Saya sebagai ibu yang bekerja di luar rumah, selalu salut dengan ibu yang fokus dengan pekerjaan di rumah. Karena bagi saya, menjadi ibu rumah tangga itu harus memiliki kemampuan multitasking yang sangat tinggi. Dan makin salut, ketika ada ibu rumah tangga yang berani keluar dari zona nyaman untuk memiliki usaha sendiri di rumah. Baik dengan tujuan membantu suami dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau untuk menambah jumlah dana darurat di masa depan.
Baru kemarin, Ibu saya bantu-bantu adik ipar untuk jualan roti bluder dan bumbu pecel dari Madiun. Meskipun hanya sekadar iseng-iseng jualan karena kebetulan adik ipar pulang ke rumah orang tuanya, Ibu jadi tahu kalau berjualan itu menyenangkan juga ternyata. Meskipun harus menyisihkan waktu khusus untuk mencatat atau mendistribusikan barang, tapi Ibu saya mulai menjajal untuk keluar dari zona nyaman.
Saat pandemi seperti ini, saya melihat geliat usaha para ibu rumah tangga mulai meningkat. Tetangga-tetangga saya yang kebanyakan sebagai ibu rumah tangga, mulai menggelar dagangannya lewat aplikasi Whatsapp. Teman-teman saya juga.
Yang sudah memulai usahanya sejak sebelum pandemi, semakin giat berusaha karena semakin banyak saingan. Sedangkan yang baru memulai usaha sejak pandemi menyerang, juga semakin giat untuk memikat hati pembeli.
Melihat banyaknya tawaran barang dan jasa dari mereka yang menjadi ibu rumah tangga, ada beberapa bentuk usaha yang cocok dilakukan untuk ibu rumah tangga. Apa saja itu?
Usaha yang dijalankan oleh ibu rumah tangga, selalu berhubungan dengan hobi yang mereka suka.
Menjual Berbagai Macam Kuliner
Kalau saya perhatikan, usaha di bidang kuliner dengan penggerak para ibu rumah tangga itu terbagi lagi dalam tiga jenis usaha. Kuliner berupa masakan matang siap santap, cemilan, dan roti.
Untuk masakan matang siap saji, ada yang buka lapak di depan rumah, ada pula yang menyewa tempat di pinggir jalan yang ramai. Dua usaha ini, punya prinsip yang sama, yaitu mencari pelanggan dengan kelebihan akses jalan yang mudah dan ramai jika memungkinkan.
Sedangkan usaha membuat cemilan dan roti, saingannya lebih ketat lagi. Juallah cemilan atau roti yang sudah semacam menjadi merk dagang kita. Saya pernah beli roti maryam di salah satu ibu rumah tangga di perumahan sebelah (sebut saja namanya Ibu DW). Dia cerita, kalau donat kentang yang dia jual itu banyak sekali yang suka dan rebutan untuk ikutan PO (pre-order). Jadi kalau misalnya orang ingin donat kentang, banyak yang rekomendasikan donat buatan Ibu DW ini.
Kalau cemilan dan roti kekinian, ini sedikit tricky ya. Karena jualan cemilan kekinian ini bisa jadi bukan sebagai menu utama. Karena namanya juga kekinian, kalau sudah trennya habis, ya sudah tidak banyak yang tertarik lagi.
Menjahit Baju
Kata ibu, menjahit baju untuk orang lain itu tidak semua orang bisa melakukannya. Harus punya feel khusus untuk melihat apakah hasil akhirnya akan bagus di badan si pemesan atau tidak.
Dari sisi pemesan, kalau sudah cocok, wah ... mengeluarkan berapa pun untuk membayar jasa penjahit bakal dilakukan. Karena belum tentu juga, membeli baju di pasar/mall bakalan benar-benar nyaman di badan.
Jadi, kalau memang kalian sebagai ibu rumah tangga dan punya kemampuan untuk membuat baju, tidak ada salahnya asah terus kemampuan dan kreatifitas kalian. Siapa tahu, ada yang melirik dan bisa jadi pembuka pintu rejeki.
Tapi jahitkan orang baju di masa pandemi ini, sepertinya tidak sebanding ya. Karena tidak banyak orang bepergian seperti dulu, tidak banyak pesta digelar. Lalu menjahit apa?
- Masker
- Peralatan kantor seperti tas jinjing untuk laptop dan pouch untuk menyimpan stasionary
- Barang-barang rumah tangga seperti apron, storage dari kain, taplak meja atau penutup kulkas
- Daster atau piyama
Menjual Hasil Rajutan Sendiri
Merajut ini saya bilangnya, adalah salah satu kreasi kerajinan tangan yang punya tempat tersendiri di penggemarnya. Merajut itu klasik. Anak-anak muda banyak yang menganggap kalau merajut itu adalah pengisi waktu luang untuk nenek-nenek. Tapi mereka tidak tahu, kalau merajut itu ternyata memberikan kepuasan tersendiri. Sama halnya bermain game untuk anak-anak muda.
Apakah merajut memang untuk nenek-nenek saja? Tentu tidak dong!
Teman saya yang sedang menempuh studi S2 di salah satu universitas negeri di Surabaya, mengisi waktu luangnya dengan merajutm. Dan lewat Twitter, dia menjual hasil karyanya lho! Katanya, merajut bagi dia memberikan kepuasan double. Selain hilangkan stres dengan kegiatan kampus, juga bisa hasilkan cuan buat tambahan beli jajan.
Sedangkan teman saya di kantor, sambil WFO dan menunggu jadwal mengajar online, dia bawa rajutannya ke kantor. Saya sering intip Whatsapp story-nya. Ternyata masker rajutannya laris juga!
Penyedia Asupan untuk Kesehatan Tubuh
Melihat maraknya tren di masa pandemi, yang menjadi prioritas sekarang adalah menjaga kesehatan tubuh, baik diri sendiri atau keluarga. Dan ibu rumah tangga yang bisa melihat tren ini sebagai peluang usaha untuk menghasilkan pundi-pundi uang.
Sekarang, kita dituntut untuk rutin mengkonsumsi makanan yang sehat. Kalau makanan sudah menjadi urusan pengusaha kuliner, tapi untuk pelengkap lainnya, biarlah ibu rumah tangga diberi peluang untuk mengurusi. Misalkan saja, menjual buah-buahan atau jamu-jamuan.
Jual buah skala ibu rumah tangga, bisa saja kok. Kalian tinggal mengambil di pemasok buah dengan sistem PO atau sistem ready stock. Misalkan saja teman ibu saya. Beliau menjual buah-buahan dengan sistem ready stock untuk satu jenis buah. Pernah menawarkan apel sebanyak beberapa puluh kilogram. Ditawarkan saja dengan harga lebih murah 2000 rupiah per kilogram dibanding penjual buah di pinggir jalan. Dalam sekejap sudah habis. Lain waktu, beliau menjual pir, melon atau mangga. Bergantian jenis buah yang dijual.
Lalu kalau jamu-jamuan bagaimana?
Seorang teman yang berjualan makanan siap santap bercerita, konsumen lebih suka jamu yang sudah diseduh alias tinggal glek, daripada yang masih berupa bahan dasar. Jamu yang sudah diseduh ini biasanya dikemas di botol dengan ukuran tertentu sehingga mudah untuk membawa saat pengiriman. Penjualan seperti ini, memang target pasarnya untuk konsumen yang maunya praktis.
Tapi penjualan jamu yang masih berupa bahan dasar, juga masih banyak peminatnya kok. Alasannya adalah produk seperti ini lebih awet dalam penyimpanan dan bisa dikonsumsi kapan pun. Kalau saya pribadi sih, suka dua-duanya. Kalau ingin minum jamu hari itu juga, saya pesan botolan. Tapi kalau ingin sedia jamu dan bisa diminum saat saya butuh, saya lebih pilih yang masih berupa bahan dasar.
Waduuhhh, satupun nggak ada yang saya tahu bikinnya Mba hahaha.
BalasHapusMenjahit bisa sih jahit tangan, tapi ya sekadar menyambung baju yang sobek, entah kalau jahit sesuatu, kalau dipelajari mungkin bisa.
Merajut, saya dulu pernah diajarin, tapi saya nggak telaten, paling bisanya bikin rajutan ikat rambut doang :D
Zaman sekarang banyak yang jual minuman jus gitu ya Mba, mereka jual perliter, biar lebih cepat lakunya.
Lebih praktis sih, asal punya langganan penjual buah, karena lumayan juga tuh jualan gitu kalau nggak segar, lain juga rasanya :D
Atau jualan salad sekalian tuh Mba, di dekat tempat tinggal saya jualan salad, tapi dia bikinnya pas ada yang pesan gitu, jadi masih segar banget :)
Dari semua ide di atas, yang paling praktis nomor empat. maklum saya nggak suka ribet. tapi beneran mba, di kala Pandemi seperti ini kebutuhan mengonsumsi buah-buahan jadi lebih meningkat.
BalasHapusaku juga lagi coba usaha kuliner, nasi ayam paling simple :D
BalasHapusWah tenan mbak, grup WA RT isinya jualaan kabeh. Tapi enak, membantu saat butuh-butuh. Ada tetangga yang jualan brownis ketan hitam, jualan buah, sinom, sampe lampu agustusan yang kelap-kelip juga ada.
BalasHapusJualan itu menyenangkan kalau sudah nemu produk yang pas dan pembeli yang tepat sasaran. Tinggal ngramut supaya mereka gak lari. Nah, di situ ujiannya. Nyekel amanah sulit juga ternyata