Jadi tahu bagaimana runtutan aktifitas kegiatan di sekolah.
Biasanya, setiap saya pulang sekolah, selalu saya tanya apa saja yang Arya lakukan di sekolah. Dia sih bisa jelasin dengan runtut mulai dari bel dibunyikan, baris untuk masuk kelas, baca doa sampai istirahat. Dan saat saya mengantar kemarin, saya buktikan sendiri memang betul kalau kegiatan dari awal sampai akhir, ya seperti yang Arya bilang. Saya jadi tahu, kalau masuknya itu nggak pakai bel listrik tapi pakai krincingan yang biasanya dipakai untuk sholawatan (dan ternyata anak-anak itu lebih antusias mendengar bel seperti itu daripada pakai bel listrik). Saya juga jadi tahu, kalau benar memang gurunya menerapkan ‘tidak boleh pengantar masuk halaman sekolah’ meskipun tanpa diberi papan peringatan. Dan masih banyak lagi.
Positifnya, saya jadi lebih percaya lagi ke Arya. Bahwa apa yang dia sampaikan ternyata memang sesuai dengan fakta yang ada. Dan, saya jadi bisa mengukur seberapa besar kemampuan berceritanya Arya ke saya sesuai dengan apa yang dia lihat dan dia lakukan.
Baca juga : [Parenting] Manfaat Mendaftarkan Anak ke Kelompok Bermain
2. Bisa lebih akrab dengan orang tua siswa lain.
Kalau dibilang ibu-ibu itu kerjaannya ngerumpi, iyes, itu nggak bisa dipungkiri. Kita mah memang rajin kalau soal ngerumpi. Ada saja dibahas. Tapi dari ngerumpi itulah kita bisa tahu banyak informasi baru. Apalagi untuk saya yang jarang ketemu sama orang tua siswa lainnya.
Misalnya nih, kemarin akhirnya saya tahu rata-rata teman sekolahnya Arya nanti akan masuk TK mana dan alasannya apa. Penting ya? Oh, iya dong. Nanti kan saya bisa kasih tahu ke Arya, si ini dan itu masuk TK yang sama dengan dia. Harapannya, orientasinya dengan sekolah baru alias adaptasi sama sekolah barunya nggak lama-lama karena dia sudah termotivasi dengan adanya teman lama yang masuk sekolah yang sama dengan dia. Penting lho masalah beginian buat anak balita yang kadang masih merasa takut mengenal lingkungan baru.
Atau, akhirnya saya tahu kalau mama si A lagi hamil, mama si B mau pindahan rumah, endebrai-endebrai. Lagi-lagi, penting ya? Duh, kan saya sudah bilang, bahasan mana sih buat ibu-ibu yang nggak penting? Pentinglah. Kita jadi bisa saling share soal kehamilan sama kelahiran (karena masih sama-sama mamud, jadi butuh banyak informasi karena sedikit pengalaman). Atau, jadi tahu soal mengurus kepindahan dari kota satu ke kota yang lain itu susahnya gimana, apalagi kalau menyangkut urusan sekolah anak. Dan masih banyak lagi karena bisa berlanjut ngobrol di grup BBM.
3. Bisa tanya-tanya ke gurunya tentang perkembangan anak kita.
Kok ya kebetulan, kemarin itu saya nggak tanya bagaimana perkembangan Arya selama di sana. Malah gurunya cerita sendiri kalau Arya sukanya ini dan sulit kalau disuruh melakukan itu. Oke,noted! Itu jadi catatan sendiri buat saya.
Tapi, kan nggak bisa gurunya menyampaikan ke semua orang tua. Capek kan ya? Itulah kenapa, buat orang tua yang bekerja, menyempatkan sehari saja ke sekolah anak itu bisa digunakan untuk menanyakan perkembangan anaknya. Bisa perkembangan kognitifnya, bisa perkembangan perilakunya. Jangan sampai lho kita jadi orang tua yang ‘pasrah bongkokan’ (bahasa Jawanya) alias semuanya diserahkan ke gurunya dan orang tua nggak mau tahu. Ntar kalau ada apa-apa dengan si anak, orang tua pas dikasih tahu tinggal shocknya. Ini nih yang salah, karena itu sama saja dengan nggak ada kerja sama antara orang tua dengan pihak sekolah.
Baca : [Parenting] Menstimulasi Aktifitas Motorik Anak bersama Dancow Excelnutri+ di Ranch Adventure
4. Semakin mendekatkan hubungan orang tua dengan anak.
Anak mana sih yang nggak gembira kalau diantar orang tuanya sendiri ke sekolah? Si anak akan merasa kalau orang tuanya memiliki waktu untuknya, meskipun mengantarnya hanya sesekali saja karena keharusan orang tua untuk bekerja. Selain memunculkan rasa gembira, si anak akan lebih percaya diri dihadapan teman-temannya karena dia merasa bahwa orang tuanya memberikan dukungan ke dia untuk melakukan kegiatan di sekolah sehari penuh.
Itu kalau dari sisi anak ya. Kalau dari sisi orang tua? Saya sempat melting
Mungkin memang susah untuk beberapa orang tua bekerja jika ingin antar-tunggu-jemput anaknya di sekolah karena ada kewajiban untuk bekerja. Tapi saran saya, setidaknya gunakan kata ‘minimal’ beberapa kali saja untuk melakukan itu mengingat sebenernya nggak hanya empat manfaat itu saja yang akan kita terima. Atau, kalau memang nggak bisa antar-tunggu-jemput anak, setidaknya sempatkan ke sekolah anak untuk bertanya perkembangan anak kita. Empat manfaat itu kan personal untuk saya, siapa tahu untuk orang tua yang lainnya malah bisa lebih dari empat itu. Betul nggak?
Salam,
Ria Rochma
ada segi positifnya kok kumpul sama ibu2,jaid tahu banyak hal...banyak bangetttt hehe
BalasHapuspoint penting tetep yang nomer 4 deh mbak menurutku :D hihihi soalnya rasanya itu seneng banget kalau orang tua mau nyempetin waktu buat nganterin kita, entah sekolah entah kemana saja :')
BalasHapusAnakku belum sekolah mba, tapi dulu pernah dgr cerita tmn sengaja cuti kantor utk nganter anak ke sekolah, dan anaknya seneng banget, ngenalin ibunya ke semua temennyaa^^
BalasHapusHihihi, iya Mak, kalau ga pernah mampir ke sekolah anak. Bisa2 nanti dikira tantenya (bukan emaknya).
BalasHapuskeren banget dan salut buat ortu pekerja yang masih bisa antar jempu anak sekolah. fenomena langka
BalasHapusanak-anak selalu excited kalau diantar ortunya apalagi kalau ortunay kerja ya. Jadi menambah kedekatan ya
BalasHapusanak kecil udah punya pikiran, mamaku sibuk tapi masih sempat peduli. One day dia belajar hal yang sama tuk keluarganya :)
BalasHapuskayanya yang paling penting poin ke-4 mba soalnya anak bisa merasa lebih diperhatikan :)
BalasHapus