Sebagai ibu menyusui, tentunya dong ya berusaha sebaik mungkin memberikan makanan terbaik buat bayi kita. Apalagi kalau nggak ASI, yang tentu saja manfaatnya banyak sekali. Termasuk saya, yang meskipun kerja nggak full time sampai sore, tapi tetap ingin terus berikan ASI buat bayi saya yang sekarang sudah berusia tujuh bulan.
Caranya? Tentunya dengan cara memerah ASI di lokasi kerja. Sambil bawa peralatan pompa yang satu tas sendiri, terus menanti jam perah ASI tiba kemudian cepat-cepat ke lokasi perah supaya payudara nggak terasa sakit karena ASI yang sudah penuh. Tapi kadang, jadwal pompa molor, kalau sudah di kantor nggak bisa ditinggal barang sebentar saja. Kalau sudah begitu, tinggallah resah yang ada karena takut ASI merembes di baju, apalagi kalau lupa pakai breast pad.
Belum lagi kalau ditanya ini itu oleh teman kerja tentang isi cooler bag. Apa itu isinya, apa saja yang dibawa untuk persiapan perah, bagaimana nasib si ASI setelah di perah, dan berbagai pertanyaan lainnya yang keluar dari ketakjuban seseorang yang memang belum tahu proses memerah ASI itu seperti apa. Kalau diberi pertanyaan model begini, sayanya malah bangga lho, karena perjuangan memberi ASI itu perlu sesekali dirayakan dan dipamerkan.
Tapi, kadang ada juga pertanyaan-pertanyaan yang bikin hati saya seperti tercabik-cabik *kumat lebay*. Meskipun mungkin si penanya murni bertanya karena dia nggak tahu, tapi kan jadi gimana gitu. Bapernya jadi kebawa-bawa.
1. Kenapa sih ASI-nya diperah? Nggak diberi susu formula saja?
Ini adalah pertanyaan paling sering diutarakan sama orang-orang yang masih belum paham betul manfaat dari ASI itu apa. Nggak salah juga sih, tapi kalau terlalu sering dengar pertanyaan ini, kan jadi jengah juga. Kadang dalam hati bilang, kenapa nggak googling saja manfaatnya ASI itu apa? Biar paham juga, kenapa saya dan ibu-ibu pekerja lainnya bela-belain sisihkan waktu untuk memerah ASI meskipun kadang pekerjaan di kantor itu nggak bisa ditinggal.
2. Lama banget sih kamu perahnya? Dicari banyak orang tuh
Ng, karena memerah ASI itu nggak bisa set-set cepet gitu kaya pas lagi moles lipen. You know, memerah ASI itu butuh feel yang baik biar bisa dapatkan hasil yang banyak. Kalau memerahnya sambil uring-uringan karena tugas yang nggak selesai-selesai atau karena lagi ada masalah, ASI yang diperah biasanya nggak banyak. Yang ada, malah jadinya makin uring-uringan karena udah sisihkan waktu buat perah, eh, hasilnya cuma dapat dikit.
Belum lagi nih, sebelum perah itu harus siapkan printilan dan opening yang sebenarnya memang ribet tapi harus dilakukan. Macam sterilkan telapak tangan dulu pakai cairan pembersih tangan, posisikan duduk yang nyaman, tarik nafas sambil komat-kamit supaya positif thinking kalau ASI bakal keluar banyak, dan opening-opening lainnya yang bakal panjang kalau diruntut. Jadi nggak sekedar tempelin alat pompas ASI ke payudara, terus pompa, selesai.
3. Eh, perahnya lama, dapatnya cuma segitu?
Ya Tuhan, sumpah, jangan pernah katakan ini ya. Menyakitkan, Kakak. Siapa sih yang nggak ingin ASI yang diperah itu hasilnya banyak banget? Saya juga ingin lho. Tapi seperti yang saya bilang tadi tuh, kalau memerah ASI itu butuh suasana hati yang hepi dan rileks. Kenapa? Biar bisa LDR berulang-ulang. FYI, LDR di sini artinya Let Down Refleks ya, kondisi di mana ASI itu keluar sangat deras sehingga ketika diminumkan ke bayi langsung, bisa membuat bayi cepat kenyang atau ketika diperah bisa menghasilkan ASIP yang melimpah.
Lha kalau si ibu ini nggak dapat LDR berulang-ulang atau bahkan nggak dapatkan LDR sama sekali, diperah selama apapun, hasilnya ya nggak bisa banyak. Dan kalau dapat ASIP-nya dikit itu, bikin sedih lho. Karena akan muncul pertanyaan yang membuat para ibu ini ketakutan, cukup nggak ya ASIP ini buat si bayi di rumah?
Jadi please, jangan ditambah-tambah lagi dengan pertanyaan macam begini.
4. Hei, mau berapa liter yang kamu perah? Kok nggak selesai-selesai dari tadi
Cukup sudah! Ini juga salah satu pertanyaan menyakitkan selain pertanyaan di nomer tiga itu. Hello, sekali perah dapat 50 ml saja lho, sudah bersyukur Alhamdulillah sekali lho. Karena saya dan ibu-ibu pekerja lainnya masih bisa memberikan makanan terbaik untuk bayi kami meskipun itu hanya 50 ml saja atau hanya untuk sekali minum.
Kan saya nggak ngerti tuh, berapa ml yang kalian hasilkan dari memerah? Nggak salah dong saya tanya begitu?
Oke fine. Memang kamu nggak ngerti berapa ml ASIP hasil dari memerah. Tapi tolonglah, bisa kok ditanyakan langsung ke kami dengan pertanyaan yang lebih halus berapa ml ASIP yang kami perah. Kami akan lebih terbuka bercerita karena itu juga bisa menjadi salah satu jalan edukasi tentang pentingnya memberikan ASI ke bayi meskipun si ibu sedang bekerja. Atau, kalau misalkan sungkan mau tanya langsung, bisa search di Instagram atau di Google rata-rata berapa ml ASIP yang kami berhasil kami perah.
5. Ih, makin ribet ya kalau perah? Pakai turunin ASIP dulu, angetin dulu
Dan semua keribetan itu nggak akan bisa diulang lagi kalau anaknya sudah disapih. Dan sebenarnya, sama saja sih ribetnya dengan kasih susu formula ke bayi kita. Kan kalau diberi susu formula itu, harus panaskan air dulu, takar susu bubuknya sesuai cara pemakaian di kardus, kocok-kocok botol susunya biar tercampur antara susu dan air, takar suhunya biar lidah bayi nggak terasa seperti terbakar, kemudian baru diminumkan. Tuh, sama ribetnya nggak? Sama! Jadi, sama-sama toleransi saja yuk.
6. Masih muat bajunya? Kayanya mulai kekecilan deh
Oke, pertanyaan ini nggak tonjok poin langsung tentang ASIP dan tetek bengeknya. Ada tapinya sih, ibu menyusui mana sih yang nggak sensi kalau ditanya nyrempet-nyrempet soal berat badan? Iyes, ibu-ibu menyusui yang berhasil menurunkan berat badan setelah melahirkan atau mereka-mereka yang memang nggak bisa gemuk meskipun sembilan bulan kemana-mana dengan perut membesar.
Saya baper? Iyalah. Pertanyaan nyrempet-nyrempet sama berat badan itu hampir selalu didengar lho. Meskipun toh saya jelasin kenapa berat badan saya nggak bisa turun, atau kenapa kancing baju bagian atas susah dikaitkan karena payudara yang makin membesar, percuma. Karena pertanyaan-pertanyaan macam begini ini, bakal muncul terus sampai saya kembali kurus lagi seperti waktu masih perawan dulu. Tapi, beneran kok, lama-lama kuping tebal juga kalau ditanya soal beginian. LOL.
Menjadi ibu pekerja yang memutuskan masih memberikan ASI untuk bayinya, memang nggak mudah. Selain ada kekhawatiran kalau ASIP yang kita hasilkan itu nggak cukup buat si bayi, si ibu kadang harus menguatkan hati dengan mendengarkan kalimat-kalimat yang menyentil hati seperti yang sudah saya sampaikan itu.
Kuncinya, bagi saya ada dua. Saling menghargai dengan keputusan si ibu menyusui yang memutuskan untuk bekerja, dan saling terbuka dengan informasi-informasi baru sehingga nggak lagi keluar pertanyaan-pertanyaan usil macam ini. Kalau dua hal ini dilakukan dan diasah, insyaAllah para ibu menyusui yang bekerja ini akan lebih nyaman dengan keputusannya sehingga makin banyak anak sehat di Indonesia. Begitu bukan?
Heehehehehe istriku lebih ngerti masalah ini. Aku sebagai Bapak mungkin kadang nggak peka, ya? :p
BalasHapusJelas baper, kan kalau habis melahirkan dan menyusui, berat badan juga naik. :"(
BalasHapusNomor tiga mah paling rese! :v Hihihi
BalasHapusSaya pun baper bacanya, masa disinggung masalah berat badan. Kayak ga ada ucapan lain aja yak hehe. Tapi, emang bener ya Mba Ria, perjuangan banget itu ngasih asi selama bekerja. Tetangga saya pun melakukan hal serupa, perjuangannya itu loh saya kagum banget.
BalasHapusPun kagum padamu mba uwuwuwuwuw
Mendingan nggak usah tanya apa2 deh. Nglihatin aja. Takut salah. Hahahaaa
BalasHapusSaya kok pengen jawab juga ya mbak Ria:
BalasHapus1. Kenapa sih ASI-nya diperah? Nggak diberi susu formula saja?
-----Lho, kan masih ada ASI. Justru ini formulanya ajaib, nggak ada yg bisa niru resepnya
2. Lama banget sih kamu perahnya? Dicari banyak orang tuh
-----Kasihkan ke MC dulu mereka
3. Eh, perahnya lama, dapatnya cuma segitu?
-----Iya nih, biasanya seember lho (mooo....suara sapi)
4. Hei, mau berapa liter yang kamu perah? Kok nggak selesai-selesai dari tadi
----- Alhamdulillah targetnya bukan seberapa banyak, tapi seberapa bagus alat perah nih.
(niat review)
5. Ih, makin ribet ya kalau perah? Pakai turunin ASIP dulu, angetin dulu
----- Nggak apa, yang penting anaknya nggak merasa ribet menunggu.
6. Masih muat bajunya? Kayanya mulai kekecilan deh.
------ *nadah tangan ke langit* Alhamdulillah Ya Allah, aku diberi orang-orang dekat yang perhatian
Semoga mereka juga perhatian tuk segera menghadiahiku. Aamiin
(SEKIAN)
Ngakak deh bacanya :D
HapusYang baca aja ikut emosi,gimana yang ngalami langsung ya :(
BalasHapusTapi kalo pertanyaan Isi cooler bag itu apa aja zuh??wajar buat aku pribadi,karena beneran aku g tau apa isinya dan jadi penasaran....aku g mompa soalnya >_<
Iya, setuju. Buat si ibu aja udah lumayan beban ninggalin anak di rumah, please jangan ditambah sama komentar-komentar yang gak perlu. :(
BalasHapusSalam,
Syanu.
Tenan Bu, percoyo aku, aku nggak akan tanya hal-hal itu...wkwkwk
BalasHapuspengalaman pribadi ya....?? he2..
BalasHapussebel sih..semua dikomentarin...
emang enak ditumpahin di blog ģini... apalagi klo koment2 gitu oeg dekat..beh..!
Ditanya soal berat badan kok gemukan? adalah kejahatan wkwkw.
BalasHapusBahkan bagi saya yang blum nikah kalau di tanya begitu pasti ikutan baper.
Ohyaa... saya juga punya sodara yang kalau gak di perah payudaranya bisa tumpah2 gitu. Saya sempet nanya kenapa. ternyata itu bukan tumpah hahaha tapi ngerembes..
Jadi memang proses memerah ini penting ya ternyata, karena ada yang dibiarin rembes rembes ga di perah lama lama sakit dia.
Kalau ada yang nanya begitu berarti kudu bodo amat ya mbak meski agak susah
hehehe, Untung nggak pernah menyakan hal tersebut. menurutku itu hal privat, kecuali klo curhat karena sama sama menyusui :)
BalasHapusIntinya sih, ga usah ikut campur urusan orang lain ya. Kita kan ga tau apa yang lagi dialamin sama orang itu.
BalasHapusAh itu pertanyaan2 emang nyebelin, apalagi kalau datangnya dari tmn sekantor cewek yang blm ngrasain pumping
BalasHapusSerius kalo nemu staff yg bawel begitu bisa2 aku skak mat orgnya :p. Aku sendiri ga ngasih asi ke anakku mba, tp aku taulah sesusah apa asi itu bisa kluar, sesakit apa kalo dada udh mulai bengkak.. Makanya kalo ada staff di kantorku yg mau minta waktu utk merah asi, aku persilahkan.. Malah kdg aku paksa supaya dia ga kesakitan.. Soalnya ada jg yg mw nyeleseiin kerjaannya dulu br merah, pdhl dianya jg udh ngaduh2 nyeri gitu mbak..
BalasHapusKok ya adaaa aja yang komen kek gitu. Aku dulu suka ngintili temenku kalo lg merah, krn dikantor dulu ada ruang nursing. Seru, kalo pas yg lagi menyusui lebih dari satu, bisa merah sambil rumpi teus bobok2an hahaha. Ini kerjaaa apa kerja :))))
BalasHapusHihiii. Paling sebel kalau ada yang bilang udah lama peras ASI tapi ASI cuma dikit. Tapi ya tabah aja deh :p
BalasHapusAlhamdulillah,
BalasHapusASI nya berlimpah.
Semangaat busui.
In syaa allah pertanyaan-pertanyaan baper di atas terjawab setelah anak tumbuh besar.
**sehat, ga gampang sakit dan pasti bonding sama Ibunya juga kuat.
Kadang orang sangat mudah ngejudge, tanpa pernah mencoba berada di posisi orang lain ya. Komentar2 memang perlu disaring ya Mbak. At least kalo ga bisa membantu, ndak perlu nambahin beban. hehehe
BalasHapusBuat dapatkan LDR itu memang harus jaga mood. Bodo amat deh apa kata orang nyinyir, emang situ mau bayarin SPP anak saya :D Semangat buat para pejuang ASI!
BalasHapusPaling JLEB kalau dikomen: dikit banget sih hasilnya (ASI)
BalasHapusSo, cemunguuut dan teruskan perjuangan busui
Memang ya mba, yang jahat itu penilaian orang. Aku juga punya kakak yang sering sedih kalau dapat komentar-komentar seputar anaknya. Lha masa udah dipaido terus banding-bandingin kondisi anaknya dengan anak lain. kan KZL BET. Ah tapi mau bagaimana lagi, kita hidup di society yang modern dan asal jeplak. Semoga selalu semangat dan trengginas! :D
BalasHapus