Begitulah kalimat yang sering saya dengar dari orang-orang sepuh saat saya menceritakan karakter masing-masing anak saya. Sejak saya hamil Fatin, saya terus berucap dalam hati bahwa nantinya Arya dan anak yang ada di dalam kandungan saya, pastinya memiliki karakter sendiri-sendiri. Cara mendidik saya kepada keduanya, tentunya akan berbeda.
Tak hanya karakter, bahkan dari sekadar minum ASI saja, mereka berdua berbeda. Saya ingat betul, lima hari setelah melahirkan, saya pernah memaksa Arya untuk menyusu pada saya karena dia malas-malasan menyusu sampai tubuhnya menguning. Tak hanya menyusu langsung, bahkan minum susu formula pun hanya sedikit. Ketika kontrol, lebih tepatnya seminggu setelah melahirkan, dokter menyarankan untuk memberi Arya susu lebih sering tanpa harus menunggu merasa lapar.
Tak hanya karakter, bahkan dari sekadar minum ASI saja, mereka berdua berbeda. Saya ingat betul, lima hari setelah melahirkan, saya pernah memaksa Arya untuk menyusu pada saya karena dia malas-malasan menyusu sampai tubuhnya menguning. Tak hanya menyusu langsung, bahkan minum susu formula pun hanya sedikit. Ketika kontrol, lebih tepatnya seminggu setelah melahirkan, dokter menyarankan untuk memberi Arya susu lebih sering tanpa harus menunggu merasa lapar.
Dan itu berlanjut sampai sekarang. Untuk minum air putih saja, saya sampai sering mengingatkan. Dia betah sekali tidak minum, membuat saya kadang terheran-heran, apa dia nggak merasa haus? Padahal aktifitasnya banyak sekali, tapi seolah minum itu terabaikan dalam kegiatannya.
Berbeda sekali dengan Fatin yang sejak dia lahir sudah tampak sekali suka minum. Saya sampai menambah porsi makan dan menambah jadwal makan supaya saya terus bisa memproduksi ASI. Sampai-sampai, saya kuwalahan saat memompa ASI untuk menyetok persediaan ASIP setelah cuti melahirkan saya habis. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit, akhirnya saya bisa menyetok ASIP lebih banyak dari perkiraan saya sebelumnya, mengingat stok ASIP saya untuk Arya dulu tidak sebanyak saat menyetok ASIP untuk Fatin.
Hingga setelah satu bulan saya bekerja, ibu saya berkata sesuatu ketika kami berdua duduk-duduk di teras, "Susunya (ASIPnya) Fatin, mulai sedikit. Kalau lihat anakmu minumnya seperti itu, takutnya nggak cukup."
Saya kaget karena selama saya memompa di sekolah, ASIP yang saya hasilkan jumlahnya jarang sekali berkurang. Artinya, Fatin memang makin gila minumnya. Jalan satu-satunya adalah saya harus menambah porsi makan dan memompa lebih sering. Tapi namanya seorang ibu bekerja, terkena isu sedikit saja tentang berkurangnya ASIP di freezer, langsung merasa lemas. Stres pula karena awalnya saya merasa yakin sekali bahwa ASIP yang saya hasilkan jumlahnya cukup dan pastinya Fatin nggak akan merasa kekurangan.
Manusia memang tidak boleh sombong, sekecil apapun. Karena semua hal di dunia ini, merupakan kehendak Allah. Mungkin, tanpa sengaja ketika itu saya sombong bahwa stok ASIP untuk Fatin cukup. Dan Allah menegur saya dengan kondisi ASIP yang makin lama makin berkurang.
Hingga akhirnya tinggal tiga kantong plastik ASIP di freezer, yang menjadi persediaan selama dua hari saja. Saya panik. Kemudian saya bergegas menuju toko yang menjual perlengkapan bayi dan membeli susu formula dengan bahan dasar soya. Saya memilih soya karena Arya punya alergi susu sapi saat masih bayi dulu, yang menyebabkan dia diare selama beberapa hari dan memaksa saya untuk memilih relaktasi. Saya khawatir Fatin juga memiliki alergi yang sama dengan Arya.
Baca juga : Program Relaktasi Pada Arya
Ada rasa bersalah karena saya memilih untuk memberi susu formula kepada Fatin saat saya bekerja, tapi saya tepis jauh-jauh rasa bersalah itu. Jika tidak minum susu formula, lalu Fatin minum apa? Apalagi dia belum waktunya MPASI. Pilihan ini, menurut saya sudah yang paling baik.
Iya, saya harus berdamai dengan diri saya sendiri. Meredam egois dalam diri untuk lebih berkonsentrasi menyetok ASIP.
Dalam kondisi seperti ini, saya banyak bertanya pada teman-teman saya yang kebetulan memiliki anak seusia dengan Fatin. Obat apa saja yang mereka telan, ramuan apa saja yang mereka minum. Saya juga browsing untuk mencari informasi-informasi yang berguna untuk meningkatkan produksi ASI.
Hingga suatu hari seorang teman blogger Surabaya memposting foto dia mengikuti pameran UKM di Jakarta untuk mempromosikan dan menjual teh khusus untuk membooster produksi ASI. Saya baca-baca tentang ASI Booster Tea ini, juga testimoni-testimoni mereka-mereka yang sudah meminum teh ini. Karena menurut saya teh herbal ini layak untuk dicoba, saya akhirnya memutuskan untuk memesan satu wadah. Bismillah.
Saat paket ASI Booster Tea ini tiba, saya pikir bentuknya slim dan dimasukkan di dalam kardus layaknya teh-teh lainnya. Ternyata, tidak. Ramuan teh yang terdiri dari biji-bijian ini, dibungkus dalam plastik dan dimasukkan ke dalam kaleng plastik. Tujuannya sepertinya sih untuk menghindari kebocoran akibat tumpang tindih barang saat proses pengiriman. Ketika saya buka bungkus plastiknya, langsung tercium aroma jamu yang kuat. Menunjukkan kalau bahan-bahan yang digunakan ini benar-benar bahan herbal.
ASI Booster Tea ini merupakan teh pelancar ASI alami pertama di Indonesia, yang mengklaim mampu meningkatkan produksi ASI hingga 900% dalam waktu 24-72 jam. Cara meminumnya, bisa diseduh langsung seperti layaknya minum teh biasanya, bisa ditambah dengan gula, madu, krimmer. Atau, ingin dicampur dengan jus, susu atau dibuat milkshake, bisa juga lho. Komposisinya adalah racikan yang tepat dari fenugreek seed, fenugreek powder, fennel seeds, fennel powder, cinnam venum, alpinia powder dan habbatussauda. Beberapa keunggulan yang dimiliki ASI Booster Tea adalah :
- Melancarkan ASI hingga 900% dalam jangka waktu 24-72 jam
- 100% herbal. Jadi, menurut saya sih, bakalan aman buat ibu menyusui dan bayinya.
- Ekonomis karena harganya nggak mahal
- Sudah dikonsumsi banyak ibu hamil
- Racikan tepat sehingga ampuh untuk melancarkan ASI
Awalnya, saya khawatir karena sampai 24 jam, hasil perah ASI nggak juga meningkat, padahal saya minumnya dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari. Tapi saya tetap mensugesti diri bahwa ASI Booster Tea ini akan bekerja. Alhamdulillah, setelah tiga hari minum, pelan-pelan produksi ASI saya meningkat dan akhirnya hasil perah saya ikut bertambah. Susu formula yang saya berikan ke Fatin, hanya habis 3 kotak kecil saja, kemudian saya hentikan untuk lanjut lagi full ASI.
Hanya saja, kekurangan dari ASI Booster Tea ini adalah aroma jamu yang kuat itu tadi. Kalau memang kita tidak tahan dengan aroma jamu, rasanya kalau mau minum maju mundur ogah-ogahan. Tapi karena saya nggak masalah dengan minum jamu, nggak masalah sih. Hidung bisa ditutup saat minum, langsung glek glek gitu. Sedangkan rasa pahitnya, tinggal ditambah gula atau madu yang banyak supaya rasa pahitnya sedikit hilang. Atau, kalau ingin lebih nikmat lagi, saya biasanya simpan dulu sebentar tehnya di dalam kulkas. Segar rasanya, apalagi kalau minumnya pas cuacanya panas-panas gitu.
Baca Juga : Tips Ketika Stok ASIP Menipis
Oh iya, ini rumus yang saya pakai selama menyusui ya: terus menyusui + makan makanan bergizi dan beragam + banyak minum air putih + banyak istirahat + tidak stres. Ketika ASIP mulai berkurang, rumus itu ditambah dengan mengkonsumsi ASI Bosster Tea.
Sejak saya harus relaktasi saat menyusui Arya dulu, saya mencoba selalu berfikir positif dan yakin bahwa saya bisa menyusui full ASI. Pun juga setelah saya melahirkan Fatin, juga saat stok ASIP untuk Fatin menurun drastis. Dengan selalu berfikir positif dan didukung dengan rumus menyusui saya tadi, saya yakin bisa menyusui Fatin sampai dua tahun.
artikel yang sangat menarik dan sangat berguna, terutama bagi para ibu yang menyususi , lanjuuttt
BalasHapus