Tidak ada yang pergi daripada hati. Tidak ada yang hilang dari sebuah kenangan.
-Tere Liye-
Sebagian dari kita, pastinya akan setuju jika perlu dalam hidup, kita membingkai kenangan-kenangan baik yang ada di masa lalu kita. Saya bilang kenangan baik, bukan kenangan manis. Karena masa lalu, tidak melulu berisi hal-hal yang indah dan selalu membuat kita tersenyum di masa kini. Namun tentu, ada beberapa peristiwa yang membuat hati kita hancur luluh lantak dan membuat kita susah untuk kembali bangkit.
Sedangkan kenangan-kenangan baik yang berisi kegembiraan, perayaan dan suka cita, cenderung akan menempati porsi lebih banyak dalam memori ponsel atau laptop. Saat membukanya kembali, ada banyak senyum yang meruah, ada banyak tawa yang tersampaikan dan ada banyak mood booster yang tinggal kita pilih satu per satu. Kenangan-kenangan baik inilah yang membuat kita lebih bersemangat dan lebih banyak bersyukur atas hidup.
Beberapa membingkai kenangan di buku harian, beberapa lagi menulisnya di blog, beberapa lainnya menyimpan rapat di hati, dan beberapa lagi menyimpannya melalui lubang kamera. Dulu, saya suka membingkai kenangan di buku harian. Dengan pena warna-warni, memberi beberapa hiasan di pinggir-pinggir kertasnya kemudian kembali tersenyum saat dibaca ulang. Tapi, seiring waktu, saya makin suka membingkai kenangan lewat lubang kamera. Alasannya adalah karena lebih praktis. Apalagi sekarang sudah memiliki dua bocah yang belum sepenuhnya mandiri, membuat waktu untuk menuliskan kenangan di buku makin terkikis.
Kalau dulu, kenangan-kenangan itu dibingkai dengan penuh usaha. Merekamnya di gulungan film foto, mencetaknya, kemudian disimpan rapi di album-album foto. Dana yang keluar pun banyak, waktu untuk ‘kemudian bisa menikmatinya’ pun juga panjang. Berbeda dengan sekarang. Jaman di mana segalanya sudah mudah. Membingkai kenangan bisa melalui media ponsel. Tentukan angle yang pas, kemudian tap tombol di layar ponsel, dan kita bisa langsung menikmati hasilnya saat itu juga.
Sejak memiliki ponsel yang berkamera, yang saya incar dulu adalah spesifikasi kameranya. Karena jujur, saat ini belum ada dana untuk membeli kamera DSLR atau mirrorless. Meskipun dua item ini sudah masuk bucket list, tapi sementara gunakan fasilitas yang ada dulu. Dan suami ngerti banget sih soal ‘utamakan kamera di ponsel’ ini. Jadi, semisal mau ganti ponsel, yang disearch pertama di google adalah spesifikasi kamera dan hasilnya sesuai dengan review tabloid ponsel atau para pengguna di blog tekno. Seperti kamera pada Zenfone 2 Laser ZE550KL yang berukuran 13 MP dengan pixels sebesar 4128x3096 dan laser autofocus serta dual LED flash, yang membuat fungsi pengambilan gambarnya menjadi lebih optimal.
Saya suka menggunakan kamera ponsel. Why? Karena praktis. Sudah, itu saja alasannya. Ketika ada kejadian-kejadian yang sifatnya spontanitas, kamera ponsel jadi andalan. Tinggal ambil di tas, siapkan mode kamera, jepret. Seperti saat ada acara Ramadhan Market yang diadakan disalah satu perumahan dekat rumah. Niat awalnya adalah makan malam di luar rumah setelah sholat terawih. Saat perjalanan pulang setelah makan, Arya tumben sekali merengek minta masuk ke area Ramadhan Market yang notabene banyak penjual makanan. Saya dan suami sebenarnya sudah enggan, karena perut kami sudah kenyang. Tapi karena penasaran juga sih, akhirnya kami turuti kemauannya Arya. Dan ya, beberapa foto on the spot dengan kamera ponsel menghiasi Instagram saya.
Nggak dipungkiri juga ya, saya butuh eksis. Oke, oke, silakan tertawa. Kalau nggak karena ingin eksis, lalu mengapa saya buat akun Instagram dan Pinterest? Meskipun nggak semua image di Instagram melulu selfie saya atau board di Pinterest isinya paper craft karya saya.
Melalui Instagram, saya benar-benar ingin menunjukkan kenangan-kenangan baik yang saya abadikan dengan kamera ponsel kepada follower. Atau kalau tidak berupa kenangan, setidaknya ada beberapa foto yang saya ambil karena mengikuti beberapa challange. Meskipun hasilnya tak seciamik para selebgram, tapi sudah membuat saya mau belajar beberapa aplikasi editing foto yang saya download dari Playstore. Itulah alasan praktis lainnya menggunakan kamera ponsel. Setelah jepret, bisa langsung diedit di ponsel kemudian secepatnya di-share.
Semisal di foto ini. Lebaran tahun ini, sepupu saya menghubungi seorang fotografer untuk mengabadikan kumpul keluarga dari garis keturunan Bapak saya. Sebenarnya, kami sudah punya foto keluarga besar pernikahan adik saya tiga tahun yang lalu. Tapi karena anggota keluarga kami semakin bertambah banyak, akhirnya diputuskanlah menyewa fotografer. Tapi tetap saja, saat si fotografer mengambil beberapa gambar kami, yang tidak ikut difoto malah berjajar di belakang fotografer ikut-ikutan mengambil gambar. Dengan kamera ponsel. Dan saya pun ikut menitipkan ponsel saya ke saudara untuk ikut-ikutan juga mengambil gambar.
Mengapa sudah menyewa fotografer, tapi masih juga kamera ponsel beraksi? Tak lain adalah karena cepatnya kami sebagai pemilik ponsel untuk share kenangan-kenangan baik ke media sosial. Untuk menunjukkan bahwa kami bahagia di lebaran tahun ini.
Begitu pula dengan Pinterest.
Saya akui, saya adalah mama muda yang terjebak oleh rayuan maut Pinterest. Apalah daya mata ini, nggak pernah kuat menahan godaan untuk selalu buka Pinterest demi melihat image-image cantik nan lucu di sana. Dan pengendalian diri saya jebol. Setelah Fatin lahir, yang ada malah memikirkan ide-ide untuk membuat DIY foto ala-ala Pinterest. Saya hanya ingin mengabadikan tumbuh kembangnya, tapi dengan tampilan yang lebih elegan. Senjatanya? Ya kamera ponsel. Hanya perlu menyiapkan beberapa peralatan yang dibutuhkan sesuai dengan ide, kemudian siapkan ‘studio mini’ ala-ala saya, siapkan Fatin, lalu jepret dan edit. Hasilnya? Silakan lihat sendiri di bawah ini.
Kalau saya bilang kamera ponsel memang juara kalau masalah spontanitas, itu pun juga berlaku saat saya butuh untuk mengambil video. Ada saat-saat tertentu, di mana mengabadikan kenangan itu tidak cukup hanya dengan sebuah foto. Perlu direkam dalam sebuah video supaya kenangan itu bisa bercerita dengan baik. Apalagi jika ingin merekam aktifitas Arya dan Fatin. Nggak akan terasa alami jika mereka disuruh mengulang kembali aktifitasnya hanya dengan alasan kita belum siap untuk merekam.
Sejauh ini, kamera ponsel sangat membantu saya untuk membingkai kenangan-kenangan. Memaksimalkan fungsinya, inilah yang masih terus saya eksplorasi supaya hasil fotonya makin bagus dan sedap dipandang. Meskipun praktis, tapi tetap perlu terampil menggunakan kamera ponsel sesuai dengan fiturnya.
Karena apa yang ada dalam genggamanmu, itulah yang perlu dimaksimalkan. Begitu pula dengan kamera ponsel.
•••
•••
Bener mbak. Maksimalkan yang ada dulu.. Toh sekarang kamera ponsel pun resolusi warnanya udah tinggi2, hasilnya bagus2. Good luck GA nya ya mbak..
BalasHapusManfaatkan kamera ponsel sebaik mungkin dengan membingkai aneka kenangan dalam sebuah bentuk gambar/poto. hhee
BalasHapusKamera ponsel memang sangat bermanfaat untuk mengabadikan moment ya mbak :D
BalasHapusSampai sekarang aku sedih banget kalau ingat kamera & laptopku digondol maling meski sudah dpt ganti yg lebih bagus. Foto2nya itu lo.
BalasHapusOke aku coba. Tar ketagihan py hal?
BalasHapusTerima kasih sudah ikutan GA Aku dan #KameraPonsel. Good luck.
BalasHapus