Semua berawal ketika Bapak sakit pada minggu ketiga di bulan Ramadhan kemarin. Disaat kami semua berharap dan selalu berdoa untuk kesehatan beliau, ternyata Allah menakdirkan berbeda. Bapak tumbang karena batuk rejan yang tak kunjung sembuh sehingga membuat kinerja jantung semakin berat. Bonusnya, Bapak diwajibkan istirahat di rumah sakit selama satu minggu dan sejenak tak memikirkan apapun yang membuat beliau stres.
Sejak saya kecil, saya jarang sekali melihat Bapak sakit. Entahlah, apakah memang daya tahan tubuh beliau itu termasuk yang super baik ataukah karena beliau itu pandai menjaga kondisi tubuh. Batuk pilek pusing, iya pernah. Tapi bisa dihitung dengan jari untuk berapa kali beliau sakit. Dan sampai sebesar ini, saya mendapati Bapak benar-benar tidak berdaya karena sakit itu hanya dua kali. Pertama saat saya SMP. Malam hari menjelang isya, tiba-tiba terdengar bunyi ‘bruk’ dari arah dapur. Karena suaranya yang kencang sekali, Om saya yang sementara tinggal di rumah kami, mengecek ke belakang. Tak lama beliau teriak-teriak minta tolong karena Bapak pingsan. Setelah Bapak siuman, bergegas Om memapah Bapak ke kamar untuk istirahat dan tak lama kemudian mereka berdua ke rumah sakit untuk periksa. Itu saja, Bapak hanya perlu waktu sehari saja untuk pulih. Besok lusanya, beliau sudah tampak bugar dan sehat.