Banyak pakar kesehatan mental yang menyarankan kepada pasiennya untuk melakukan journaling sebagai salah satu cara meredakan stres. Sebagai seseorang yang sudah merasakan manfaat dari journaling, saya seringkali mengajak orang-orang untuk melakukan journaling secara rutin.
Sebelum menyarankan journaling kepada orang lain, tentunya saya sudah lebih dulu mengenalkannya kepada anak-anak saya. Tentunya saya mengenalkan tidak dengan model journaling yang ribet atau estetik. Yang sederhana saja, setidaknya mereka mendapatkan manfaat belajar journaling untuk anak itu apa saja.
Mengenalkan Journaling pada Anak
Melalui artikel ini, saya menyebutnya dengan ‘belajar journaling’. Mengapa begitu? Karena mereka masih anak-anak, konteksnya masih belajar, belum terbiasa melakukannya setiap hari, dan belum expert dalam berkreasi.
Penggunaan frasa ‘belajar journaling’ itu juga sebagai pembiasaan anak-anak menggunakan motorik halusnya. Itulah mengapa, saya lebih menyarankan kegiatan ini diberikan pada anak dengan memanfaatkan alat tulis yang mereka punya. Tidak perlu muluk-muluk harus memiliki printilan journaling yang lucu-lucu yang dijual di berbagai toko online. Mulai saja dengan buku tulis, pensil, penggaris, spidol, stiker dan lem.
Manfaat Belajar Journaling untuk Anak
Mengasah kemampuan motorik halus anak
Mengenalkan journaling kepada anak itu memang lebih baik sedini mungkin. Minimal, setelah mereka mengetahui penggunaan alat tulis dengan baik, dan sudah bisa menulis meskipun tulisannya belum rapi. Karena konsep ‘belajar journaling’ ini bersifat manual atau tidak menggunakan aplikasi di gadget.
Saat melakukan aktifitas ini, anak akan belajar menulis dengan rapi, membuat garis yang lurus, membuat garis lengkung yang seimbang bentuknya, membuat gambar-gambar sederhana, menggunting dengan rapi, mewarnai dengan tekanan spidol yang sama, dan masih banyak lagi.
Semua kemampuan ini menggunakan motorik halus anak, yang mana jika diasah terus-menerus, akan membantu anak dalam hal pembentukan konsentrasi saat melakukan sesuatu, serta koordinasi antara mata dan tangan.
Meningkatkan hubungan positif orang tua dan anak
Melalui aktifitas ini, orang tua bisa mengambil alih untuk membantu anak mengenal journaling. Karena sebelum mengenalkan journaling, orang tua bisa mencari masalah yang dihadapi oleh anak, mencari tahu jenis journaling yang cocok, serta bagaimana mengajarkannya pada mereka. Dengan begitu, manfaat belajar journaling untuk anak bisa diperoleh secara maksimal.
Saat mengajarkan anak journaling, orang tua memiliki kesempatan yang besar untuk lebih dekat dengan anak. Selain membantu mereka mengasah kemampuannya, orang tua juga bisa mengajak anak berbincang tentang kesehariannya, mencari masalah yang sedang dialami anak, dan juga memasukkan norma-norma keluarga dalam komunikasi.
Mengajarkan anak tentang proses pembuatan sesuatu
Anak-anak kita yang masuk pada kategori gen Z dan Alpha, memiliki ciri-ciri yang hampir sulit diikuti oleh kategori usia sebelumnya, yaitu maunya serba instan. Anak-anak kita perlu diberi pengertian, bahwa untuk mendapatkan sesuatu, mereka harus berusaha sebaik mungkin melalui proses yang tidak mudah. Mereka juga perlu tahu, bahwa proses untuk meraih itu semua perlu direncanakan sedemikian rupa supaya tidak salah langkah.
Melalui journaling, anak akan belajar bahwa untuk menghasilkan jurnal yang rapi, indah, dan bisa meringankan hidup mereka, memerlukan proses yang tidak mudah. Mungkin awalnya anak akan merasa jengkel karena apa yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan. Tapi tidak apa-apa, biarkan saja. Sambil terus memotivasi anak bahwa mereka sudah hebat karena mau berproses.
Membuat anak lebih tenang
Saya sendiri mengajarkan journaling ke kedua anak saya tujuannya supaya mereka lebih tenang. Untuk anak pertama, journaling yang saya ajarkan lebih pada mensortir informasi penting di sekolah dan mencatatnya di buku kecil yang dia bawa. Ini memudahkan dia dalam kegiatan belajar, sesederhana mengingat-ingat pekerjaan rumah yang harus dia selesaikan.
Sedangkan untuk anak kedua, journaling ini saya ajarkan karena dia anaknya moody. Moodnya mudah berubah-ubah. Kalau seperti ini, saya gunakan seluruh rayuan untuk mengajaknya journaling. Biasanya, belum sampai selesai, moodnya sudah kembali membaik. Manfaat belajar journaling untuk kedua anak saya memiliki maksud yang berbeda.
Definisi ‘tenang’ di sini bermacam-macam. Tergantung pada tujuan orang tua mengajak anak melakukan aktifitas ini, juga tergantung pada kemampuan orang tua mengatur emosi pribadinya saat membersamai mereka.
Mengurangi stres yang dialami oleh anak
Untuk anak-anak yang sudah mendekati masa remaja, manfaat belajar journaling yang bisa mereka rasakan, yaitu membantu mereka mengurangi stres yang mereka alami. Ada kalanya anak sungkan atau tidak mau menceritakan masalah yang mereka hadapi. Kondisi seperti ini tentunya bisa membuat mereka stres. Melalui journaling, tingkat stres mereka bisa dikurangi, sehingga mereka bisa mencari penyelesaian masalahnya dengan mudah.
Metode journaling yang paling mudah untuk tujuan ini adalah menuliskan perasaan mereka dalam sebuah buku, menggambar apapun yang mereka suka dalam sebuah sketch book, membuat emotional tracker setiap harinya, atau menuliskan hal-hal yang mereka syukuri di malam hari.
Demikian manfaat belajar journaling untuk anak yang perlu diketahui oleh orang tua. Untuk memulai aktifitas ini, abaikan dulu tentang ‘membuat jurnal itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa seni’. Karena sesungguhnya, aktifitas ini hanya perlu konsisten dengan memikirkan tujuan yang lebih besar, yaitu menjaga kesehatan mental anak di masa depan.
Salam sehat untuk semuanya!
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Jangan lupa kasih komen setelah baca. Tapi dimoderasi dulu yak karena banyak spam ^____^