Beberapa dari kita pernah melewati masa menjadi
fansgirling, apalagi saat kita masih remaja.
Ngefans dengan seseorang, atau suatu kelompok, menjadi salah satu alasan masa remaja kita itu lebih menggembirakan. Dan ternyata, jauh setelah saya melewati masa remaja, saya masih belum bisa melepas status sebagai fansgirl dikarenakan
saya ngefans sama salah satu grup penyanyi dari Korea Selatan, EXO.
Eits, beberapa dari kalian mungkin sedikit kaget, karena saya yang usianya sudah lebih dari 30 tahun, kok masih belum bisa lepas dari dunia
fansgirling? Apalagi grup yang diidolakan tuh idol Korea Selatan yang peminatnya kebanyakan dari kalangan pemuda. Tapi saya enggak cerita tentang kenapanya, tapi saya cerita sisi lain
menjadi fansgirl grup penyanyi Korea Selatan.
Apa itu The Korean Wave atau Hallyu?
Kalau dengar kata Korea Selatan, kalian pasti pernah dengar istilah The Korean Wave (Hallyu) kan? Apa itu The Korean Wave atau Hallyu itu?
Gampangannya gini, Korea Selatan itu sekarang sedang berusaha untuk mendapatkan pemasukan ekonomi dengan cara meningkatkan popularitas budaya yang ada di sana, terutama yang berhubungan dengan dunia hiburan, seperti musik (pop maupun tradisional), drama dan film. Kalau sekarang dimana-mana yang dibahas adalah drama Korea apa yang lagi ramai di Netflix, atau siapa penyanyi Korea Selatan yang paling bertalenta, itu adalah salah satu efek dari The Korean Wave.
Nah, salah satu cara yang efektif untuk mengenalkan bagaimana Korea Selatan itu di mata dunia melalui internet cepat, salah satunya adalah dengan mengenalkan Korean Pop atau musik pop Korea Selatan (selanjutnya saya menyebutnya K-Pop ya!). K-Pop sendiri banyak dikenalkan ke negara lain melalui penyanyi solo (soloist) maupun penyanyi grup (boy group dan girl group).
|
EXO saat comeback album Don't Mess Up My Tempo |
Melalui salah satu artikelnya,
Tirto menyebutkan, berdasarkan analisis Google Trend per 7 Januari 2020, Indonesia sendiri berada di urutan ke-6 yang menghasilkan istilah K-Pop di lalu lintas internet dunia. Sedangkan untuk istilah Hallyu, Indonesia sendiri menyumbang pengaruh di nomer 7 di seluruh dunia.
Sebegitu kuatnya sebenarnya istilah The Korean Wave atau Hallyu itu sendiri di negara kita.
Tapi kemudian muncul rumor, kalau The Korean Wave ini tuh toxic banget dan enggak baik buat kehidupan kita, terutama bagi remaja yang sedang melewati masa ‘mengidolakan orang lain’. Kenapa bisa begitu?
Baca Juga :
The Korean Wave (Hallyu) is Another Toxic’s Life?
Di sini saya berusaha untuk netral ya memandang efek The Korean Wave, terutama dalam dunia
fansgirling. Karena saya sendiri merupakan
penikmat The Korean Wave, jadi sedikit banyak saya memahami mengapa muncul rumor itu tadi.
Di awal tulisan ini, juga di beberapa tulisan saya yang lain, saya dengan berani mengatakan bahwa saya adalah penikmat musik K-Pop. Bahkan saya menjadi fans dari beberapa penyanyi grup (selanjutnya saya menyebutnya dengan grup idol ya!), salah satunya adalah EXO. Dan saya masuk ke fandom (grup penggemar) mereka, yang dinamakan EXO-L. Tentunya, dengan masuk fandom, saya makin giat dong dukung mereka untuk bisa tampil baik di atas stage.
|
Wajah mereka tuh adem kaya guyuran es di siang hari. Minus Lay, karena sedang aktifitas di China. |
Dan ini enggak hanya terjadi pada saya, tapi juga pada penggemar K-Pop lainnya. Mereka akan rela masuk fandom, mendukung grup idolnya untuk tampil dan bersaing dengan grup idol lain yang jumlahnya ratusan, supaya tetap dikenal orang sebagai grup idol dengan talenta. Percayalah, dunia fasngirling ini memang bisa membuat kita sebahagia itu!
Tapi, bagi saya pribadi, kehidupan fansgirling ini menjadi sebuah toxic jika sudah menyimpang jauh dari hal-hal yang membuat kita bahagia. Terutama jika fokusnya sudah tidak lagi pada talenta grup idol kita.
Saya pribadi melihat ada beberapa hal toxic dalam dunia fansgirling, seperti :
- Membeli album, photocard, dan merchandise soloist atau grup idol kita secara berlebihan, padahal uang yang kita miliki terbatas
- Membayangkan berlebihan anggota grup idol untuk masuk dalam kehidupan kita, sehingga kita memiliki fantasi berlebihan (anak-anak K-Pop pasti paham banget maksud saya ini LOL)
- Menyerang seseorang atau kelompok dengan bahasa yang tidak sopan dengan alasan membela soloist atau grup idol mereka. Biasanya, penyerangan ini terjadi di media sosial. Itulah kenapa, sering kali warganet menganggap fans K-Pop itu toxic
- Aktifitas fansgirling lebih banyak menyita waktu daripada aktifitas lain yang lebih bermanfaat, terutama menyita waktu latihan untuk meningkatkan kemampuan
- Ketika waktu istirahat terpakai untuk fansgirling-an, dan keesok harinya kita malah loyo dan tidak siap untuk menjalani hari
|
Saya pun pengumpul printilan EXO, tapi tidak semua harus dibeli |
Batasan Menjadi Seorang Fansgirl
Sejauh ini, saya menikmati menjadi EXO-L dan mendukung EXO dalam segala aktifitas mereka di dunia musik. Bahkan disaat anggota EXO mulai merambah di bidang lain, seperti model dan drama/film, saya tetap mendukung mereka.
Karena saya tahu batasan kapan saya harus berhenti dan memulai kembali.
Misalnya saja, beberapa waktu yang lalu saya sempat hiatus dari dunia K-Pop selama dua minggu (dan ini waktu yang lama, Kawan!). Bukan karena saya sibuk, tapi karena saya harus menghentikan debaran hati saya yang menggebu. Ini membuat saya jadi terus-terusan ingin tahu kabar EXO dan grup idol lainnya. Bahkan sampai mengganggu waktu istrahat di malam hari, padahal besoknya saya harus kembali berjibaku dengan tugas-tugas di real life.
Jika saya tidak memutuskan untuk hiatus, yang ada adalah saya jadi kurang istirahat, mudah marah saat mengurus anak-anak, tidak fokus saat bekerja, dan lapar mata dengan membeli barang-barang yang berhubungan dengan EXO.
Saya memilih untuk tidak menjadikan masa fansgirling ini sebagai sebuah toxic dalam fase hidup saya.
Saya memilih untuk tidak menjadi fans EXO yang toxic di mata orang lain.
|
Meskipun udah segedhe ini, tapi dia tetap baby bear buat EXO-L |
Menonton KAI’s Bucket List, Salah Satu Bentuk Dukungan Kepada EXO
Setelah saya kembali dari hiatus, ternyata ada kegiatan dari salah satu member EXO, KAI, yang bisa dinikmati EXO-L Indonesia dengan mudah dan nyaman. Project series ini bernama KAI’s Bucket List, yang didukung oleh IndiHome dan CXO Media, yang menampilkan 5 hal yang masuk dalam daftar keinginan KAI. Project series ini dikemas dalam bentuk variety show, dan menampilkan apa saja yang ingin dilakukan oleh KAI sejak menjadi trainee hingga berhasil dikenal sebagai salah satu anggota dari grup idol ternama, EXO.
(FYI, anggota EXO ada 9, yaitu Xiumin, Suho, Chen, Baekhyun, Chanyeol, Lay, D.O, KAI dan Sehun)
Variety show ini menampilkan KAI dalam 5 episode dengan durasi sebanyak 20 menit, yang ditayangkan sejak 19 Februari 2022 sampai 9 April 2022, setiap hari Sabtu dan Minggu pukul 16.00 WIB, yang mana kalian harus live streaming untuk menontonnya di channel YouTube IndiHome.
|
Dance KAI tuh enggak pernah mengecewakan! Lihat deh ekspresi wajahnya :) |
Kalau saya, karena hanya bisa dinikmati secara live streaming, berarti saya harus menyalakan alarm jika mau menontonnya. Karena setelah live streaming selesai, link akan di-private. Enggak masalah sih berusaha sedikit untuk nonton series ini, jika saya ingin tahu lebih banyak tentang KAI dan kehidupannya. Apalagi di project ini, saya bakalan tahu bagaimana kehidupan, usaha keras dan perasaan KAI saat menjadi trainee. Karena saat anggota EXO menjadi trainee, saya belum menjadi fans mereka.
Apalagi nih, kabar bahwa KAI akan melaksanakan wajib militer tahun ini, sudah tersebar sangat kencang. Jadi, ketika saya mendengar bahwa KAI memproduksi episode khusus untuk fans, saya jadi bersemangat untuk menanti series ini di channel IndiHome saat weekend tiba melalui handphone dengan menggunakan WiFi cepat dari IndiHome.
Social Experiment IndiHome dan CXO Media dalam Dunia K-Pop
Kita tahu sendiri, bahwa
IndiHome merupakan layanan digital yang sudah banyak dikenal orang dalam hal penyediaan internet rumah, telepon rumah dan TV interaktif, dengan beragam pilihan paket yang bisa dipilih. Menariknya, IndiHome sekarang sudah melakukan berbagai inovasi, bukan hanya memenuhi kebutuhan internet yang baik bagi masyarakat, tapi juga melakukan
social experiment yang bersentuhan dengan The Korean Wave.
Sebagai penikmat Hallyu, saya dukung dong IndiHome dan CXO Media ini dengan program terbaru mereka, yaitu For Your Inspiration (FYI). Karena dengan program ini, mereka ingin mengedukasi masyarakat bahwa tidak semua hal yang berbau The Korean Wave itu toxic.
Melalui tayangan narasi story-telling, mereka ingin menampilkan sisi positif dari The Korean Wave, berita terkini dari dunia K-Pop, bahkan menunjukkan sisi menarik yang inspiratif dari kehidupan di Korea Selatan. Salah satunya, melalui variety show KAI’s Bucket List yang ditayangkan di channel YoutTube IndiHome.
So, ayo tonton KAI’s Bucket List ini, sebagai bentuk dukungan sayang kita kepada KAI dan EXO. Tapi jangan lupa terus menanamkan dalam diri untuk tidak menjadi fans yang toxic, supaya bisa tetap menikmati dunia fansgirl dengan sehat dan bahagia.