Beberapa waktu yang lalu, seorang teman bertanya ke saya, bagaimana caranya meresensi sebuah buku. Dia sejak kecil hobi membaca. Hanya saja, semakin besar, jenis buku yang dia suka makin tidak sesuai dengan umurnya. Saya tahu, kadang, suatu hari dia membawa buku cerita tentang Alice in Wonderland. Suatu hari yang lainnya, dia memamerkan baru saja membeli sebuah buku hard cover tentang Winnie The Pooh.
Kembali ke pertanyaan teman saya tadi. Sebenarnya, saya sendiri belum paham betul bagaimana meresensi sebuah buku dengan baik. Pernah dulu ikut lomba meresensi buku lewat blog, tapi saya nggak puas dengan hasilnya karena sepertinya ada yang kurang. Karena takut salah jawab, saya tanya ke dia, kenapa tidak baca-baca saja blog para blogger buku. Mendengar jawaban saya yang nggak meyakinkan itu, dia mengatakan kalau dia sudah membaca banyak blog buku dan meresapi satu per satu isinya. Tapi tetap saja dia belum paham.
Saya diam sejenak, sambil memikirkan apa yang kurang? Dengan menerka-nerka, saya tanya lagi apakah dia pernah mencoba meresensi buku-buku miliknya. Dia jawab, hanya beberapa. Padahal bukunya bejibun. Iyes, itu yang menjadi kendala dia belum mahir betul meresensi buku yang sudah dia baca padahal bukunya bejibun banyaknya.
Saya sarankan membuat sebuah blog, isinya tentang hasil resensi buku-buku yang sudah dia baca. Sebenarnya dia tertarik, tapi tidak tahu harus memulai dari mana. Pun saya. Tapi saya ingat, salah satu teman blogger, punya sebuah blog buku dan dia aktif menulis resensi dan mengadakan giveaway.
Namanya Asri Rahayu, salah satu blogger Jogja yang orangnya asyik plus ceria. Sambil mengenal Asri dan hobi membaca serta menulisnya, saya juga coba korek tips menulis resensi buku di blog.
1. Cerita dong Asri, bagaimana pertama kali berkutat dengan buku sampai akhirnya cinta dengan buku?
Pertama kali berkutat dengan buku, itu saat masih kecil. Sudah di'cekoki' buku oleh Bapak. Dari buku cerita bergambar sampai koran dan majalah anak. Kenapa bisa cinta? Mungkin karena kebiasaan kali ya. Kebiasaan yang akhirnya membuat tertarik, jatuh cinta dan nyaman. Jadi, apabila tidak membaca sehari saja, rasanya seperti ada yang kurang. Seperti makanan saja, sehari nggak makan pasti rasanya ada yang nggak pas.
2. Satu buku, dihabiskan Asri berapa lama? Kayanya Asri itu sibuk bener sama kerjaan, sama nulis di blog satunya juga.
Tergantung tebal tipisnya buku sih sebenarnya. Dan jangan lupakan mood juga. Biasanya sih bisa satu hari atau bisa juga selesai dalam waktu 1 - 2 jam. Dan kalau mood lagi bagus, bisa sehari selesaikan 3-4 buku. Atau kalau yang tebal seperti Harry Potter, biasanya nih, baca dari jam 9 malam sampai jam 5 subuh wkwk.. Asri terlalu niat.
Kalau sibuk, sebenarnya sibuk sih, tapi Asri benar-benar berusaha untuk komitmen mengurus blog. Walaupun blog satunya lagi amburadul banget jadwal postingnya.
3. Pengarang dan judul buku favorit Asri, apa? Kenapa suka sama pengarang dan buku itu?
JK Rowling. Harry Potter. Karena suka dengan imajinasi serta cerita yang dituliskan. Benar-benar nggak nyangka aja, ada cerita yang detail dari tempat, tokoh, cerita, dan mantra-mantranya. Selalu mikir sampai sekarang, itu dapat ide mantranya darimana ya? Expecto Patronum.
4. Lalu, apa yang membuat Asri memutuskan mengelola sebuah blog buku bertajuk Peek a Book?
Untuk menyebarkan kepada seluruh orang agar yuk mulai untuk cinta membaca. Karena dengan membaca, banyak ilmu yang bisa kita dapatkan lho. Selain itu untuk membagi kepada seluruh orang, apa yang sudah kita baca. Berbagi bahagia, berbagi bacaan, berbagi ilmu, berbagi kesan pesan.
5. Tips apa nih yang bisa disampaikan sama Asri, untuk teman-teman yang ingin membuat sebuah blog buku? Supaya tidak pantang menyerah, karena menurut saya, blog buku itu perlu evort tersendiri. Habis baca, resensi, publish
Niat. Niatkan diri dari awal ketika ingin membuat sebuah blog buku itu bukan demi mencari buku gratisan. Demi alasan, meringankan beban orang tua agar tidak memberatkan mereka berdua dalam membeli buku. Paling suebelll, kalau udah ketemu orang yang seperti ini. Kalau niat awal seperti ini, bisa dipastikan saat kamu dapat kepercayaan sekali, kemudian tak lagi mendapat kepercayaan, rasa sakitnya lebih besar. Jadi, luruskan niat terlebih dahulu. Jangan sampai salah niat.
Jangan menyerah apabila bahan bacaan, cara meresensi kita berbeda dari yang lain. Usahakan untuk selalu memberikan resensi yang baik, jujur. Apabila ada kritikan atau saran yang sekiranya berpotensi mengundang SARA, lebih baik, saya sarankan untuk menyampaikannya secara pribadi kepada penulis. Apabila mengenal dekat penulisnya.
.
.
Nah, tuh, intinya adalah nggak pantang menyerah saat menulis resensi. Apapun itu hasilnya, karena memang gaya meresensi tiap orang berbeda-beda, nggak bisa disamakan. Nanti deh, coba saya sampaikan tips dari blogger buku ini ke teman saya yang ingin bingung bagaimana caranya meresensi buku dengan baik. Makasih Asri atas tipsnya.
Thanks atas ilmu bermanfaatnya, aku juga lagi ada pikiran pengen nulis tentang resensi buku tapi ada rasa takut, takut ngelanggar hak cipta, takut melanggar hukum juga, kasih sarannya ya...
BalasHapus2 tahun yg lalu sempat mau ngeresensi buku,g jadi...takut xixixi
BalasHapusSetuju, kadang baca buku itu tergantung mood banget. Kalau lagi kurang mood, kurang konsen udah aja itu buku tipis ga kelar-kelar :( #malahcurhat
BalasHapusAku juga suka JK Rowling. Imajinasinya luar biasa
BalasHapusHebat, Mbak. Menurutku, bikin resensi buku agak2 susah. Pernah coba, eh, malah banyak spoilernya.
BalasHapusSukses terus, Mbak. Salut! :D
BalasHapusAku bayangin aja mata serasa kaya burem, Mbak. :D Semoga sukses, Mbak? Luar biasanya hobinya.
BalasHapusudah jarang baca buku sekarang kak, bacanya internet melulu
BalasHapuswah keren mbak Ria bisa mewawancarai "tokoh" seperti jurnalis ternama. Thank you sharingnya mbak :)
BalasHapusSaya punya banyak koleksi buku,,, ingin di resensi tapi bingung resensi buku non fiksi seperti apa???
BalasHapusWah makasih tipsnya, keren banget mba asri ini rajin sekali meresensinya..
BalasHapusBeberapa kali mampir ke blog Mbak Asri, emang banyak resensi buku yg oke :D
BalasHapusBetul tuh Mbak Ria, gaya meresensi orang beda2 jadi jangan sampai terpatok pada satu gaya dan pengen seperti itu ....
BalasHapusbener kalau meresnsi buku mungkin bisa menambah pemasaran saja yah
BalasHapusAku inget pernah ikutan ulasan blogger (lupa nama tepatnya) di blog nya mbak Asri ini, secara blogger remahan nastar kayak aku "diulas" oleh blogger keren seperti mbak Asri ini pasti sennneeeng doong
BalasHapusoh my God... dia baca dari jam 9 nonstop smp subuh? Gak puyeng kepalanya? Tp memang bener, resensi buku sebenarnya mirip2 kyk review makanan. Apanya yg mau diulas? Penokohannya? Alur ceritanya? Jd gak sekedar blg wow ceritanya bagus. selesai... Perlu komitmen abis buat yg satu ini :)
BalasHapusDari sekian buku yang ria miliki, hanya satu yang berhasil ria tulis resensi nya di blog. Gak tau kenapa nulis resensi itu ternyata lumayan menyita pikiran. Walhasil gak jadi mulu..hehe
BalasHapusTapi setelah membaca postingan ini, semoga menambah semangat ria untuk nulis resensi buku :D
Aku tau nih, Mbak Asri ini. Kdg main ke sana
BalasHapussiap kak. Makasih untuk infonya, saya sedang banyak menulis tentang resensi buku nih buat di web.
BalasHapus