Dalam dua bulan ini, saya mendapati empat kabar duka dari orang-orang terdekat. Kabar kematian yang berturut-turut, membuat tubuh ini rasanya limbung, lemas, dan mengantarkan duka. Dua bulan, jangka waktu yang tidak terlampau jauh untuk empat kabar kematian. Satu datang, belum pula saya menata hati kembali, tiba lagi berita duka lainnya. Begitu terus selama dua bulan ini. Sedih menumpuk-numpuk. Belum tuntas satu, datang yang baru menerjang batin.
Kabar duka yang pertama begitu membuat hati ini tersontak. Mbak Deasy, salah satu anggota Arisan Link grup 4 di mana saya sebagai salah satu PICnya, meninggal dunia karena kanker. Tersontaknya hati saya dan anggota yang lainnya, karena beliau berpamitan untuk tak bisa melanjutkan mengerjakan PR arisan dengan hari meninggalnya itu, hanya berjarak beberapa hari saja. Lebih-lebih, beliau berpamitan dengan cara yang tidak menunjukkan kesedihan, tapi menggambarkan ketabahan yang luar biasa dalam menjalani kemoterapi.
Kabar duka yang kedua adalah ketika kakek saya satu-satunya meninggalkan saya dan keluarga karena dugaan kanker darah atau leukimia. Beliau adalah satu-satunya kakek yang mampu diajak berdebat dan bertukar pikiran tentang apapun. Beliau adalah seseorang yang sudah tua tapi tak pernah enggan untuk belajar dengan cara berdiskusi dengan siapapun. Jangan tanya seberapa seringnya saya menangis untuk beliau (bahkan saat mengetik ini pun). Mengingat saya adalah cucu tertua dan yang sudah masuk usia dewasa (juga adik saya), banyak kesempatan dengan beliau untuk saling bertukar pikiran.
Kabar duka yang ketiga datang dari salah satu teman SMA yang putranya meninggal setelah sehari dilahirkan. Ya Allah, betapa saya tidak bisa membayangkan sedihnya teman saya itu. Menunggu dengan penuh kesabaran selama sembilan bulan, tapi Allah memberi keputusan yang berbeda. Lalu kabar duka yang keempat, datang dari teman kuliah saya semasa di Malang dulu. Tanpa ada kabar dia sakit, tiba-tiba di grup Whatsapp muncul kabar kalau teman saya itu meninggal. Setelah ditelusuri kebenarannya, ternyata memang iya. Dia meninggal karena asma yang sudah lama dideritanya, dengan meninggalkan dua anak yang keduanya masih balita.
.
.
Mbak Kania (tengah) bersama mbak Mira dan Mbak Tya yg ketiga sama-sama anggota Arisan Link grup 4 |
Salah satu teman blogger saya, namanya Kanianingsih. Blogger tangerang ini dikenal cukup produktif meskipun beliau tidak bekerja di balik meja kantor. Bahkan, beberapa kali mbak Kania menang dalam beberapa giveaway dan lomba blog. Dan jika blogwalking ke blognya, ada saja ide-ide yang dia tulis disela-sela aktifitasnya saat antar jemput anak.
Memiliki label tulisan yang hampir semua blogger punya, karena memang nicbe blog mbak Kania adalah tentang lifestyle. Tapi ada satu label blog yang sejak kemarin lalu membuat saya termangu. Ibadah. Iya, labelnya namanya ‘ibadah’. Label blog yang belum pernah saya temui di blog manapun yang pernah saya ampiri saat senggang.
Mungkin, kalau labelnya adalah ‘agama’, mungkin sudah banyak yang punya. Tapi tidak dengan label ‘ibadah’. Saya penasaran, kenapa mbak Kania sampai memilih nama demikian untuk label ini di dalam blognya.
Oke. Satu yang saya tangkap. Melalui tulisan-tulisan yang masuk di label ini, mbak Kania ingin terus berubah ke arah yang lebih baik lagi dalam urusan beragama, yaitu baiknya aktifitas beribadahnya. Karena melalui label ini, mbak Kania tidak berbicara panjang tentang agama tapi malah berbicara banyak tentang aktifitas beribadahnya yang selalu diupayakan menjadi lebih baik.
Ada beberapa hal yang bisa saya, bahkan Anda semua, pelajari lewat tulisan-tulisan mom blogger ini di label ‘ibadah’ ini. Apa saja?
1. Selalu up grade diri, bukan hanya untuk urusan duniawi tapi juga untuk perihal agama. Dengan selalu meng-up grade diri, kita akan selalu berupaya untuk melakukan sesuatu dengan benar, tepat karena memiliki dasar yang kuat.
Dalam salah satu artikelnya, mbak Kania menceritakan keingainannya untuk bisa memandikan jenazah. Tak lebih karena anjuran dalam Islam bahwa jika ada seseorang yang meninggal, yang memandikan jenazahnya lebih baik adalah keluarganya. Mendengar hal itu, membuat mbak Kania mendaftarkan dirinya dalam pelatihan memandikan jenazah.
Mbak Kania juga aktif mengikuti pengajian di sela-sela mengurus keperluan domestik rumah tangga. Dengan berbekal membawa tote bag beisi kitab Bulughul Marom, notes, bolpoin dan ponsel, mbak Kania tak pantang berkeluh kesah menjalani aktifitasnya ini.
2. Berupaya selalu dekat dengan Allah meskipun berada pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukan ibadah.
Dalam islam, perempuan yang sedang menstruasi haram hukumnya untuk melakukan sholat. Sedangkan ketika tidak melakukan sholat, seperti ada yang kurang saat ingin beribadah. Kalau berada pada kondisi seperri ini, ibadah tetap bisa dilakukan tapi dengan cara yang lain. Menurut mbak Kania, bisa dengan tanpa henti berzikir, memohon ampun, bersedekah dan berdoa untuk kebaikan-kebaikan kita dan keluarga. Selain itu, mbak Kania menyarankan untuk menggunakan internet yang selalu dekat dengan kita dengan cara searching quote-quote islami yang bisa menggugah semangat untuk selalu mengingat Allah.
3. Selalu mengingat kematian.
Tak lebih adalah karena ketika kita selalu mengingat kematian, niscaya hal-hal baiklah yang selalu kita ingat-ingat dan bagaimana menjalankannya. Seperti saat saya mendengar empat kabar duka yang saya ceritakan di awal blogpost ini, membuat saya kembali ditampar pelan-pelan bahwa kematian itu datangnya bisa kapan saja. Tanpa perlu memberi kabar, tanpa bisa dijanji-janjikan untuk mundur. Apa yang bisa saya lakukan?
4. Baik dalam manajemen marah
Mbak Kania menjabarkan, bahwa dengan memanajemen marah, kita akan mudah menjalankan sesuatu atau menghadapi sesuatu dengan ikhlas. Momblogger yang memiliki dua blog ini bahkan menjabarkan step by step supaya marah kita bisa diatur sedemikian rupa sehingga tidak meluap-luap.
Mengenal mbak Kania yang kalem, ternyata memberi manfaat besar untuk saya. Semangat beliau untuk selalu memperbaiki diri, tergambar dalam tulisan-tulisannya di blog ini, khususnya di label ‘ibadah’ ini. Semoga kita semua masuk dalam golongan orang-orang yang selalu menebar kebaikan.
"Ibadah" label yang unik emang ya. Seperti oase di tengah padang pasir tandus, bs jadi self reminder juga soalnya kadang :D
BalasHapusSabar mba, kullunnafasin za ikatul maut.
BalasHapusKania kereeen, bener ya kita harus selalu meng apgred diri, karena kalau kita stuck di suatu kondisi berarti kita merugi..tfs yaaa..inspiring...
BalasHapusMengingat kematian terkesannya serem, tapi memang harus dilakukan ya mba. Aku juga sering mampir ke mba Kania mba
BalasHapusJarang banget lho aku jumpai label di blog tentang ibadah. Jadi pengingat buat kita deh Mbak Kania ini.
BalasHapusPaling suka dengan caranya meng up grade diri. Iya ya berasa diingatkan dengan tulisan ini, kpanpun, dimanapun ga tau kapan kita pergi menghadapNya.
BalasHapusSemoga sahabat dan keluarga telah berpulang mendapat tempat terbaik ya mba. Iya setuju berkunjung ke blog mba Kania ini kita bisa menemukan banyak hal..
BalasHapusCuz ke blognya ah..kayaknya belumnpernah main kesana...
BalasHapusAku pernah juga kehilangan orang2 terdekat barengan. Dalam waktu 4 bulan, beriringan tetangga, teman ngaji, sepupu, sampai ibu temannya anak-anak yang satu sekolah. Ada 5 orang, ibu semua, hikss. Sampai aku tulis di blog untuk curhat :(
BalasHapusMasya Allah..memang kematian itu sedekat urat nadi..
BalasHapusMba kania keren blognya
Makjleb, huhu, merasa diingatkan. Masih susah banget terutama yang manajemen marah. Kalau badan lagi capek, kerjaan numpuk dan anak-anak rewel, gampang banget tersulut. Astaghfirullah T__T
BalasHapussemoga kita selalu diberi kesehatan biar bisa memperbaiki diri dan beribadah dengan baik
BalasHapusmakasih mba Ria, masih belajar terus memperbaiki diri
BalasHapusTerima kasih inspirasinya, mba Ria dan mba Kania
BalasHapusMba Kaniaaaa aku belajar padamu, iya niy berasa banget kalo dekat denganNya tuh tenang, adem. Berusaha belajar..belajar bebenah diri aja seolah kematian begitu dekat ya Mak :(
BalasHapusYup, aku masih harus terus belajar memperbaiki diri. Kadang prakteknya susah ya, tapi harus dijalani.
BalasHapusTulisan yang mencerahkan mbak. Jadi malu sendiri, selama ini rasanya semakin jauh dariNya
BalasHapusMbak Kania kalem juga cantik plus keibuan
BalasHapusSerasaa tamparan keras buat akuu ... terima kasih ya mbaa sdh diingatkan lewat tulisannyaa
BalasHapusnyesss bangeet..emang harus selalu instropeksi diri ya kita..karena kita ngga tau kapan Allah panggil
BalasHapusBener, manajemen marah itu hal yang memang sudah semestinya dipraktekkan, soalnya kalau marah mau tak mau lupa dengan segalanya.
BalasHapusKalau ada berita duka seperti itu, seakan mengingatkan pada kita bahwa umur manusia gak ada yang tau. Harus terus mengupgrade sisi rohani kita ya...
BalasHapusMasyaAllah... Inspiratif sekali Mba Kania.
BalasHapusOia, smg Allah menerima amal ibadah mereka ya Mba.. Dan memang maut adalah salah satu pengingat buat kita
Saya selalu sedih kalau mendengar kabar duka. Apalagi kalau yang wafat adalah orang tua dengan anak yang maish kecil :'(
BalasHapusWah, senang sekali bisa mengenal mbak Kanianingsih lewat tulisan ini :) kapan-kapan bw ke blognya ah~
BalasHapusjadi penasaran, langsung main ke blognya mbak kania aah :)
BalasHapusTulisan Mbak Kania memang bikin adeeemmm....
BalasHapusBtw.. asyik banget bisa foto berdresscode gitu. OOT deh jadinya. hihihi
Wah jd lebih mengenal mba kania aku melalui tulisan ini. :)
BalasHapusDi lingkungan rumah juga kemarin2 terdengar kabar kematian mbak...
BalasHapusSemoga kita senantiasa diberi sehat untuk tetap memperbaiiki diri dan beribadah kepada-Nya.. Amiinn
Dengan mengingat kematian, dapat memotivasi kita untuk bisa lebih baik. Baik urusan akhirat maupun dunia ya...
BalasHapusiya yaah... sedih jug akadang2 kurang inget ttg ibadah
BalasHapus