Gimana, gimana, sudah gatal tidak kakinya untuk jalan-jalan? Saya sudah gatal bangetttt ingin segera liburan. Tapi masih sayang sama tubuh sendiri, jadinya menahan benar untuk tidak kemana-mana selain ke tempat kerja atau kalau ada keperluan penting yang tidak bisa ditunda.
Trus, kemarin-kemarin, saya sama suami dan anak-anak angan-angan ingin kemana setelah pandemi ini mereda. Sudah bikin list juga. Hitung-hitung sambil nabung ya, biar tidak dadakan ambil uang di bank dalam jumlah besar hanya untuk ‘liburan balas dendam’.
Saya pribadi, inginnya cari destinasi wisata baru. Tapi kalau suami sama anak-anak, malah ingin balik lagi ke destinasi wisata yang sudah pernah kami kunjungi. Setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya juga sih kalau kembali ke lokasi wisata yang pernah kami kunjungi. Kan suasananya juga pasti sudah berbeda.
Entah kenapa, anak-anak ini tidak ada bosannya ke sini. Karena memang semenarik itu. Mulai dari melihat hewan-hewan secara langsung di dalam area hotel, berenang dengan berlatar belakang kandang jerapah dan gajah, memberi makan hewan secara langsung, atraksi di malam hari, sampai jalan-jalan di alam liar bersama pengunjung lain. Keseruan di Baobab Hotel and Resort ini, sudah pernah saya ulas di tulisan ini. Klik saja, untuk tahu serunya bagaimana untuk anak-anak.
Kok anak-anak, saya saja mengakui kalau memang staycation di sini benar-benar bikin baterai energi kembali penuh. Suasananya berbeda dengan hotel lain, udaranya bersih dan nyesss gitu di kulit, keramahan pegawai-pegawainya terasa sekali dan makanannya enak-enak wkwkw. Jadi ya, tidak heran sih kalau Baobab Hotel and Resort ini masuk nomer satu destinasi wisata yang ingin kami kunjungi ulang.
Berapa kali ya saya ke gunung Bromo? Tiga kali. Dan masih ingin ke sana lagi. Hahaha.
Yang pertama, saat saya kuliah dengan teman-teman. Berangkat tengah malam, sampai lokasi pemberhentian kendaraan jam 2 dini hari, lalu jalan kaki menuju kawah Bromo. Sempat kesasar karena beberapa dari kami sok tahu dan tidak ikuti petunjuk. Mana gelap lagi. Hahaha ... Untungnya, ada beberapa warga yang pulang dari Pura Luhur Poten dengan baik hati memberi tahu jalan yang benar. Setelah sampai di bawah tangga menuju kawah, kami hanya saling memaki dan tertawa sambil bilang, “Lha, ini kan jalan tadi? Kenapa kita muter-muter sih? Harusnya udah berhenti saja, udah sampai!!”
Untungnya, kami masih bisa menikmati ‘Negeri di Atas Awan’ saat berada di tepi kawah Bromo. Saya masih menyimpan betul gambar langit penuh awan putih di otak. Tiap scene yang menggambarkan awan yang awalnya tertimpa warna oranye matahari yang terbit, kemudian memudar menjadi warna biru muda. Sayangnya, tidak saya ambil fotonya, karena saya tidak bawa kamera.
Lalu ke gunung Bromo lagi, dengan keluarga. Saat itu, almarhum Bapak ada jatah liburan bareng dengan rekan-rekan kerja. Karena yang diajak Bapak dan Ibu masih bujangan semua, kami diajak melewati track yang agak sulit untuk menuju lautan pasir. Bukan track yang biasa dilewati hardtop. Tapi MasyaAllah, bagus sekali pemandangannya meskipun track-nya agak sulit. Tunggu, saya bongkar foto lama dulu ya. Tapi jangan heran, kualitas fotonya belum bagus, karena diambil di tahun 2009 hanya dengan menggunakan kamera ponsel.
Yang terakhir ke sana, tahun 2014. Lagi-lagi ke sana bersama keluarga. Tapi kali ini, saya dan adik sudah berkeluarga. Arya sudah berusia 4 tahun, masih lucu-lucunya, tapi semangat sekali diajak jalan-jalan meskipun jalannya menanjak. Kali ini, kami sengaja tidak naik untuk melihat kawah Bromo, tapi kami naik ke Penanjakan untuk melihat matahari terbit.
Meskipun sesak penuh orang, tapi seru juga di Penanjakan. Apalagi perkara mencari tempat untuk sholat shubuh. Merasakan sensasi antri dan gantian untuk wudlu dan sholat dengan pengunjung lain di musholla yang kecil sekali. Setelah itu, lanjut ke lautan pasir untuk foto-foto dengan latar belakang gunung Bromo. Di sini, bebas sebebas-bebasnya si Arya berlarian. Karena di sana seperti sudah ada petak-petak tak terlihat, area mana saja yang khusus untuk jalannya hardtop, dan mana area yang khusus untuk berhentinya para pengunjung.
Puas foto-foto dan lari-lari mengejar Arya, lanjut ke bukit Teletubbies yang MasyaAllah bagus sekali. Dengan dikelilingi tebing-tebing berwarna hijau, menikmati bukit ini seolah bikin kami malas beranjak. Apalagi kami bisa menikmati pemandangan sambil selonjoran makan mie instan. Dan sepulang dari bukit Teletubbies, kami sempat foto-foto di hamparan bunga-bunga bertangkai tinggi yang ada di tengah padang pasir.
Saya pergi ke lombok di tahun 2015. Bepergian bersama teman-teman kantor, tanpa suami dan Arya. Dan saat itu sedang hamil Fatin, memasuki bulan keempat.
Memang awalnya ragu mau ikut, tapi kalau semisal saya tidak ikut, wah ... menyesal yang bakal saya dapat. Lha gimana, uapikkk banget Lombok itu! Di mana-mana kami bertemu dengan hamparan laut. Bahkan hotel tempat kami menginap pun, sebelahan sama laut. Sarapan sambil menikmati semilir air laut, beralaskan hamparan pasir pantai.
Destinasi wisatanya juga unik-unik. Contohnya saja, berkunjung ke desa Sade yang lokasinya cocok sekali untuk wisatawan yang baru sekali menginjakkan kaki di Lombok, dan ingin tahu seluk-beluk masyarakat Lombok itu seperti apa. Di sana, saya tahu cara pembuatan kain tenun, rumah asli suku Lombok itu seperti apa, kerajinan khas Lombok itu apa saja dan makan khas Lombok itu apa. Semua sudah pernah saya ceritakan di tulisan tentang perjalanan ke desa Sade.
Beneran, yang bikin kangen ke Lombok itu memang pantainya. Beberapa pantai yang kami datangi, masih alami. Belum banyak wisatawan yang datang ke sana. Belum banyak pedagang makanan, juga fasilitas ibadah yang terlihat belum memadai. Tapi, semua itu tidak mengurungkan niat saya dong untuk datang ke sana lagi. Puas-puaskan main air di pantai Lombok yang unik-unik.
Yang lebih spesifik dong, Ri!! Pantai mana?
Semua pantai. Wkwkwkw.
Berwisata di pantai itu memang tidak membutuhkan banyak effort, tapi hasilnya luar biasa besar. Paling banter, kita butuh sun screen ber-SPF tinggi supaya kulit kita tidak mudah terbakar karena panas-panasan di pantai.
.
Sebenarnya, selain lima destinasi wisata yang sudah saya sebutkan tadi, ada satu lagi lokasi wisata yang ingin saya ulang ke sana. Kepulauan Seribu!
Pulau Bidadari. Pulau kecil tapi mahal untuk dikunjungi, karena menawarkan kenyamanan berwisata di tengah laut. Hahaha ... Noleh ke kanan, laut. Noleh ke kiri, laut lagi. Keliling pulau tidak ada sejam, laut melulu pemandangannya. Tapi di sana nyaman banget! Kebutuhan apapun tersedia karena fasilitas yang lengkap.
.
Tapi, kemana pun akhirnya nanti, saya dan keluarga hanya berharap pandemi ini segera berlalu. Semua kembali normal seperti biasanya. Semua kembali baik-baik saja.
Trus, kemarin-kemarin, saya sama suami dan anak-anak angan-angan ingin kemana setelah pandemi ini mereda. Sudah bikin list juga. Hitung-hitung sambil nabung ya, biar tidak dadakan ambil uang di bank dalam jumlah besar hanya untuk ‘liburan balas dendam’.
Saya pribadi, inginnya cari destinasi wisata baru. Tapi kalau suami sama anak-anak, malah ingin balik lagi ke destinasi wisata yang sudah pernah kami kunjungi. Setelah dipikir-pikir, tidak ada salahnya juga sih kalau kembali ke lokasi wisata yang pernah kami kunjungi. Kan suasananya juga pasti sudah berbeda.
Staycation di Baobab Hotel and Resort
Entah kenapa, anak-anak ini tidak ada bosannya ke sini. Karena memang semenarik itu. Mulai dari melihat hewan-hewan secara langsung di dalam area hotel, berenang dengan berlatar belakang kandang jerapah dan gajah, memberi makan hewan secara langsung, atraksi di malam hari, sampai jalan-jalan di alam liar bersama pengunjung lain. Keseruan di Baobab Hotel and Resort ini, sudah pernah saya ulas di tulisan ini. Klik saja, untuk tahu serunya bagaimana untuk anak-anak.
Pemandangan ini, ada di dalam hotel lho! |
Kok anak-anak, saya saja mengakui kalau memang staycation di sini benar-benar bikin baterai energi kembali penuh. Suasananya berbeda dengan hotel lain, udaranya bersih dan nyesss gitu di kulit, keramahan pegawai-pegawainya terasa sekali dan makanannya enak-enak wkwkw. Jadi ya, tidak heran sih kalau Baobab Hotel and Resort ini masuk nomer satu destinasi wisata yang ingin kami kunjungi ulang.
Menanti Pemandangan 'Negeri di Atas Awan' di Gunung Bromo
Berapa kali ya saya ke gunung Bromo? Tiga kali. Dan masih ingin ke sana lagi. Hahaha.
Yang pertama, saat saya kuliah dengan teman-teman. Berangkat tengah malam, sampai lokasi pemberhentian kendaraan jam 2 dini hari, lalu jalan kaki menuju kawah Bromo. Sempat kesasar karena beberapa dari kami sok tahu dan tidak ikuti petunjuk. Mana gelap lagi. Hahaha ... Untungnya, ada beberapa warga yang pulang dari Pura Luhur Poten dengan baik hati memberi tahu jalan yang benar. Setelah sampai di bawah tangga menuju kawah, kami hanya saling memaki dan tertawa sambil bilang, “Lha, ini kan jalan tadi? Kenapa kita muter-muter sih? Harusnya udah berhenti saja, udah sampai!!”
Lalu ke gunung Bromo lagi, dengan keluarga. Saat itu, almarhum Bapak ada jatah liburan bareng dengan rekan-rekan kerja. Karena yang diajak Bapak dan Ibu masih bujangan semua, kami diajak melewati track yang agak sulit untuk menuju lautan pasir. Bukan track yang biasa dilewati hardtop. Tapi MasyaAllah, bagus sekali pemandangannya meskipun track-nya agak sulit. Tunggu, saya bongkar foto lama dulu ya. Tapi jangan heran, kualitas fotonya belum bagus, karena diambil di tahun 2009 hanya dengan menggunakan kamera ponsel.
Yang terakhir ke sana, tahun 2014. Lagi-lagi ke sana bersama keluarga. Tapi kali ini, saya dan adik sudah berkeluarga. Arya sudah berusia 4 tahun, masih lucu-lucunya, tapi semangat sekali diajak jalan-jalan meskipun jalannya menanjak. Kali ini, kami sengaja tidak naik untuk melihat kawah Bromo, tapi kami naik ke Penanjakan untuk melihat matahari terbit.
Meskipun sesak penuh orang, tapi seru juga di Penanjakan. Apalagi perkara mencari tempat untuk sholat shubuh. Merasakan sensasi antri dan gantian untuk wudlu dan sholat dengan pengunjung lain di musholla yang kecil sekali. Setelah itu, lanjut ke lautan pasir untuk foto-foto dengan latar belakang gunung Bromo. Di sini, bebas sebebas-bebasnya si Arya berlarian. Karena di sana seperti sudah ada petak-petak tak terlihat, area mana saja yang khusus untuk jalannya hardtop, dan mana area yang khusus untuk berhentinya para pengunjung.
Puas foto-foto dan lari-lari mengejar Arya, lanjut ke bukit Teletubbies yang MasyaAllah bagus sekali. Dengan dikelilingi tebing-tebing berwarna hijau, menikmati bukit ini seolah bikin kami malas beranjak. Apalagi kami bisa menikmati pemandangan sambil selonjoran makan mie instan. Dan sepulang dari bukit Teletubbies, kami sempat foto-foto di hamparan bunga-bunga bertangkai tinggi yang ada di tengah padang pasir.
Jalan-Jalan di Wisata Klasik di Pulau Lombok
Saya pergi ke lombok di tahun 2015. Bepergian bersama teman-teman kantor, tanpa suami dan Arya. Dan saat itu sedang hamil Fatin, memasuki bulan keempat.
Memang awalnya ragu mau ikut, tapi kalau semisal saya tidak ikut, wah ... menyesal yang bakal saya dapat. Lha gimana, uapikkk banget Lombok itu! Di mana-mana kami bertemu dengan hamparan laut. Bahkan hotel tempat kami menginap pun, sebelahan sama laut. Sarapan sambil menikmati semilir air laut, beralaskan hamparan pasir pantai.
Destinasi wisatanya juga unik-unik. Contohnya saja, berkunjung ke desa Sade yang lokasinya cocok sekali untuk wisatawan yang baru sekali menginjakkan kaki di Lombok, dan ingin tahu seluk-beluk masyarakat Lombok itu seperti apa. Di sana, saya tahu cara pembuatan kain tenun, rumah asli suku Lombok itu seperti apa, kerajinan khas Lombok itu apa saja dan makan khas Lombok itu apa. Semua sudah pernah saya ceritakan di tulisan tentang perjalanan ke desa Sade.
Beneran, yang bikin kangen ke Lombok itu memang pantainya. Beberapa pantai yang kami datangi, masih alami. Belum banyak wisatawan yang datang ke sana. Belum banyak pedagang makanan, juga fasilitas ibadah yang terlihat belum memadai. Tapi, semua itu tidak mengurungkan niat saya dong untuk datang ke sana lagi. Puas-puaskan main air di pantai Lombok yang unik-unik.
Menikmati Desiran Angin Pantai
Yang lebih spesifik dong, Ri!! Pantai mana?
Semua pantai. Wkwkwkw.
Berwisata di pantai itu memang tidak membutuhkan banyak effort, tapi hasilnya luar biasa besar. Paling banter, kita butuh sun screen ber-SPF tinggi supaya kulit kita tidak mudah terbakar karena panas-panasan di pantai.
Hanya dengan itu saja, kita sudah bisa merasakan kaki yang seolah tenggelam di pasir yang basah setelah disapu oleh ombak, membuat istana pasir dengan selokan besar sebagai benteng pertahanan, duduk-duduk saja sambil minum es di warung-warung pinggir pantai, atau gegeloran di bawah pohon sambil makan bekal yang kita bawa dari rumah.
Kenapa pantai jadi salah satu pilihan? Karena kami butuh asupan vitamin sea! Hahaha, bukan ding, bukan!
Karena saya dan keluarga lama ‘ngandang’, badan masih belum terbiasa berwisata dengan effort yang besar. Seperti naik gunung atau menuju air terjun cantik di dataran yang tinggi dengan track yang sulit, benar-benar tidak masuk agenda kami setelah wabah korona ini berlalu. Kami ingin santai-santai dulu jika kesempatan berlibur itu datang. Kalau ritme liburannya sudah balik normal, nah, naik-naik ke puncak gunung, ayo saja!
Ketika banyak orang bilang Yogyakarta itu bikin kangen, iya, saya pun bilang begitu.
Lima kali ke Yogyakarta, masih saja ingin ke sana lagi. Apalagi sekarang sudah ada tol panjang yang menyambungkan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tinggal nyalakan mesin mobil, wushhh ... sampai di Yogyakarta dalam sekejap.
Selama datang ke sana, saya selalu menikmati lokasi-lokasi wisata Yogyakarta yang ada di pusat kota. Juga pernah sekali tanpa sengaja melihat Festival Payung di Borobudur. Selain karena perginya bersama keluarga atau sendiri, ketika itu belum banyak lokasi wisata alam kekinian di Yogyakarta. Bahkan ketika pergi ke tempat wisata di Yogyakarta bersama suami dan anak-anak di pertengahan 2019 kemarin, kami pun tidak banyak bertandang ke lokasi-lokasi wisata yang sedang hits karena keterbatasan waktu.
Semoga, setelah wabah korona ini berlalu, proposal untuk jalan-jalan ke Yogyakarta lagi, disetujui sama suami. Dan kali ini, saya ingin coba wisata-wisata alam kekinian yang banyak tersebar di Yogyakarta.
Kenapa pantai jadi salah satu pilihan? Karena kami butuh asupan vitamin sea! Hahaha, bukan ding, bukan!
Karena saya dan keluarga lama ‘ngandang’, badan masih belum terbiasa berwisata dengan effort yang besar. Seperti naik gunung atau menuju air terjun cantik di dataran yang tinggi dengan track yang sulit, benar-benar tidak masuk agenda kami setelah wabah korona ini berlalu. Kami ingin santai-santai dulu jika kesempatan berlibur itu datang. Kalau ritme liburannya sudah balik normal, nah, naik-naik ke puncak gunung, ayo saja!
Mengulang Kembali Kenangan di Yogyakarta
Ketika banyak orang bilang Yogyakarta itu bikin kangen, iya, saya pun bilang begitu.
Lima kali ke Yogyakarta, masih saja ingin ke sana lagi. Apalagi sekarang sudah ada tol panjang yang menyambungkan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Tinggal nyalakan mesin mobil, wushhh ... sampai di Yogyakarta dalam sekejap.
Selama datang ke sana, saya selalu menikmati lokasi-lokasi wisata Yogyakarta yang ada di pusat kota. Juga pernah sekali tanpa sengaja melihat Festival Payung di Borobudur. Selain karena perginya bersama keluarga atau sendiri, ketika itu belum banyak lokasi wisata alam kekinian di Yogyakarta. Bahkan ketika pergi ke tempat wisata di Yogyakarta bersama suami dan anak-anak di pertengahan 2019 kemarin, kami pun tidak banyak bertandang ke lokasi-lokasi wisata yang sedang hits karena keterbatasan waktu.
Semoga, setelah wabah korona ini berlalu, proposal untuk jalan-jalan ke Yogyakarta lagi, disetujui sama suami. Dan kali ini, saya ingin coba wisata-wisata alam kekinian yang banyak tersebar di Yogyakarta.
.
Sebenarnya, selain lima destinasi wisata yang sudah saya sebutkan tadi, ada satu lagi lokasi wisata yang ingin saya ulang ke sana. Kepulauan Seribu!
Pulau Bidadari. Pulau kecil tapi mahal untuk dikunjungi, karena menawarkan kenyamanan berwisata di tengah laut. Hahaha ... Noleh ke kanan, laut. Noleh ke kiri, laut lagi. Keliling pulau tidak ada sejam, laut melulu pemandangannya. Tapi di sana nyaman banget! Kebutuhan apapun tersedia karena fasilitas yang lengkap.
.
Tapi, kemana pun akhirnya nanti, saya dan keluarga hanya berharap pandemi ini segera berlalu. Semua kembali normal seperti biasanya. Semua kembali baik-baik saja.
ah iyaaa akupun ingin ke kepulauan Seribu, di Jawa ini padahal ya. Masih banyak yang belum tereksplor, Allahu Akbar
BalasHapusAku sudah menduga kalau destinasi Baobab bakalan ditulis
BalasHapusAku aja yang belum kesana jadi pengen setelah mba posting kapan waktu
Saya belom pernah nginap di Baobab Mbak, pengen sih, tapi selalu keder liat harganya hahaha.
BalasHapusTapi menarik banget ya nginap di sana, bisa lebih dekat dengan hewan-hewan di sana.
Yang saya kangenin juga adalahhhh BROMOOOOO...
Nggak tahu kenapa ya, Bromo itu selalu saja punya daya tarik tersendiri even berkali-kali ke sana, daaan kadang kalau ke sana tuh kesal sama orang-orang sana yang kadang ngasih harga nggak masuk akal.
Btw Penanjakan itu favorit banget ya, terakhir ke sana kami tahun 2018 lalu, bawa si bayi yang belom setahun hahaha.
Kalau ke Lombok, saya belom pernah dong, hiks, cuman saya masih lebih tertarik ke Bali sih :D
Dan i miss pantai soooo much Mba, rindu dengan bau laut, rindu pasir putih, gadrasi warna biru antara langit dan laut, rindu sunrise di Parang Tritis, duuhhh kangeeennn!
Kalau Jogja, offkors!
Tahun 2019 lalu kami berencana ke Jogja, dan gagal terooosss sampai akhirnya pandemi :D
Semoga pandemi segera berlalu, bisa piknik lagi sama keluarga.
BalasHapusAsyik banget itu di Baobab hotel, bisa ngasih makan satwa.
Kalau kami pengennya jalan-jalan ke pantai, udah kangen mainan pasir
Mbaaaa
BalasHapusAnakku durung nate kuajak ke BROMO :(((
Aku trakhir ke Bromo pas kls 4 SD
Biyuuuhh pengin bgt cuss ke sana
Aku tuh dari tahun kemarin sebenarnya pengen banget liburan dan staycation di Baobab itu, karena lihat sepupuku sudah kesana dan kepengan.
BalasHapusPulau Bidadari salah salah satu pulau yang emang rekomendasi banget untuk dikungjungi. Sebaiknya sih menginap biar terasa gimana hidup dikelilingi laut ya Mbak :)
BalasHapuswah..baru tau ttg hotel baobab ini. Kalau anak saya diajak ke sini pasti cari di mana pohon baobabnya hehehe
BalasHapusLokasi wisata menarik di Indonesia ini banyak banget asli! Gak habis-habis kalau di list perasaan hehehe...Bromo adalah salah satu yang ingin dikunjungi lagi dan lagi :) Kayak tenang aja gitu ngelihat matahari terbit di Pananjakan
BalasHapusKu juga mupeng ke Bromo dan Lombok. Ke bromo pas anak bungsu masih 3 tahun jadi sekarang dia (11 tahun) nagihin terus katanya belum pernah ke sana haha
BalasHapusTerus ke Lombok sudah pernah 3 kali jaman kuliah dan kerja..pengin ke sana sama keluarga ...wah, semoga pandemi segera cabut dari bumi sehingga kita bisa jalan-jalan lagi
Aamiin,insyaallah semoga cepat berlalu.
BalasHapusKu juga udang ngandang muluuu niih, pengen kabuur sesekali ke negeri diatas awan halaagh.
Pengeen ke Jogyaaa, menikmati kulineran naskuc malem sambil mlaku2
ngomongin tentang lombok, aku jadi inget sedih banget suami berangkat ke lombok tanpa kami. dari pada Bali, aku memang lebih tertarik dengan lombok. katanya pantainya masih alami. ternyata benar ya. suai juga cerita demikian. pantai di lombok masih cantik dan bersih. semoga kesampean liburan keluarga ke sana. doakan ya mbak.
BalasHapusSetuju, Mbak. Pengen banget pandemi segera berlalu. Setelah itu, nongkring di warung bakso juga rasanya nikmat banget
BalasHapusRiaaa...aku nanya doonk..
BalasHapusKalau ke Negeri di atas awan ini bisa ngajak anak-anak gitu?
Bakalan super kedinginan gak?
Kuat mendakinya gak yaa..?
Pas ke Bromo, anakku berhasil sampai puncak siih..
Tapi sebelumnya, mesti persiapan fisik dulu kali yaa...
Jangan-jangan mamak yang ambrol alias ketinggalan jauh di belakang.
Sdih banget siik~
Sebenarnya berwisata di masa sekarang ini bisa lebih irit dan santai karena nggak banyak orang dan hotel-hotel banyak menawarkan potongan harga. Pohon Inn Batu aja harganya hampir separuh harga normal coba. Tapi sama seperti Mba, aku juga belum berani huhuhu. Dan yang paling pengen kukunjungi nanti Hotel Baobab itu. Anak-anak pasti seneng banget.
BalasHapusMau semua yg di list di atas mba.. bener bnget yg Penting sekarang pandemi hrs berakhir dulu mau travellingan kemanapun kitanya nyaman ya.... kangen Bromoo
BalasHapusDuh, asyik-asyik dan seru-seru nih tempatnya. Huhu, udah kangen banget ya kita main dan jalan-jalan. Kalo aku, kepengen kamping di gunung bareng anak-anak. Dan kangen keliling kota. 😁
BalasHapusBelum pernah ke Lombok akutu, huhuhu, mau honeymoon rasanya di sana
BalasHapusPengen banget ke Bromo. Udah sounding sama suami beberapa bulan yang lalu eh keburu corona menyerang. Semoga cepat berlalu badai ini ya Mba, biar kita bisa hepi hepi lagi
BalasHapus
BalasHapusMy family and I have no plans, where are you going on vacation, still want to be at home first until it's really clean
I have a long list of places I like to visit after that. I guess that would be a great plan ahead
BalasHapusPokoknya pasca pandemi berlalu pengen jalan ke yogya atau bali sekeluarga. Tapi eh tapi. Perbaiki kondisi ekonomi pasca badai corocoro dulu.. Wkwk.. Ternyata rencana piknik tak semudah itu ya..
BalasHapusSayang minggu kemarin teman ke Bromo masih tutup. Nggak tahu nih kalau pas 17 Agustusan dibuka tau nggak?
BalasHapusYang Bromo mantap ya Mak. Etapi aku tu mupeng banget kalo yang Lombok. Gehara baca di novelnya Tere Liye jadi pengen kesana.
BalasHapusWuaa habis pandemi ingin juga mengajak anak2 jalan2 yg agak jauh... sekarang baru dekkat2 aja.. staycation beraninya yang deket rumah aja... Hmm lombok menarik ya mba.. Tapi ke Bromo seperrtinya lebih menggoda ya...
BalasHapusAamiin, semoga pandemi segera berlalu ya...jadi pengen main ke Jogjakarta dam Bromo
BalasHapusBanyak sekali ya Mbak lokasi tempat wisata yang menarik dikunjungi di Indonesia. Dan aku sendiri, yang deket rumah aja belum semuanya dikunjungi, hehe..
BalasHapusPengen ke tempat-tempat itu juga :)
Mba Ria aku belum pernah semua
BalasHapusdestinasi yang kamu pilih keren semua ih. Sebel haahhaha
semoga pandemi lekas musnah ya.
Bangettttt pengen jalan2nya mba. Tapi akupun memilih sabar dulu sampai bener2 aman. Baru ntr traveling lagi. Udh janji juga Ama anak2 bakal ajakin jalan2 setelah pandemi berlalu.
BalasHapusKalo utk destinasi Indonesia, aku ga banyak bikin list, tp ttp ada pastinya :). Aku pengen mudik ke Medan, dan Sibolga. Itu dulu. Aku kangen Ama ortu, udh 2 thnan lebih ga ketemu. Sbnrnya THN ini jdwal ksana, apa daya batal semua. Trus pengen juga mudik ke kampung suami di solo. Itu dulu lah :). Ga mau kebanyakan Krn udh ada plan lain ke LN. Lagian cuti pak suami juga terbatas hahahahaha. Jd ga mungkin kebanyakan :D. Ga sabar banget pgn bisa traveling lagi