Selama mengasuh Arya sampai dia sudah mau lulus TK dan Fatin yang sudah memasuki usia 21 bulan, ada dua hal yang jadi catatan saya. Yaitu mengatur jadwal makan dan mengatur jam tidur. Dua hal ini penting sekali ternyata, setelah saya evaluasi betul kondisi kesehatannya Arya dan Fatin dan bagaimana manfaatnya buat Arya yang (saya harapkan) bisa didapat oleh Fatin juga.
Tapi sekarang saya nggak bahas dua-duanya ya, ntar kepanjangan. Satu per satu aja, biar enak ceritanya.
MENGATUR JAM TIDUR ANAK
Setelah Arya lahir, saya termasuk orang tua yang ngikutin banget ini itu yang berhubungan dengan parenting. Saya save banyak infografis, saya baca teori-teori parenting trus saya terapkan buat mengasuh si Arya. Tapi kalau ada yang bilang bahwa nggak ada ilmu parenting yang benar, itu ada betulnya juga karena memang ilmu parenting itu menyesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing dan karakter si anak. Setelah sadar tentang ini, barulah saya agak-agak selow sama si Arya. Dulu mah, bawaannya tegang melulu. Maunya ini itu sesuai dengan teori, dikit-dikit marah dan kecewa benar kalau hasilnya gagal.
Tapi seperti yang saya bilang di awal, ada dua hal yang masih saya pegang teguh sampai sekarang. Bahkan sekarang saya terapkan juga untuk mengasuh Fatin. Selain mengatur jadwal makan, mengatur jam tidur anak itu penting banget ternyata. Dan ternyata ada kesimpulan yang penting juga setelah saya senang atur-atur jam tidur kedua anak saya. Semakin besar si anak, waktu tidurnya akan semakin berkurang dan jam tidurnya akan semakin mundur. Yang dulunya baby Fatin jam sembilan pagi sudah tidur lagi, sekarang di usia 21 bulan dia tidur siangnya jadi jam sebelas atau setengah dua belas. Kalau dulu ketika PAUD, Arya jam tujuh malam sudah ngantuk benar, sekarang ketika sudah TK B, jam sembilan malam masih betah melek.
Sejak Arya bayi yang mana jam tidurnya masih lebih lama daripada jam meleknya, saya sudah membiasakan dia untuk tidur tepat waktu. Lha masa bisa? Bukannya bayi itu kalau ngantuk tidur sendiri tanpa kita tidurkan? Nggak ternyata.
Memang sih ya, bayi kalau udah ngantuk dia bakal rewel atau menunjukkan tanda-tanda dia ingin tidur. Tapi nggak hanya berhenti di situ saja. Proses pendisiplinan jam tidur dimulai setelahnya malah, yaitu ketika orang tua peka terhadap tanda-tanda anak butuh tidur dan mau beranjak untuk segera menidurkan anaknya.
Saya cerita pengalaman saya saja ya. Waktu itu usia baby Arya masih tiga minggu ketika saudara-saudara dari Malang datang berkunjung ke rumah untuk tilik bayi. Karena bertemu dengan saudara itu hal yang ditunggu-tunggu, gembira sekali lah saya. Sampai saya mengabaikan tanda-tanda kalau Arya sudah mengantuk. Kalau di Jawa, ada bahasa ‘kekancilan’ yang berarti si anak sudah nggak ada mood lagi buat tidur dan dia makin melek. Iya, baby Arya melek beneran ketika itu, nggak jadi tidur. Yang bikin gusar itu adalah baby Arya jadi makin susah ditidurkan, trus pelampiasannya adalah dia jadi nenen lama banget, ada kali tiga jam. Iya kalau nenennya mau sambil digendong, kan sayanya enak bisa nenenin sambil ngobrol sama saudara. Lha ini, mintanya nenen di kasur dan ngga boleh gerak sama sekali. Kalau gerak, nangisnya kenceng banget.
Ada cerita lain begini. Saking senengnya baby Arya lahir karena cucu pertama, baby Arya digendongi melulu, diciumi melulu dan kelakuan lainnya yang bikin dia jadi bangun-bangun melulu pas tidur. Efeknya kejam bok. Baby Arya jadi nggak bisa tidur nyenyak. Dikit-dikit bangun. Dan tahulah ya jadinya gimana, rewel! Siapa yang repot? Emaknya! *ambil nafas*
Kemudian saya bilang dong sama suami kalau nggak bisa diginiin melulu. Kalau nggak disiplinkan tidurnya baby Arya, saya yang bakal kerepotan ntar karena jadi nggak bisa istirahat dan jadi gampang sakit. Awalnya suami cuek aja karena dia tipe-tipe orang yang gampang tidur di mana saja kalau udah ngantuk. Beda dengan saya yang harus pakai ritual ini itu dulu sebelum tidur dan seringnya harus tidur secara disiplin. Tapi, lama-lama suami kasihan juga lihat tiap malam saya dan ibu saya gantian begadang karena baby Arya rewel akibat dia nggak nyenyak tidurnya di siang hari. Lama-lama dia setuju dengan ide saya buat disiplinkan tidurnya baby Arya dan menyusun rencana untuk ini.
MENGATUR JAM TIDUR ANAK ITU BUTUH KEDISIPLINAN DAN WAKTU
Mengatur jam tidur anak itu mudah sebenarnya. Yang susah adalah mendisiplinkan orang-orang di sekitar anak untuk mau peduli terhadap kebutuhan tidur si anak.
Beneran! Susah lho mengajak dan mendisiplinkan orang-orang di sekitar si anak untuk mau diajak kerja sama mengatur jam tidur mereka. Dibutuhkan kerja sama semua pihak, nggak hanya orang tuanya saja. Apalagi kalau si orang tua masih tinggal dengan nenek kakek atau masih serumah dengan om dan tante. Butuh ketegasan? Banget! Orang tua harus tegas pada dirinya sendiri dan orang-orang di circle-nya si anak kalau sedang mendisiplinkan si anak perihal jam tidurnya.
Kalau sudah mendisiplinkan orang-orang di sekitar si anak, sekarang saatnya mendisiplinkan jam kegiatan si anak. Orang tua punya kewenangan untuk mengatur aktivitas anak, mulai dari makan, tidur, belajar, dan sebagainya. Yang perlu diingat orang tua adalah bahwa aktivitas anak ini saling berhubungan. Aturlah sesuai dengan kebutuhan anak sehingga tidak saling menganggu antara aktivitas yang satu dengan yang lain.
Misalkan nih, kalau memang ingin si anak tidur malam tepat waktu, ya siapkan makan malamnya tepat waktu juga. Kasihan kan kalau orang tua siapin makan malamnya terlambat, trus si anak tidur dengan kondisi perut masih terlalu kenyang. Atau, kalau ingin si anak tidur pas jam 9 malam, ya jangan diajak jalan-jalan lebih dari jam 9. Kecuali pas weekend atau liburan lho ya.
Kalau sudah lewat dua tahap itu, mudah sebenarnya untuk sisanya. Dampingi anak untuk persiapan tidurnya. Gosok gigi, kencing, cuci tangan kaki dan wajah, bisa jadi persiapan awal sebelum tidur. Sisanya, bisa dengan mengganti lampu kamar dengan yang lebih redup, membacakan anak buku cerita, mendongeng, membaca sholawat dan surat-surat pendek bersama-sama, atau memijat badan anak.
Kenapa sih pakai persiapan begitu? Sepertinya memang membutuhkan waktu yang lama ya, tapi efektif karena si anak secara tidak sadar digiring pada kondisi rileks yang mana nanti akan memudahkan mereka untuk segera tidur dengan nyenyak.
KENAPA SIH JAM TIDUR ANAK HARUS DIATUR?
Alasan paling besar kenapa saya demen banget atur-atur tidur anak adalah biar dua anak saya ini nggak rewel pas bangun tidur. Kita saja lho, kalau kurang tidur mau bangun cepat saja, bawaannya males, bete, badan masih terasa capek. Anak kecil juga sama, malah kadang jadinya tantrum berkepanjangan yang sampai teriak-teriak gitu. Makanya diakalin, tidurnya harus tepat waktu. Kalaupun dia pas dibangunin masih juga rewel, rewelnya nggak lama-lama kok.
Nahhh, kalau si anak bangun tidurnya nggak rewel, orang tua nggak butuh banyak tenaga dan emosi untuk membangunkan. Ditepuk-tepuk badannya, dipanggil-panggil namanya, diganti lampu kamarnya menjadi lebih terang, udah bangun. Palingan kalau si anak nggak bangun-bangun juga, kasih nada agak tinggi atau langsung gendong si anak ke kamar mandi, pasti langsung dia melek. Masih rewel juga? Tenang saja, anak itu sama kok dengan kita. Rewelnya itu hanya karena tidurnya terganggu saja, bukan karena waktu tidur yang nggak cukup. Jadi nggak bakal lama-lama sampai gulung-gulung teriak-teriak kok.
Btw, anak itu sama saja kok dengan kita. Kalau mereka kurang tidur, yang ada ya ngantuk melulu. Entah dia masih belum sekolah atau ketika dia menerima pelajaran di sekolah. Tidur tepat waktu itu membantu si anak untuk bersemangat menjalani aktivitasnya. Iya kalau kita udah besar gini, kalau ngantuk bisa curi-curi waktu buat minum kopi atau ngemil dan ngerumpi. Kalau anak-anak? Yang ada malah dia bete, terus rewel, terus emaknya bingung kenapa dia rewel seharian. Haha.
Arya kalau siang hari, kadang dia nggak mau tidur. Males katanya, lebih milih lihat TV. Saya biarin sajalah, biar dia tahu rasanya ngantuk pas belajar itu gimana. Benar, pas dia mengaji sorenya, menguap melulu dan nggak konsentrasi. Apa yang harusnya dia bisa, salah terus. Pernah saking ngantuknya, pas diajarin sampai dia ketiduran sambil duduk. Hihi, untungnya mengajinya sama ibu saya sendiri, dibiarin sama ibu, biar tidur dulu meskipun cuma setengah jam saja.
Dan alasan terakhir, ini berdasar apa yang pernah saya baca. Menurut beberapa sumber, anak yang waktu tidurnya cukup, dia akan mudah menerima informasi karena kondisi badan nggak capek, otak sudah fresh, emosi udah stabil sehingga anak jadi bersemangat.
.
.
Kita sih berharapnya anak kita bisa langsung tidur sendiri ya. Kan orang kalau ngantuk ya bakal tidur sendiri, naluri alaminya sih begitu. Tapi beda dengan si anak. Mereka butuh pelatihan dan pengertian sejak kecil bahwa dengan tidur tepat waktu dan cukup, mereka akan mendapatkan banyak manfaat untuk diri mereka sendiri.
Dan kita sebagai orang tua harusnya mendukung itu bukan?
sayaaaa, suka ngatur tidur anak hehe. jam 9 itu paling lambat tidur di weekday biar ga telat bangun mau sekolah. kalo weekend saya bolehin dikit molor paling jam 10 mereka dah ngantuk
BalasHapusIya banget, kalau jam tidurnya gak diatur bisa-bisa bangunnya kesiangan. Atau gak, pas dibangunin buat berangkat sekolah bisa ngadat dengan alesan ngantuk
BalasHapusdari ekcil aku suka atur jam tidur anak, biar anak tahu waktu dan aku juga gak repot
BalasHapusaku juga kalau sudah jam 8 malam pasti ngajakin anak buat tidur. sampai sekarang sih masih aman jam tidurnya. nggak tahu nih beberapa bulan lagi
BalasHapus