Setiap hari, saya bertemu dengan banyak tipe remaja. Ya karena memang profesi guru bimbingan dan konseling ya seperti itu, mau nggak mau ya bergaulnya dengan remaja. Kalau dibilang ada kesulitan, jelas ada. Apalagi tiap tahun perkembangan di dunia remaja itu dinamis sekali ya, selalu ada tren baru yang berdampak juga ke perilaku dan pengambilan keputusan mereka.
Lalu suatu malam sebelum saya tidur, nggak sengaja salah satu akun yang instagram yang saya follow ngasih spoiler webdrama Korea judulnya A Teen. Awalnya nggak tertarik karena saya pikir ini drama anak sekolah banget kalau dilihat dari judulnya. Tapi ketika salah satu siswa saya post lagu Seventeen yang jadi OST di drama ini, jadilah saya kepo. Dan berujung ke download dramanya. Haha, hati saya lemah sebenarnya dengan godaan drama atau film yang genre-nya anak muda begini.
Dikisahkan persahabatan antara enam remaja SMA yang masih duduk di bangku sekolah kelas 11. Mereka mengalami beberapa konflik yang sebenarnya umum terjadi, baik yang berhubungan dengan diri mereka sendiri, dengan teman atau bahkan dengan keluarga. Web drama ini ringan banget, apalagi tiap episode nggak lebih dari 15 menit. Jadi nggak bosen lihatnya. Tahu-tahu udah kelar ajah satu episode, dan buru-buru ke episode selanjutnya.
Meskipun saya bilang acting mereka semua itu pada nanggung, tapi dari sisi cerita, web drama ini terbilang sukses mengambil hati saya. Terbukti lemahnya hati ini kalau sudah nonton kisah-kisah anak muda, seperti saat saya tertarik dengan drama School 2015 dan Let’s Fight Ghost. Tapi ya wajar juga sih, karena pemeran di drama ini juga belum banyak main di drama atau film. Malah Shin Ye Eun dan Kim Dong Hee ketika itu masih trainee dan baru menandatangani kontrak sama JYP Entertainment.
Diperankan oleh Shin Ye Eun, Naeun APRIL, Kim Soo Hyun, Shin Seung Ho, Kim Dong Hee, dan Eui Hyun, drama ini sebenarnya punya beberapa hal menarik yang bisa jadi ‘pegangan’ buat remaja. Kata salah satu siswa saya, web drama ini adalah tutorial untuk menjadi remaja yang sukses. Hahaha, ada-ada saja dia. Meskipun saya merekomendasikan web drama ini untuk ditonton para remaja, ada beberapa adegan yang perlu pengawalan ketat, seperti adegan ciuman di sekolah dan di cafe.
Note : Tulisan ini silakan dibaca dengan kemampuan menukar-nukar jiwa remaja dan jiwa kalian saat ini *apa sih*
Persahabatan itu nggak melulu mulus kaya jalan tol
Meskipun atas nama ‘pengertian’ dan ‘solidaritas’, nyatanya memang persahabatan itu punya hubungan yang rumit. Jadi ya, nggak melulu yang rumit itu hubungan antar lawan jenis macam pacaran. Awalnya ingin punya sahabat itu, jelas supaya kita ingin dimengerti. Tapi nggak haruslah kita itu memaksakan kehendak ke sahabat supaya dia harus selalu mengerti kita.
Tiap kepala punya pendapat, Gaes. Tiap orang punya kehidupan masing-masing. Jadi ya, harap maklum kalau misalnya sahabat kita itu lagi malas nanggapi cerita kita karena dia sendiri sebenarnya lagi punya problem tapi kitanya nggak peka. Parahnya, kalau kita memaksakan kehendak sendiri buat dimengerti, sahabat kita malah menjauh dan putuslah hubungan persahabatan yang sudah kita bangun.
Seperti halnya ketika Cha Gi Hyun yang memaksa Nam Shi Woo untuk ikut gabung di tim basketnya ketika ada pertandingan antar kelas di sekolahnya. Meskipun Nam Shi Woo ini jago banget main basket, tapi dia menolak untuk gabung karena sepertinya ada sesuatu yang membuat dia ogah main basket lagi. Sedangkan Cha Gi Hyun terus memaksa karena hadiah berupa uang bikin dia ngiler. Diam-diam Cha Gi Hyun mendaftarkan nama Shi Woo dalam tim, yang berujung Shi Woo marah dan hampir memukul Cha Gi Hyun di lapangan bakset.
Ada kalanya persahabatan itu terbentuk dengan sendirinya karena rasa nyaman
Nggak perlu janji harus sahabatan sampai udah nikah atau gimana-gimanalah, persahabatan yang solid malah sering terjadi karena ya, jalan gitu ajah. Jangan langsung judge soal ‘jalan gitu ajah’ ini lho. Karena sebenarnya persahabatan yang begini ini lebih mengena karena adanya kecocokan.
Saya nih, punya beberapa sahabat dekat sejak saya SMA (dan semuanya nggak ada yang satu kota) dan masih nyambung sampai sekarang. Kami dekat, malah setelah kami lulus dan saat kami semua sedang membangun semua impian-impian kami. Jadi tahu benar gimana jatuh bangunnya juga bahagianya ketika satu-satu impian kami terwujud atau malah dihempas oleh ketidakmungkinan.
Awal kami dekat karena apa? Ya nggak karena apa-apa. Cocok ajah. Jalan gitu ajah.
Sama dengan di drama ini. Persahabatan tiga perempuan, tiga laki-laki, dan keenamnya, juga jalan gitu ajah. Mereka masing-masing punya keinginan yang berbeda, punya kesukaan yang berbeda, punya karakter yang berbeda tapi mereka nyambung ajah. Nggak ada pemaksaan kamu harus ikutin style saya, atau kamu harus sontek jadwal belajar saya biar berhasil ketika ujian, atau juga kamu harus selalu dukung kesukaan saya. Ngga ada. Semacam mengalir begitu saja.
Pengembangan bakat dan minat remaja itu dipengaruhi oleh sahabat
Bener banget kalau tentang ini. Saya bertahun-tahun bertemu dengan remaja yang selalu galau soal minat atau kemampuan apa yang mereka punya . Juga nggak banyak dari mereka yang tahu gimana caranya mengembangkan apa yang mereka punya.
Remaja lebih memilih untuk dekat atau berbagi tentang kehidupannya pada teman dekatnya, itu nggak hanya teori saja. Itu memang sudah kodratnya kali ya. Kenyamanan yang diterima remaja ketika berbagi dengan teman dekatnya, itu sangat berbeda ketika berbagi dengan orang tua.
Kembali ke soal pengembangan kemampuan remaja. Remaja itu sebenarnya kreatif. Karena mereka berada di masa yang mana lagi demen-demennya cari banyak teman, mereka akan dengan mudah menemukan kesenangan dan kemampuan yang mereka punya. Sambil makan di kantin, hang out di mall, ngerumpi waktu istirahat, main bola, atau pas lagi ngapa-ngapain barengan. Dari kumpul-kumpul dengan teman inilah, mereka ‘tanpa sengaja’ akan menemukan cara-cara supaya kemampuan dan bakatnya bisa berkembang dan termotivasi untuk melakukannya.
Dalam drama yang tuntas dalam 24 episode ini, semisal Do Ha Na yang iseng-iseng tanya ke Kim Ha Na saat istirahat tentang caranya untuk bisa masuk ke jurusan seni. Dari situlah Do Ha Na akhirnya tahu bahwa dia memang punya bakat menggambar tapi kurang greget buat mengembangkan. Dan sejak lihat Bo Ram bersemangat untuk menjadi seorang gamer, dia pun termotivasi juga untuk lanjutkan pendidikan ke universitas dengan ambil jurusan seni.
Kalau lagi ada masalah dengan sahabat, segera selesaikan
Jangan digantung. Sakit. Beneran lho, jangan semacam lagi ngincer gebetan tapi pakai acara gantung-gantungan alias nggak segera ngasih kepastian. Duh, rasanya gelisah, kepikiran dan nilai kalian bisa turun. Serius sampai segitunya? Iya, serius!
Cari akar masalahnya di mana. Apa sih yang bikin marah-marahan, diem-dieman sampai nggak saling tegur sapa atau nggak balas say hi di chat. Kalau memang udah ketemu masalahnya apa, cari solusinya biar segera selesai. Singkirkan ego buat minta maaf duluan kalau memang salah dan berbesar hati untuk menerima maaf kalau sahabat kalian yang salah.
Kebanyakan putusnya hubungan persahabatan itu, ya gara-gara nggak mau cari tahu akar masalahnya di mana. Saling menyalahkan dan nggak mau ada yang mengalah.
Contohlah Do Ha Na yang mau menyingkirkan egonya untuk minta maaf duluan ke Kim Ha Na saat mereka bertengkar hebat di sekolah. Dengan berani dia datang ke rumah Kim Ha Na, meminta maaf dengan tulus, dan tidak membahas tentang perasaan Kim Ha Na sebenarnya padanya.
Padahal kalau kita jeli sama jalan ceritanya, sebenarnya masalah mereka muncul karena Kim Ha Na yang ingin sekali ‘dilihat’ oleh orang lain. Dia membalikkan keadaan dengan mengatakan bahwa buku catatannya hilang, menuduh Do Ha Na yang mengambil dan mencari simpati dari orang lain ketika nilainya turun karena buku catatannya tidak ditemukan.
Lakukanlah banyak hal ketika kalian masih remaja
Ini sebenarnya lebih ke pesan saya kepada pembaca tulisan saya yang masih remaja. Haha.
Remaja adalah masa di mana lagi banyak-banyaknya energi yang dipunya, masa di mana masih memiliki banyak waktu dan masa di mana masih memiliki banyak kesempatan untuk berkembang. Tapi kadang kala, sebagian remaja malah terlena dengan apa yang dia punya atau fasilitas yang dia dapatkan. Semisal, gadget.
Mumpung masih remaja nih, lakukan banyak hal. Jangan hanya berkutat dengan gadget yang kalian punya sampai mager. Kalau ingin pintar editing video, try and error dengan aplikasi dan software yang kalian punya. Kalau suka menggambar, lakukan terus menerus sampai arsiran kalian jadi soft banget. Kalau suka baca novel, pinjam atau baca novel sebanyak mungkin sampai kalian menemukan banyak kosakata baru. Ah, masih banyak lagi.
Lakukan banyak hal. Nanti dengan sendirinya kalian akan merasa ‘klik’ sendiri kok kesenangan mana yang ternyata itu adalah bakat dan kemampuan kalian.