Saya rasa, hampir semua orang tua akan menghadapi masa di mana anak-anaknya susah makan. Ada nih, yang sabarnya kebangetan meskipun si anak sering GTM (alias Gerakan Tutup Mulut) tapi orang tua bisa lancar-lancar saja memasukkan makanan ke mulut anak. Ada juga anak yang susah banget ditangani GTM-nya sampai akhirnya menyerahlah orang tua itu dan si anak dibiarin saja makan sesukanya.
Saya termasuk jajaran ibu-ibu yang punya anak bermasalah di proses makan. Arya dulu ketika masih bayi, makannya telap-telep. Suka lihat dia makan, udah habisnya banyak, cepet pula makannya. Tapi masalah muncul setelah dia masuk ke tahap makan kasar. Jangan ditanya, sejam sendiri untuk sekali makan dan porsinya nggak banyak. Ya Allah, harus sabar sekali lihat nasi yang lama-lama menggendut karena kuah sop di piring menghilang sudah. Beda cerita dengan Fatin, makannya cepat, tapi pernah GTM sampai 2 bulan. Awalnya karena muncul gigi geraham langsung 2 biji, yang bikin dia malas banget makan. Eh, keterusan malasnya. Kalau lihat mangkok makan, udah nangis duluan. Tapi kalau dikasih kue atau roti, cepet banget ngunyahnya. Alhamdulillah, masa itu terlewati sudah dan semoga nggak GTM lagi karena giginya belum tumbuh semua.
Itulah kenapa, ketika ada event yang berhubungan dengan pola makan anak atau tentang nutrisi anak, saya tertarik. Salah satunya adalah event Nutrisi Untuk Bangsa yang diadakan hari Sabtu, 3 Maret 2018 di Bangi Kopitiam Surabaya. Dalam event ini, menghadirkan seorang dokter anak yaitu dr. Nur Aisyah Widjaya dan bidan Atik Kasiati sebagai nara sumber, dan event ditutup dengan demo memasak dari ibu Alina sebagai pemenang kreasi resep yang diadakan oleh Sari Husada, serta chef Revaldi dan chef Rissa yang memberikan banyak tips memasak secara sehat.
Di awal materi, dr. Nur Aisyah sudah menekankan pentingnya pemberian nutrisi di 1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak dalam kandungan sampai anak usia 2 tahun. Yang mana, anak yang nutrisinya tercukupi dan sehat, tidak hanya dilihat dari kenaikan grafik KMS-nya saja tapi juga melihat kenaikan panjang badan, berat badan dan besarnya lingkar kepala anak. Sedangkan nutrisi, merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh orang tua jika ingin tumbuh kembang anak selalu baik, selain faktor genetik dan stimulasi. Termasuk juga memperhatikan cemilan anak, seperti kue kering coklat chip kesukaan Arya nih.
Baca juga : Menstimulasi aktifitas motorik anak
Semua orang sudah pasti tahu kalau ibu hamil harus selalu memperhatikan asupan makanan yang dimasuk ke dalam tubuh karena apa yang dimakan oleh ibu, juga akan dimakan oleh anak. Nggak heran ya, banyak share ini itu makanan apa saja yang baik dan nggak baik dimakan oleh ibu hamil. Ketika hamil Arya dulu, saya baca banyak buku tentang kehamilan dan sampai mencatat makanan apa saja yang harus saya hindari. Saking takutnya kalau janin Arya nggak dapat nutrisi yang baik. Maklumlah, anak pertama, apa-apa serba khawatir. Tapi ketika hamil Fatin, saya sudah nggak seketat dulu karena seiring waktu, saya sudah hafal makanan-makanan apa saja yang bisa saya modifikasi asal kecukupan nutrisinya tetap terpenuhi.
Untuk bisa melewati 1000 hari pertama kehidupan dengan nutrisi yang baik, orang tua harus memperhatikan asupan zat gizi makro dan mikro, yang mana kedua zat ini digunakan untuk menghasilkan energi.
Zat gizi makro adalah zat yang dibutuhkan tubuh anak dalam jumlah yang besar (dalam hitungan gram). Fungsinya adalah sebagai sumber energi ketika anak tumbuh dan berkembang, dan digunakan untuk meregenerasi sel. Zat yang masuk dalam zat gizi makro adalah karbohidrat, lemak dan protein. Sedangkan zat gizi mikro adalah zat yang dibutuhkan dalam jumlah kecil (dalam hitungan miligram). Zat gizi mikro ini dibutuhkan tubuh untuk membantu metabolisme zat gizi makro (tugasnya hanya sebagai sarananya si zat gizi makro) dan sebagai sumber vitamin dan mineral yang berguna untuk mencegah si anak sakit. Yang termasuk dalam zat gizi mikro adalah sayur, buah dan susu.
Nah, keterangan ini membuat saya gelisah dong. Fatin itu termasuk anak yang susah sekali disuruh makan sayur. Kalau dia doyan makan banget, semua dilahap, tapi dia ogah kalau ada sayur di piring. Saya harus iris-iris lembut sayurannya atau sembunyikan sayurannya di balik nasi supaya sayur bisa masuk ke mulutnya. Tapi ya gitu, nggak sekali dua kali dia lepeh makanan yang udah di mulut hanya karena dia merasa ada wortel atau kacang panjang di dalam mulutnya.
Tapi kegelisahan kemarin sedikit reda setelah saya konsul secara pribadi dengan dr. Nur Aisyah setelah sesi materi selesai. Menurut ibu dokter yang bekerja di RSUD Dr. Soetomo Surabaya ini, sayuran hanya diperkenalkan saja ke anak di bawah usia dua tahun dan jangan dipaksa, supaya nggak ‘trauma makan’. Kalau misalkan anaknya nggak doyan sayur, bisa digantikan dengan buah atau susu. Tapi juga nggak benar, kalau si anak nggak doyan makan, orang tua seharian kasih susu saja tanpa asupan makanan lain. Karena susu merupakan sumber zat gizi mikro, sedangkan untuk tumbuh kembang anak, zat gizi makrolah yang berperan aktif.
Masih tentang susah makan, gimana penanganan anak yang lagi GTM?
dr. Nur menyampaikan bahwa GTM itu sebenarnya adalah gejala simptom dari suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang harus dicari penyebabnya. Kalau anak GTM berlangsung hanya sekitar 2-3 minggu saja, biasanya karena si anak tumbuh gigi atau baru sembuh dari sakit. Tapi kalau GTM lebih dari sebulan atau dua bulan, nah ini yang harus diperiksakan ke dokter. Kasus yang banyak terjadi adalah adanya penyumbatan di leher karena TBC atau untuk anak laki-laki biasanya ada penyumbatan di penis sehingga menganggu proses pencernaan dan pembuangan.
Memang ya ibu-ibu sekalian, punya anak yang susah makannya seperti yang pernah saya alami, butuh kesabaran ekstra tinggi supaya sesendok dua sendok nasi bisa masuk ke mulut. Kalau berhasil masuk, hore banget rasanya! Seperti ada firework di balik punggung untuk merayakan keberhasilan.
Ayo ibu-ibu, bapak-bapak, mari terus semangat memberikan nutrisi yang cukup untuk anak, terutama di 1000 hari pertama kehidupan. Kenapa saya bawa nama bapak-bapak juga? Karena untuk mencukupi nutrisi anak dibutuhkan kerjasama semua kalangan. Kalau perlu malah, ajak kakek neneknya juga untuk menjaga asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh si anak.
Mungkin saya salah karena stress karena Salfa ga mau makan sayur. Ternyata memang ga bisa dipaksa.
BalasHapusFatin juga nggak suka sayur, entah ya. Baca penjelasan bu Dokter itu, aku sedikit lega, tapi juga jadi cari cara biar bisa seneng sayur besok
HapusJadi inget waktu Kayla kecil, susahnya minta ampun untuk makan, harus pegang mangkok, sendok dan gelas berbarengan krn habis sendok masuk air harus masuk...dan harus ada yang ngendang or tabuh tabuhan agar mau buka mulut
BalasHapussegitu susahnya yo, bu. Saiki areke wes gedhe,,
HapusSayaaaa *ngacung paling tinggi
BalasHapusYang bikin tambah stressss tentu saja omongan orang. Ibuke seneng masak kok anaknya kurus. Oh my...pengen lempar wajan rasanya.
Alhamdulillah sekarang udah berlalu Mba. Yang ada anaknya laperan mulu. Bangun tidur udah terika-teriak minta makan. Wkwkwk.
tapi Nyak, saking seringnya orang ngomong, sekarang mah udah kebal dewe. haha
Hapus1000 hari pertama, gizi anak emang harus di supplai dengan makanan yang sehat. Ayoo bu ibu semangat
BalasHapussemangat titis!!!!
HapusKombinasi zat gizi makro dan mikro ini apakah tetap sama untuk anak usia 1000 hari? Karena sampai saat ini (usia 3 tahun lebih) anak saya masih suka GTM, bahkan untuk makan nasi. Lebih suka kue-kue dan buah.
BalasHapuswah sangat informatif, terimakasih atas ilmunya :D
BalasHapus