Menitipkan anak di Tempat Penitipan Anak? Kenapa nggak?
Buat saya yang sehari-hari menitipkan kedua anak saya ke Ibu saat saya kerja, menitipkan anak di Tempat Penitipan Anak (selanjutnya saya nyebutnya TPA ya) merupakan pencapaian yang luar biasa banget lho. Saya cerita saja dulu ya kenapa akhirnya saya menitipkan Fatin ke TPA.
Jadi, akhir Agustus kemarin, Ibu ada undangan nikahan seorang kerabat dekat yang tinggal di Bekasi. Iya, Bekasi. Yang jauh di sana itu. Yang kalau jadi berangkat, Ibu harus meninggalkan kami *halah* setidaknya seminggu karena selain menghadiri pernikahan, Ibu juga bertandang ke rumah Bulek yang tinggal di Tangerang.
Awalnya, sempat bingung dan sepertinya terasa berat mengingat lamanya Ibu bepergian. Bingungnya, karena saya dan suami harus memutuskan nasib Arya dan Fatin saat kami berdua plus Bapak kerja. Oh iya, Ibu perginya nggak sama Bapak karena Bapak ada kerjaan yang nggak bisa ditinggal. Kalau Arya mah gampang. Bisa gantian jagain antara saya dan Bapak karena beliau kan kerjanya pakai sistem shift. Nah, yang Fatin ini, kami harus menimbang-nimbang akhirnya, jadi dijaga siapa nih pas saya kerja? Kalau sama Bapak, nggak mungkin. Karena nggak mungkin banget saya membebankan meninabobokan Fatin sambil memberi dia minum ASIP di dot kepada Bapak. Kan kasihan Bapak kali.