Saat pergantian tahun tiba, tidak sedikit dari kita yang membuat resolusi untuk satu tahun ke depan sebagai bentuk keinginan untuk mengubah diri menjadi lebih baik.
Saya pribadi, sudah berhenti membuat resolusi sejak ... dua tahun yang lalu. Bukan karena saya tidak ingin menjadi lebih baik, tapi lebih karena saya ingin menyelesaikan apa-apa yang belum saya selesaikan di tahun sebelumnya.
Dua tahun yang lalu, di tahun 2019, saya menyelesaikan beberapa target yang tidak selesai di tahun 2018. Karena tahun 2018 saya sedikit agak goyah karena ada beberapa masalah yang harus saya hadapi, dan itu ternyata mempengaruhi resolusi yang saya buat di awal tahun. Lalu di tahun 2020, saya tidak membuat resolusi lagi. Karena saya merasa butuh membongkar dan memperbaiki banyak hal di tahun itu, salah satunya adalah masalah keuangan pribadi dan keluarga.
Untuk tahun 2021 ini, saya sebenarnya tidak membuat resolusi lagi. Tapi, karena Ning Blogger Surabaya membuat challange mingguan dan temanya minggu ini adalah tentang resolusi, saya mencoba untuk menuliskan beberapa daftar yang ingin saya penuhi selama satu tahun ke depan.
Perbaiki Kebiasaan Beribadah
Berbicara tentang kebiasaan beribadah, diri ini masih banyak kekurangannya. Perkara sholat yang wajib saja, masih terbilang sulit mendisiplinkan. Apalagi perkara ibadah lain yang mengiringi kesempurnaan sebagai umat Islam. Malulah hamba ini, ya Allah.
Bismillah, ayo lebih giat lagi beribadah, Ria. Tidak usah banyak berbicara di sini, tapi ayo banyak praktek supaya hatimu lebih tenang.
Lebih Berhemat Lagi
Setiap orang memiliki barang kesukaan untuk menghabiskan uang yang dimiliki. Ada beberapa dari kita yang suka belanja baju untuk dirinya sendiri atau untuk anak-anaknya, properti foto, perabotan rumah, tanaman-tanaman cantik di pot, dan beberapa barang lainnya yang tak jarang barang itu juga menjadi pelengkap hobi.
Sedangkan saya, suka belanja stationery dan hal-hal yang berbau kertas. Mata saya selalu berbinar-binar saat melihat barang-barang lucu dan penuh warna yang dipajang di toko stationery atau di e-commerce. Keinginan untuk membeli notebook, washi tape, brush pen, atau paper scrap itu, sulit sekali untuk dibendung.
Di pertengahan 2020, saya merapikan dan membuang barang-barang yang saya rasa tidak saya perlukan. Termasuk merapikan barang-barang stationery saya. Saat melihat tumpukan kertas dan printilan ini, dalam hati saya berkata, ternyata saya sudah membuang banyak uang untuk hal-hal yang tidak saya habiskan. Apa saya mau membuat lebih banyak gunungan stationery lagi?
Selain stationery, saya ingin menahan keinginan untuk membeli printilan k-pop. Sumpah ya, printilan k-pop itu menggoda sekali, Sodara!
Ada satu kalimat sederhana dari para K-Pop-er:
K-Pop memang bisa memecahkan segala permasalahan kita. Tapi tidak bisa memecahkan permasalahan keuangan kita.
Apalagi saya sekarang ngefans parah di dua grup idol, EXO dan Victon. Godaan ini akan lebih besar serangannya saat mereka comeback karena album yang bervariasi, photocard dan postcard saat ada event dari agensi, akhir tahun saat mereka mengeluarkan seri Season Greating, bahkan saat akun-akun base mengeluarkan project dengan barang-barang yang lucu-lucu.
Sebenarnya, semua itu bisa diakali sih belinya. Bisa saja beli album only dengan harga lebih murah dan barangnya sudah ready di Indonesia. Tapi jadi tidak seru karena tidak bisa ikutan nge-hype bareng teman-teman yang lain. Atau, beli printilan Season Greating, bisa diakali dengan beli secara sharing. Jadi, tinggal memilih dan membeli printilan yang saya suka saja. Kalau Season Greating, lagi-lagi, saya selalu mengincar diary atau notebook.
Mulai Serius Berinvestasi
Setelah bongkar dan perbaiki masalah keuangan di tahun 2020 kemarin, akhirnya tahun ini saya memutuskan untuk berinvestasi dengan lebih serius lagi. Memang sedikit terlambat, tapi itu lebih baik daripada saya tidak mencoba sama sekali.
Sebenarnya, keinginan ini berawal dari obrolan saya dengan salah satu murid saya yang sudah lulus dan dia sudah memiliki usaha sendiri, padahal dia masih kelas XI. Awalnya dia bertanya tentang mengatur keuangan untuk remaja. Obrolan kami berlanjut sampai ke masalah investasi.
Dari situ saya menggumam dalam hati, ah, lebih tepatnya merutuki diri. Siswa saya saja sudah mulai belajar tentang keuangan yang sehat dan ingin mengenal investasi. Lalu apa saya hanya berhenti di sini saja memandangi buku tabungan dengan miris?
Gali Kemampuan Diri
Setelah mencoba beberapa hal baru di dua tahun belakangan ini, akhirya saya memutuskan untuk lebih giat lagi menggali kemampuan dalam hal memotret, hand lattering, dan menulis.
Menjadi blogger dan memiliki akun Instagram, ternyata membuat saya menjadi lebih giat lagi untuk seriusi potret-memotret. Beberapa teman blogger, seringkali beralih menjadi teman sharing teknik foto dan apapun yang berbau potret-memotret. Senangnya, seringkali dari mereka malah saya dapat input yang mungkin bisa saya dapatkan dengan cara ikut workshop.
Untuk handlattering, saya sempatkan membeli buku-buku dasar teknik handlattering. Memang saya sudah pernah belajar menulis indah ini, tapi karena saya merasa kurang dalam hal teknik, sepertinya saya perlu belajar lagi.
Kalau perkara menggali menulis, lebih karena saya ingin mengurangi kesulitan-kesulitan saya saat menulis di blog dengan mencari cara-cara yang lebih efektif lagi. Karena seperti yang pernah saya tulis dulu, disiplin itu kuncinya.
Membaca Lebih Banyak Buku
Membaca adalah jendela ilmu. Betul sekali. Tapi dengan beribu alasan, membaca buku jadi bukan lagi sebuah prioritas. Padahal saya sendiri paham, dari sebuah buku saya bisa mendapatkan banyak pelajaran hidup, kosakata baru, rangkaian diksi yang bisa saya pelajari, ide-ide baru untuk menulis di blog atau bahkan materi baru untuk saya sampaikan ke siswa-siswa saya di kelas.
Itulah mengapa, mari meneguhkan diri untuk lebih banyak membaca buku di tahun 2021 ini, Ria! Tidak udah memasang target, Ri. Tapi tulis saja di dahimu, bahwa kamu butuh buku untuk menambah wawasan dan membantumu berkembang menjadi lebih baik.
Istirahat Yang Cukup
Ketika seseorang diberi waktu 24 jam dan diberi banyak target atau kegiatan yang dia suka, pasti orang itu akan berkata waktunya kurang. Bahkan ketika Tuhan memberi dia waktu 50 jam pun, dia akan tetap berkata kurang.
Bahkan saya pun pernah mengeluhkan seperti ini. Padahal manusia bukan robot, badan manusia butuh istirahat. Sesibuk-sibuknya manusia dengan aktifitas yang dia miliki dan dia sukai, manusia tetap butuh istirahat. Bahkan ketika Tuhan memberi waktu 24 atau 50 jam sehari, manusia tetap harus memikirkan berapa waktu yang akan dia luangkan untuk istirahat.
Melihat ke belakang, saya sendiri menyadari kalau saya butuh sekali istirahat yang cukup. Apalagi ketika melihat lingkar hitam di mata saat di depan kaca yang semakin tampak jelas. Mengeluhkan waktu yang kurang, bukan lagi sebuah jalan keluar. Sekarang yang harus saya lakukan adalah membagi waktu dengan efektif supaya tubuh ini bisa istirahat dengan baik, sehingga aktifitas keesok harinya tidak terganggu.
Lebih Memperhatikan Detail
Mungkin beberapa dari kalian berfikir, mengapa ‘lebih memperhatikan detail’ saya masukkan ke daftar keinginan saya di tahun ini.
Jujur saja, tahun 2020 kemarin, saya melewatkan banyak hal untuk saya ingat detailnya. Entah karena kesibukan saya, entah karena saya yang kurang memperhatikan, entah saya kurang rajin mencatat apa saja yang terjadi selama satu tahun, atau entah karena apa.
Lalu di akhir tahun 2020, saya menyesali beberapa hal yang berhubungan dengan detail ini. Dan ini membuat saya menjadi overthinking dan menangis beberapa kali.
Di tahun ini, saya ingin lebih memperhatikan detail-detail yang berhubungan dengan saya dan orang-orang di sekitar saya. Karena saya yakin, detail-detail ini nantinya akan bermanfaat ke depannya bagi saya untuk menentukan langkah apa saja yang akan saya tempuh supaya saya tidak terjebak dalam situasi yang sulit.
Apa perlu dicatat? Ya, sepertinya perlu!
wah, bener banget kak. printilan k-pop itu sangat menggoda dan aku juga punya keinginan supaya 2021 lebih bijak lagi untuk memilih mana yang paling disukai :p
BalasHapus